-happy reading-
"uhuk..uhuk."jam menunjukan pukul 02:30. Masih tengah malam sedangkan di sebuah kamar yang luas serta rapih seseorang harus terganggu tidurnya kala batuk terus menyerangnya."uhuk..uhuk.."Alvaro tak henti henti menepuki dadanya yang sakit bersamaan dengan kepalanya yang tiba tiba pusing.
Dengan kekuatan yang masih tersisa ia tertatih untuk mengambil handphone di atas nakas guna menghubungi sang Bunda.
Alvaro, seorang anak pengidap penyakit jantung kronis bawaan lahir dan masalah serius pada saluran pencernaan yaitu telingannya tidak berfungsi dan mengharuskan Alvaro untuk memakai alat agar bisa mendengar.
Semua oprasi hampir sudah ia lakukan dan dirinya harus merelakan masa remajanya lebih banyak dirumah sakit.
terkadang Alvaro merasa iri dengan orang orang seumurannya yang dapat bermain kemanapun yang dia mau, Sedangkan dia, semuanya di batasi.
tapi untungnya tuhan memberikan orang tua yang teramat menyayanginya lantas apa alasan Alvaro untuk tidak bersyukur.
Dan sayangnya rasa benci Elbara membuatnya tak sekalipun mengetahui penyakit yang adiknya miliki.
"Da..da.. va...ro..sakit, bun"ucapnya dengan susah payah karna kesusahan mengambil nafas. Tangan satunya ia gunakan untuk meremas bagian dadanya yang sakit hingga matanya berair.
"cklek"Bunda masuk dan langsung menghampiri putranya yang berada di bawah kasur.
Terlihat sekali raut khawatir di wajahnya.Seorang ibu mana yang tak khawatir melihat putranya yang sangat pucat serta keingat dingin yang bercucuran.
"kamu kenapa kaya gini varo"Bunda panik dan langsung menghampiri kemudian menelpon sang Ayah.
"Ayah tolong ke kamar Varo sekarang."ucapnya kala panggilan itu tersambung.Lalu ia taruh kembali ponselnya di atas laci.
"Bun..da..sakit.."rintihnya dengan air mata yang sudah meluncur karna kesusahan mengambil nafas.
"Tahan ya sayang bentar lagi Ayah kesini."Bunda tak tahan dirinya terlalu emosioanal jika menyangkut Alvaro.
"Alvaro"Ayah terkejut kala melihat kondisi putranya yang sudah mengkhawatirkan.
"cepet yah bawa Varo kerumah sakit"ucap Bunda, suaranya bergetar kala mengucapkan itu.
dengan cepat Ayah menggendong putranya itu dan membawanya kerumah sakit.-
"kondisi Alvaro semakin menurun dan saya akan melakukan oprasi ablasi jantung yaitu untuk mengatasi aritma atau gangguan irama jantung prosedur ini dilakukan dengan cara membuat sayatan pada paha atau leher untuk memasang keteter dipembuluh darah yang menuju ke jantung jika kalian setuju saya akan buat surat rujukannya,"ucap Dokter Fandi menjelaskan.
Dokter Fandi ialah Dokter andalan keluarga Danandyaksa dan dialah yang selama ini yang mengobati Alvaro.
"Lakukan yang terbaik untuk anak saya dok"
"Baiklah jika kalian setuju mari ikut saya"
"Sebentar ya Bunda"pamit Ayah mengusap lengan sang istri kemudian mengikuti sang dokter.
"kuat ya nak"ucap Bunda masih menangis sambil memegang tangan Alvaro yang bebas dari infus.
Jujur hati Bunda teriris kala melihat Alvaro yang seperti ini wajah yang pucat kantung mata yang sangat menghitam, bibir pucat yang tertutup masker oksigen serta beberapa bagian tubuh yang membiru.
"Pasti sakit banget ya sayang"ucapnya mengelus dada Alvaro.
"Alvaro pasti bangun kan yah"tanya Bunda melihat ke arah suaminya yang baru saja sampai.
"Pasti, anak kita itu anak yang hebat bunda ayah udah urus untuk oprasi Varo kita berdoa yang terbaik untuk Varo ya Bunda."balas Ayah sambil mengusap usap bahu bunda berharap bisa membuatnya berhenti menangis.
Tak lama kemudian datanglah beberapa suster ke dalam ruangan Alvaro. ya, mereka akan membawa Alvaro ke ruang oprasi atas persetujuan.
"Permisi bu saya akan memindahkan Alvaro" Ucap salah satu suster dan diangguki oleh kedua orang tua Alvaro kemudian langsung mendorong ranjang Alvaro.
"Bun udah jangan nangis terus" Ucap ayah mengelus pundak istrinya. Keduanya sekarang sedang berada di depan ruang oprasi Alvaro.
"Bunda khawatir yah, gimana kalo Alvaro cape dan udah ga mampu buat bertahan lagi" Ucapnya mengeluarkan apa yang ia takutkan.
"Kita berdoa aja ya bunda "
-
Varo ini bunda nak, kamu ngga mau bangun"ucap Bunda yang terus menerus menangis dan memegangi tangan Alvaro yang begitu dingin.perasaannya semakin khawatir ketika alvaro beberapa kali muntah darah.
"Baro bangun yah,Varo kan bilang ngga suka rumah sakit "gumamnya lagi.Entah keajaiban dari mana tangan pucat itu bergerak pelan.
"Ayaahh tangan Varo gerak yah"ucap Bunda menoleh ke Ayah yang sedang berada dibelakangnya, Ayah tersenyum karna dirinya pun melihatnya.
"Alhamdulillah, ini Bunda nak"ucap Bunda begitu bahagia kala Alvaro membuka matanya.
"Bu..nda.. "ucap Alvaro terbata dan sedikit tersenyum di balik masker oksigen
"iya ini Bunda Varo mau apa?"varo tak menjawab dirinya hanya menggeleng pelan.
"ay..ah.."ucapnya lagi.
"ya sayang ini Ayah, ada yang sakit"tanya ayah dan mendapati gelengan dari sang anak.
"sa...kit.."rintihnya.tubuhnya terasa sakit akibat jahitan yang masih basah setelah oprasi yang dia jalani.
bunda menarik napasnya dalam dalam dan sedikit mengelap ekor matanya yang berair
" mana yang sakit hm."ucap sang bunda menahan air matanya yang ingin keluar.
"semuanya ".
" Varo bertahan ya varo harus sembuh"ucap bunda dirinya sungguh sangat emosional apalagi mendengar penuturan dokter fandi barusan.
Mendengar itu tak terasa air mata varo turun begitu saja. juga apa katanya? Sembuh. Bahkan varo sendiri ngga yakin kalo dirinya bisa sembuh.
Ayah yang sedari tadi berdiri lantas membuang mukanya ke arah lain dirinya sungguh tak kuasa melihat pemandangan istrinya yang sedang mengelap air mata Alvaro.
-
Aku tuh kasian guys sama albaro
KAMU SEDANG MEMBACA
Elbara.
Teen FictionAwalnya kehidupan Elbara normal normal saja tenang dan juga damai tapi semua itu berubah semenjak kehadiran Alleta Prameshwara yang secara terang terangan mengungkapkan perasaanya. Alleta, cewek pindahan paska semester dua dari Beal high School yak...