Setelah beberapa saat, Haneul berhasil menjatuhkan lawannya. Begitu wasit mengangkat tangan Haneul sebagai pemenang, terdengar riuh tepuk tangan dan sorak-sorai. Teriakan Junho dan Minjun menyatu dengan penonton lainnya.
Junho pun mengangkat Minjun supaya bisa melihat lebih jelas. Minjun langsung bersorak kencang. Dia nyengir lebar saat tatapannya bertemu dengan Haneul.
Haneul yang akhirnya bisa bernapas sebentar pun melihat ke arah Junho dan Minjun yang terlihat antusias. Meski menang, dia lebih bahagia melihat mereka mendukungnya.
Setelah beberapa saat, Minjun dan Junho melewati kerumunan dan menghampiri Haneul yang sedang istirahat. Wajahnya langsung bersinar, dan dia pun segera berdiri.
"Chukkae⁴², Haneul-ah. Kamu keren sekali," kata Junho, tersenyum bangga.
Minjun yang sedari tadi sangat heboh lalu menggeliat turun dari dekapan ayahnya dan berlari ke arah Haneul. Dia pun melompat-lompat dengan penuh semangat. "Kak Haneul keren sekali! Kakak menang, kakak menang!"
"Terima kasih! Kalian penyemangatku," kata Haneul sambil tertawa kecil. "Eorreum bap meokeureo gaja⁴³! Aku tahu restoran daging yang enak."
"Baiklah. Ayo pergi sebelum si kecil lompat-lompat lagi," balas Junho. Begitu Minjun menjerit kegirangan, keduanya langsung tertawa.
***
Ketiganya pergi ke restoran yang dimaksud Haneul. Tempatnya cukup sepi, tapi aroma daging panggang yang semerbak memenuhi udara. Minjun berjalan di antara Haneul dan Junho sambil berpegangan tangan.
Begitu dia naik ke kursi, tatapannya terpaku pada buku menu. "Aku mau samgyupsal yang banyak!"
Begitu pelayan datang untuk menerima pesanan mereka, Haneul memesan samgyupsal serta beberapa hidangan lainnya dan minuman. Saat mereka menunggu makanan tiba, Minjun tak bisa mengalihkan pandangannya dari pengunjung yang sedang menikmati makanan mereka.
Kakinya pun terayun di bawah meja dengan tak sabar. Perut kecilnya berbunyi, dan dia merengek pelan, "Papa, jinjja baegopayooo⁴⁴."
Junho lalu mengangkat tubuh Minjun dan memangkunya. "Sabar, sayang. Nado baegopa⁴⁵. Makanannya datang sebentar lagi."
Tiba-tiba saja pelayan muncul dengan sepiring samgyupsal. Begitu hidangannya ditaruh di atas meja, baunya menyengat hidung mereka. Mata Minjun terbelalak kagum saat melihatnya. Dia pun menggeliat di pangkuan Junho.
Junho berusaha memegang Minjun yang hampir melepaskan diri darinya. Dia langsung kembali memosisikan putranya di pahanya. "Duduk dulu yang benar!"
Minjun mengulurkan tangan mungilnya. Karena kesabarannya mulai menipis, dia kembali merengek, "Tapi aku mau makan sekarang!"
"Nih, makanlah. Hati-hati masih panas," kata Haneul sambil memindahkan potongan daging ke piring Minjun.
Minjun segera meraih sumpitnya dengan bersemangat. Begitu dia menyantapnya, daging itu masih terlalu panas. Jadi dia langsung melepehnya ke piring.
"Didinginkan dulu, sayang. Sini papa bantu." Junho menggunakan sumpitnya untuk mengambil sepotong daging, meniupnya, lalu menyuapi Minjun. Dia memperhatikan anak itu saat mengunyah, memastikan lidahnya tak sakit lagi. "Pelan-pelan makannya."
Meskipun Minjun sesekali diingatkan ayahnya, dia tetap makan dengan lahap. Perut kecilnya pun segera terisi. Haneul yang memperhatikan mereka berdua hanya tersenyum, lalu mengambil potongan daging untuk dirinya sendiri dan mulai makan.
Saat makan, ketiganya membahas sekolah Minjun, turnamen Haneul, dan topik ringan lainnya. Tiba-tiba ponsel Haneul berdering. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan melihat nama penelepon. Dia menunjukkan layar ponselnya pada Junho, lalu menjawab panggilan.
"Ada apa?" sapanya, berusaha terdengar acuh meski kesal.
Tahu-tahu saja seorang wanita dengan ponsel di tangannya muncul di pintu masuk restoran. Tahapannya langsung mengamati sekeliling hingga tertuju pada Haneul. Wanita itu menutup panggilan dan menghampiri meja mereka. Dia melirik Junho dan Minjun, lalu Haneul. "Akhirnya ketemu!"
Dalam hati Haneul mengerang, tahu kalau dia takkan bisa kabur. Junho dan Minjun sesaat terdiam karena sedikit terkejut. Minjun yang tadinya mengunyah makanannya langsung berhenti dan menatapnya dengan mata lebar. Sementara itu, Junho menyadari kemiripan pada keduanya.
"Kenapa kakak ke sini? Aku, kan, sedang sibuk," kata Haneul sebal.
Kakak Haneul memutar matanya sambil menyilangkan lengan sambil melirik Junho dan Minjun. "Tentu saja aku datang untuk memberi selamat, tapi sepertinya kau terlalu sibuk untuk menyapa kakakmu sendiri."
Merasa sedikit malu karena tatapan tajam kakak Haneul, Junho berdeham dan tersenyum, lalu membungkuk sopan. "Ah, senang bertemu denganmu. Aku Lee Junho, dan ini anakku, Minjun."
Kakak Haneul terkejut saat kecurigaannya benar. Dia menatap Junho, lalu Minjun, dan kembali ke Junho.
"Hai, tante! Aku Minjun!" sapanya dengan riang. Dia pun membungkuk sambil menyeringai lebar.
"Salam kenal. Aku Kim Sujin, kakaknya Haneul," kata Sujin, lalu tersenyum kecil dan balas membungkuk. Dengan kilatan nakal di matanya, dia memandang Junho. "Jadi, apa kau sugar daddy-nya adikku?"
Mulut Junho sedikit ternganga karena terkejut mendengar pertanyaan yang tak terduga itu. Dia melirik Haneul yang tiba-tiba menghindari kontak mata dengannya. Junho pun berdeham, berusaha tetap tenang.
"Ah, t-tidak. Hubungan kami bukan seperti itu," jawab Junho, mencoba tersenyum sopan meski pipinya sedikit memerah.
Di pangkuannya, Minjun yang selalu penasaran menyela dengan pertanyaan, "Papa, sugar daddy itu apa?"
***
⁴²Selamat.
⁴³Ayo cepat pergi dan makan-makan!
⁴⁴Aku sangat lapar.
⁴⁵Aku juga lapar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gangsta Daddy
RomanceKehidupan membosankan Haneul berubah semenjak seorang duda sekaligus mantan gangster, Junho, dan putra kecilnya, pindah sebagai tetangga barunya. *** Penghuni apartemen sebelah, Lee Junho dan putranya, langsung menarik perhatian Kim Haneul. Lambat l...