ENAM

262 26 14
                                    

Jadi bagaimana kehidupan Sananta setelah lelaki itu bertukar nomor ponsel dengan Farah?

Tidak terjadi apa-apa.

Sananta terlalu sibuk dengan urusan latihannya disela kualifikasi piala dunia ronde ketiga dan Farah terlalu menikmati bagaimana nikmatnya beribadah. Sampai keduanya berada di Jakarta, mereka tidak satupun bertukar pesan.

8 September ..
Dua hari menjelang kualifikasi piala dunia, Farah yang baru tiba di Jakarta semalam memutuskan untuk pergi ke Mall bersama sahabatnya yang memang tinggal di Jakarta. Mereka berjanji menghabiskan waktu bersama sebelum tanggal sepuluh nanti Farah akan terbang ke Solo untuk kembali ke rumahnya.

Siang itu Farah bersama dengan Anna -temannya, tengah memilih sepatu olahraga disalah satu outlet sepatu di Senayan City. Farah memerlukan sepatu baru setidaknya untuk jalan pagi atau bermain badminton dengan teman kerja sesama guru di kampungnya.

Gadis itu tengah asyik memilih sepatu ketika dari kejauhan dia melihat siluet tidak asing. Lelaki tinggi dan tegap, berkulit kecoklatan dengan rambut ditata sedemikian rupa berdiri tidak jauh darinya. Lelaki itu tengah asyik memilih sepatu yang berjajar di display rak. Membuat senyum Farah mengembang.

Lelaki yang dia panggil Abang, yang membuatnya tersenyum ketika berada di dekatnya, yang menariknya untuk berdoa bersama di depan ka'bah.

Tanpa sadar debaran jantung Farah terasa lebih kencang, namun rasa euforia ingin menyapa juga memenuhi dirinya. Memberanikan diri Farah berdeham dan berjalan mendekat, berniat mendekati lelaki yang entah mengapa sempat Farah pikirkan ketika di pesawat.

"Abang?" Suara Farah memecah kegiatan Sananta, membuat lelaki itu sempat membeku sesaat sebelum akhirnya menoleh ke belakang. Terkejut menemukan Farah berdiri tidak jauh darinya.

Sempat membuka dan menutup bibirnya, Sananta akhirnya tersenyum sumringah, menghampiri Farah yang juga tersenyum dihadapannya.

"Adek Farah! Kok bisa disini?" Seru Sananta bersemangat. Lelaki itu mendadak merasa berdebar melihat betapa senyuman Farah terasa dia rindukan meskipun tak sekalipun mereka berkirim pesan.

"Panjang ceritanya bang." Jawab Farah sambil tertawa ringan, "Kok bisa ketemu abang lagi ya?" Lanjutnya dengan nada gembira yang begitu kentara, tidak bisa disembunyikan.

Menggeleng ringan masih dengan senyumnya, Sananta tak menjawab apapun. Lelaki itu memilih menikmati waktu untuk menatap wajah manis dan sederhana dihadapannya. Farah yang hampir terlupakan akibat kesibukannya akhirnya bisa dia tatap kembali.

"Sayang!" Sebuah suara menghentikan waktu paling menyenangkan bagi Farah dan Sananta. Suara yang membuat keduanya kembali ke dunia nyata, dibarengi dengan hadirnya seorang gadis cantik yang bergelayut manja di lengan Sananta.

Kehadiran gadis tersebut membuat wajah Sananta pias, pucat pasi. Tidak menyangka lelaki itu melupakan kehadiran kekasihnya ketika dia bertemu Farah.

"Oh, kamu sudah selesai?" Sananta beralih ke gadis tersebut, lalu berdeham.

Sementara dihadapan mereka, Farah berdiri mengatur debaran jantungnya dan ekspresi wajahnya. Gadis itu terkejut tentu saja. Lelaki yang tidak sengaja menghabiskan waktu bersamanya di perjalanan dan menciptakan kenangan dengannya ternyata memiliki kekasih.

Gadis cantik dihadapannya berbisik ringam pada Sananta, "Dia siapa?" Begitu ucapnya merasa penasaran dengan kehadiran Farah.

Melirik Farah sebentar, Sananta menarik nafanya, "Dia Farah, temanku. Kami bertemu di pesawat saat berangkat ke Jeddah."

"Oh, hai Farah. Aku Zahra, kekasih Sananta." Gadis bernama Zahra itu tersenyum ringan, mengulurkan tangannya yang diiringi senyum dan wajah ceria.

Sebuah kalimat perkenalan sederhana yang cukup untuk membuat Farah tertegun. Zahra kekasih Sananta. Oh ternyata 'Abang Sananta'-nya sudah punya kekasih.

Seulas senyum yang begitu manis terukir di bibir Farah. Gadis itu menyambut uluran tangan Zahra dan berjabat tangan. "Hai. Aku Farah. Senang kenalan sama Zahra."

Bagus Farah. Setidaknya kamu tahu bahwa Abang Sananta ternyata tidak untuk dirindukan dan tidak untuk dibiarkan memberi debaran rasa pada hatinya.

"Ku dengar pertandingan akan dilaksanakan beberapa hari lagi ya? Semoga beruntung ya San." Ucap Farah, mengalihkan pembicaraan, mencairkan suasana. Mengubah kata sapaan dari Abang menjadi Sananta.

Lelaki itu mengangguk, masih menatap Farah yang sekilas terlihat ada penyesalan dimata lelaki itu. "Ya, lusa kami akan bertanding."

"Kamu mau datang menonton denganku di stadion?" Suara ramah Zahra menyapanya.

Pandangan Farah beralih pada Zahra, menggeleng ringan. "Tidak aku akan kembali ke Solo. Aku harus bekerja. Semoga kamu dan Indonesia beruntung dipertandingan lusa ya."

Selesai mengobrol ringan, Farah berpamitan meninggalkan mereka. Berjalan ringan meninggalkan outlet sepatu tanpa jadi membeli salah satu dari apa yang terpajang disana. Gadis itu mengatur nafasnya, mati-matian menahan debaran yang awalnya membentuk rona merah di pipinya menjadi rasa nyeri di dadanya.

Hai, ternyata Abang Sananta nya sudah punya kekasih.

Ramadhan Sananta - DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang