35│Bunny Buddies

73 8 0
                                    

Junho, Haneul, dan Minjun pergi ke bukit untuk piknik, sementara Bibi Eunbi tetap di rumah. Haneul membawa perlengkapan, dan Junho memegang tangan Minjun sambil memimpin jalan.

"Papa, ada tupai! Annyeong daramjwi-ya⁷¹!" seru Minjun kegirangan saat melihat tupai itu memanjat pohon. "Eoh? Kenapa tupainya ke atas?"

Junho tersenyum hangat melihat antusiasme putranya yang menggemaskan. "Karena sarangnya ada di sana."

Haneul mengamati interaksi mereka, kagum pada Junho meski pria itu tak punya ikatan darah dengan Minjun. Bagi Minjun, Junho adalah satu-satunya ayah yang dia sayangi.

"Kamu ayah yang hebat," kata Haneul saat Minjun melepas genggamannya dari Junho untuk melihat-lihat sekitar.

Junho tersipu, lalu mengecup pipi kekasihnya. "Terima kasih."

Haneul yang terkejut merasakan wajahnya memanas. Dengan lembut dia menyenggol bahu Junho, lalu berkata, "Tumben."

Saat keduanya bermesraan, Minjun yang sibuk menjelajahi sekitar tiba-tiba menunjuk beberapa kelinci di rumput sambil berseru, "Papa! Kak Haneul! Ada kelinci! Neomu gwiyeowo⁷²!"

Junho dan Haneul menoleh, mendapati Minjun yang berlutut, mencoba melihat lebih dekat tanpa menakuti kelinci itu. Junho mendekati putranya. "Wah, coba hitung ada berapa."

"Satu, dua, tiga, empat... Ada empat!" kata Minjun, menghitung dengan jarinya dan memastikan tak ada yang terlewat. "Papa, apa aku boleh elus kelincinya?"

"Coba dekati kelincinya dulu, tapi pelan-pelan, ya, supaya nggak kabur," kata Junho sambil mengawasi Minjun dari belakang.

Minjun mengangguk penuh semangat. Perlahan dia mendekati kelinci-kelinci itu agar tak menakuti mereka. Kelinci-kelinci itu tak kabur, melainkan tampak penasaran dengan bocah kecil yang menghampiri mereka.

Saat Minjun mengulurkan tangan mungilnya, kelinci itu mengendus tangannya dengan tenang dan membiarkan bulunya yang lembut dibelai. Wajah Minjun berseri-seri ketika menggaruk belakang telinga kelinci itu. "Papa, lihat!"

"Iya, sayang. Hati-hati, ya," kata Junho memperingatkan. Dia lega karena si kelinci bersikap sangat tenang dan ramah pada Minjun.

Saat Minjun bermain dengan teman-teman barunya, Junho membentangkan kain di atas rumput dengan pemandangan yang mengarah ke pegunungan. Di sisi lain, Haneul menyiapkan roti lapis, buah-buahan, dan makanan ringan.

Junho melihat ke arah Minjun, yang masih dengan hati-hati mengelus salah satu kelinci, dan berseru, "Sayang, ayo makan dulu! Ada roti kesukaan kamu!"

Senyum Minjun melebar saat menoleh ke arah Junho dan Haneul. Dia membelai kelinci itu untuk terakhir kalinya sebelum meninggalkan mereka dengan enggan. Mulutnya mulai dipenuhi air liur ketika melihat makanan.

"Eoreul meokja⁷³," kata Junho sambil mengacak rambut Minjun dengan lembut.

Jari-jari Minjun yang mungil meraih roti lapis. Matanya melebar karena senang saat menikmatinya dengan senyuman lebar. "Eomjeong masisseoyo⁷⁴!"

Dengan mulut penuh roti, Minjun sadar kalau kelinci-kelinci itu mendekatinya lagi dengan hidung berkedut karena penasaran. Dia segera menghabiskan makanannya, lalu menyeka tangannya ke celana untuk mengelus kepalanya.

Junho yang melihat Minjun kembali bermain dengan kelinci-kelinci itu hanya membiarkannya karena melihat ekspresi bahagia putranya. Dia melirik Haneul, lalu berkata, "Sepertinya Minjun dapat teman baru hari ini."

"Kelincinya imut, tapi nggak seimut pacarku," kata Haneul. Dia menyandarkan tubuhnya ke Junho dan melingkarkan lengannya di pinggang pria itu.

Junho melirik Minjun, memastikan anak itu masih asyik main dengan kelinci sebelum menanggapi Haneul, "Lebih imut kamu."

Haneul tersenyum saat Junho menyandarkan kepala padanya. Kini mereka duduk sambil memperhatikan Minjun. "Omong-omong, jangan pernah merasa sendirian lagi, ya?"

Hati Junho menghangat saat mendengarnya. Dia meraih tangan Haneul dan mengaitkan jari-jari mereka. Sejenak dia memejamkan mata, merasakan beban masa lalunya terangkat dari pundaknya.

"Oke," ucapannya pelan, lalu mencium puncak kepala kekasihnya. Dia merasa beruntung karena kehadiran Minjun dan Haneul dalam hidupnya.

Saat hari menjelang sore, mereka mengemasi barang-barang dan berencana pulang. Minjun mengucapkan selamat tinggal pada kelinci-kelinci itu dengan bibir gemetar dan air mata mengalir.

"Aku masih mau di sini, papa!" Dia merengek sambil terisak. "Aku nggak mau pulang!"

Hati Junho perih melihatnya, tahu kalau Minjun sangat menyayangi kelinci-kelinci itu. Dia pun berlutut di hadapannya. "Tapi sekarang sudah sore, sayang."

"Kalau kelincinya lupain aku gimana?" tanya Minjun khawatir.

"Kelincinya pasti ingat anak yang baik sama mareka," kata Haneul meyakinkan. "Jadi kelincinya juga nunggu kamu balik lagi."

Perlahan tangisan Minjun mereda. Senyuman tipis muncul di wajahnya. "Serius?"

"Iya, sayang," jawab Junho sambil mengangguk. "Lain kali nanti kita ke sini lagi terus bawa wortel. Oke?"

Minjun masih terlihat enggan, tapi akhirnya dia mengangguk dan membelai kelinci yang dipegangnya. Dia pun berbisik, "Aku pulang dulu, ya."

Kelinci itu menempelkan hidungnya ke tangan Minjun, kemudian melompat dari lengannya menuju semak-semak. Junho pun langsung menggendong putranya ke dalam dekapannya.

Minjun melingkarkan lengan kecilnya di leher Junho sambil membenamkan wajah di bahunya, mencari rasa nyaman dari ayahnya. Dia memandangi bukit dengan sedih selagi mereka meninggalkan tempat itu.

***

⁷¹Halo tupai
⁷²Imut sekali
⁷³Cepat makan
⁷⁴Sangat enak

Gangsta DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang