¹¹ Kejadian itu

9 4 0
                                    


-----

-Flashback on-

         Beberapa hari setelah hal romantis yang di berikan oleh Arlan dan perasaan yang semakin ringan, tiba-tiba sebuah pesan masuk ke ponsel Anin saat dia sedang beristirahat di kamarnya. Pesan itu datang dari nomor yang tidak terduga, Daniel.

Daniel: "Nin, aku minta maaf. Aku tau aku bikin banyak kesalahan. Bisa kita bicara sebentar? Aku cuma mau jelasin semuanya."

Anin tertegun, tangannya gemetar memegang ponsel. Pesan itu tiba-tiba membangkitkan perasaan yang sudah lama ia coba kubur. Daniel, orang yang dulu sangat ia cintai, tiba-tiba menghubunginya setelah semua luka yang ia tinggalkan. Rasa bingung dan bimbang langsung menyeruak dalam pikirannya. Di satu sisi, Anin ingin melupakan semuanya dan move on, tapi di sisi lain, ada rasa ingin tau dan kebutuhan untuk mendengar penjelasan dari Daniel.

Setelah beberapa saat, Anin memutuskan untuk membalas pesan itu.

You: "Apa yang kamu mau jelasin, Daniel? Aku pikir semua sudah selesai di antara kita. Jangan bikin Natasya sakit hati, cukup aku aja."

Daniel: "Aku tau, Nin. Tapi aku merasa ada yang belum terselesaikan. Aku sadar, aku salah dan aku cuma ingin minta maaf secara langsung. Tolong, berikan aku kesempatan waktu untuk jujur."

Anin merasakan hatinya bergetar. Dia ga tau apakah ini keputusan yang tepat, tetapi akhirnya dia setuju untuk bertemu Daniel. Mereka sepakat untuk bertemu di sebuah kafe kecil dekat sekolah mereka.

Setelah pulang sekolah, Anin tiba di cafe terlambat dan membuat Anin melihat Daniel sudah duduk di meja sudut dengan ekspresi gugup. Ketika Anin masuk, Daniel berdiri dan tersenyum tipis.

"Anin, terima kasih udah mau ketemu," katanya dengan suara pelan.

Anin hanya mengangguk, masih belum yakin harus merespons bagaimana.

"Aku cuma mau bilang, aku benar-benar minta maaf atas semuanya. Aku tau aku bikin kamu kecewa, dan itu bukan hal yang mudah untuk dimaafkan. Tapi aku ingin kamu tau, aku menyesal," ujar Daniel, suaranya terdengar tulus.

Anin terdiam sejenak, mendengarkan. "Dan, semua yang terjadi kemarin sudah berlalu. Aku sudah berusaha keras untuk move on, tapi sekarang kamu datang lagi dan aku bingung harus bagaimana, aku dan Natasya hanya menikah palsu. Cinta aku hanya kekamu Nin. Hanya kamu, aku memang sudah menghamili Natasya, tapi rasa cinta aku ga ada di dia. Aku masih mau kamu, sejujurnya aku merasa menyesal atas semua ini." jawabnya jujur.

Sebelum percakapan mereka bisa lebih jauh, tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka Natasya, teman satu sekolah mereka. Dia melihat Anin dan Daniel duduk bersama, dan raut wajahnya langsung berubah menjadi curiga.

"Anin? Daniel? Kalian berdua ngapain di sini? " tanya Natasya dengan nada dingin.

Anin langsung merasa canggung, sementara Daniel mencoba tetap tenang. "Kita cuma ngobrol sebentar, Natasya. ga ada apa-apa ko," jawab Daniel.

Namun, Natasya memandang mereka dengan tatapan tajam. "Ngobrol? Kamu yakin cuma ngobrol?" katanya penuh sindiran.

Anin yang sudah merasa tidak nyaman akhirnya angkat bicara. "Natasya, tolong jangan salah paham. Aku hanya mengiyakan ajakkan Daniel, dia cuman mau minta maaf, ga lebih."

Natasya menggeleng, jelas tidak percaya. "Anin, Anin.... Aku ga bodoh, Anin. Kalian berdua dulu punya sejarah bersama, dan sekarang kamu duduk di sini dengan dia setelah apa yang terjadi?" Ucapnya, sambil menahan emosi. "Dia milik aku, ayah kandung dari anak yang dikandung oleh aku! Aku rasa kamu jangan jadi bajingan ya, perusak rumah tangan orang." bisik Natasya sambil menunjukkan sedikit selah ke arah perutnya.

Love is a wound [On going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang