Seluruh penumpang kembali menikmati menu sajian di satu jam tiga puluh menit sebelum pesawat mendarat. Menu set kembali tersaji di hadapan mereka. Beberapa dari mereka menikmati sambil mengobrol sisanya memilih melanjutkan tidur mereka.
Sananta baru saja keluar dari kamar mandi ketika tiba-tiba Ridho mencegatnya, menggoda lelaki "Lu ngapain hayo sama tuh cewek sebelah lu? Naksir lu ya? Gue denger lu nyuruh dia manggil lu Abang kan?" Seru Ridho disambut cemoohan dari teman-temannya sambil tertawa.
"Ya gapapalah. Namanya juga usaha." Jawab Sananta tertawa.
Ridho celingukan mencari Pak Sumardji, manager mereka. "Pak masak pak, pas aku lewat mereka tidurnya hadap hadapan pak. Untung ada pembatas pak. Bahaya ni si lae pak."
Beberapa dari mereka yang mendengar otomatis langsung tertawa dan mencemooh Sananta. Suara keriuhan di baris belakang menarik perhatian Farah hingga gadis itu menoleh dan menatap mereka yang tertawa dibelakang. Sananta terlihat berdiri dan mengobrol bersama beberapa temannya, cukup keren pikir Farah sambil tersenyum manis dan kembali ke aktivitasnya.
"Dia minta tolong kita buat bikin video penyemangat buat anak-anaknya." Ucap Sananta.
"Anak?"
"Eh, anak murid maksud gue. Nanti ya pas landing kita bikin video bentar. Oke ga?" Tanya Sananta yang diiyakan dengan teman-temannya.
--
"Terima kasih ya semua, sudah berkenan untuk membuat video penyemangat untuk murid-murid saya. Semoga kakak-kakak semua diberi kemudan kelancaran dalam pertandingan ya, bisa dapat point dibawa pulang ke tanah air." Ucap Farah berterima kasih kepada semuanya setelah bersedia membuat video.
Sananta berdiri disamping Farah, mengucapkan sama-sama dan berterima kasih juga atas dukungannya.
"Farah disini sampai kapan?" Ricky kambuaya bertanya sambil menurunkan tas ranselnya dari kabin.
"Insyallah sampai tanggal delapan. Tapi saya di Makkah-Madinah kak bukan di Jeddah." Jawab Farah yang mulai antre untuk turun dari pesawat.
"Oh ibadah ya? Semoga lancar ya ibadahnya. Doakan kami ya. Doakan abang Sananta-mu itu biar dapat jodoh. Biar tidak jadi buaya darat itu e satu anak muda itu." Ucap Ricky diikuti tawa Farah dan yang lain.
"Pasti saya doakan yang terbaik untuk tim nasional kita. Senang bertemu dengan kalian semua ya. Sampai jumpa." Ucap Farah, lalu keluar dari pesawat.
--
Sananta masih terus memantau gadis yang tingginya tak sampai pundaknya itu berjalan sendirian, karena dia satu-satunya penumpang di first class yang bukan merupakan rombongan timnas. Gadis itu berjalan ringan dengan kerudung panjang yang menutupi separuh tubuhnya yang sesekali tertiup angin.
Farah Nabila.
Sananta akan terus mengingat nama itu, gadis yang dia kenal di sembilan jam penerbangan yang membawa titipan doa untuk dia bacakan di tanah suci nanti."Suka Lae? Dilihatin aja sampe belok keujung. Udah minta nomor hp nya belom?" Goda salah satu official membuat Sananta berhenti menatap kepergian Farah.
"Suka lah bang. Manis begitu, sopan santun, cerdas, guru itu bang dia. Tapi aku ga minta nomor hp nya, menghormati bang, masak baru sekali ketemu udah minta nomor hp." Ucap Sananta.
Lelaki itu berjalan menenteng handbagnya menuju conveyor bagasi, dari kejauhan kembali dia lihat siluet Farah yang menunggu kopernya melintasi conveyor. Membuat Sananta secara reflek mempercepat langkahnya menuju Farah, berdiri dibelakang gadis itu.
Melipat bibirnya gugup Sananta berdeham, "Sudah lewat kah kopernya dek?"
Farah menoleh cepat, sedikit terkejut melihat Sananta berdiri dibelakangnya. Lelaki itu cukup tinggi hingga membuat Farah mendongak untuk berbicara dalam keadaan berdiri seperti ini.
"Eh Abang. Belum, ini masih aku tunggu. Punya abang udah?" Farah balik bertanya.
"Punya abang ada yang handling aman. Abang bisa bantuin adek."
Tersenyum, Farah mengangguk perlahan. "Ngga usah repot-repot Bang."
"Ngga, ini ucapan terima kasih karena abang udah titip doa ke adek." Sananta menatap koper yang silih berganti berjalan dihadapan mereka, sengaja meredam debaran yang tiba-tiba terasa saat menatap wajah Farah yang begitu sederhana bahkan Sananta yakin tak ada polesan makeup disana.
Menggeleng ringan Farah memajukan diri bersiap mengambil kopernya ketika Sananta sudah terlebih dahulu mengangkat kopernya. "Satu aja?"
"Iya Bang, terima kasih ya." Ucap Farah menerima kopernya. Gadis itu menatap Sananta, "Abang, titipan doanya tidak perlu dibalas dengan ucapan terima kasih apapun." Sebuah senyum terukir manis di bibir gadis itu membuat Sananta harus menarik nafasnya dalam.
"Aku duluan ya bang. Masih harus kejar kereta cepat ke Makkah." Ucap Farah melambaikan tangan lalu meninggalkan Sananta.
Berjalan perlahan Sananta menghampiri teman-temannya. Kemudian memeluk mereka sambil melompat lompat kecil karena merasa salah tingkah.
Oh sunggu pertemuan singkat yang begitu membekas, membuat Sananta yakin akan selalu teringat gadis itu. Bahkan Sananta yakin suatu hari akan bertemu dengan gadis itu entah kapan.
Dan ketika mereka bertemu suatu hari nanti Sananta yakin tidak akan menyia-nyiakan kesempatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ramadhan Sananta - Destiny
FanfictionPertemuan pertama dan doa mereka di depan Ka'bah hari itu sepertinya benar-benar diijabah oleh Allah. Hidup mereka jadi berputar-putar dalam titik yang sama, mempertemukan keduanya dalam berbagai keadaan.