Hermione menuangkan air yang sudah direbus ke dalam dua cangkir, menambahkan sedikit susu ke dalam cangkir Draco. Senyum geli tersungging di bibir wanita itu, disebabkan oleh kekecewaan Draco saat wanita itu mengatakan tidak memiliki Earl Grey di rumah. Mungkin Hermione akan membelinya saat pergi berbelanja nanti. Hanya untuk berjaga-jaga. Setelah menggunakan tongkatnya untuk mengaduk kopi, wanita itu kembali ke ruang tamu dan meletakkan cangkir hijau di depan tamu berambut pirangnya.
"Aku tidak tahu bagaimana kau bisa meminumnya dalam keadaan hitam," kata Draco, sambil melihat wanita itu mengambil kursi, bukannya bergabung dengannya di sofa. "Rasanya seperti sampah."
"Masalah pendapat," gumam Hermione, sambil meneguk minumannya. "Ada banyak orang Eropa yang tidak setuju denganmu. Aku yakin Blaise minum kopi hitam."
"Mengapa kau berkata seperti itu?"
"Karena dia orang Italia, bukan?" Hermione bertanya, dan mendapat anggukan singkat. "Mereka suka kopi, aku yakin dia minum espresso-
"Aku tidak pernah benar-benar memperhatikan," Draco menghentikan wanita itu dengan memutar bola matanya. "Kebiasaan minum teman-temanku tidak terlalu menarik-
"Kita ngelantur," Hermione menghela napas. "Apa kau masih bermain Quidditch saat kau mendapatkan burung hantuku?"
"Ya," Draco mengangguk, memperhatikan dengan rasa takut sekaligus kagum saat raut ketegaran menguasai wajah wanita itu.
"Sudah berapa lama kau bermain?"
"Sekitar satu jam," sahut Draco setelah jeda.
"Kurasa tidak," Hermione memberanikan diri, mengambil pena bulu dan berkas-berkasnya. "Kau sedang bermain dengan salah satu teman sekolah lamamu sehingga aku bisa mengesampingkan mereka? Jika ada mantan Pelahap Maut yang bermain maka mereka tidak mungkin melakukan-
"Kau tahu aku tidak melihat mereka lagi," Draco mengerutkan kening. "Mereka cuma beberapa pemuda dari kantor Blaise, tapi tak satupun dari mereka yang berasal dari Hogwarts. Hanya Blaise dan aku."
"Sial," Hermione menghela napas, jelas kecewa. "Maksudku, aku sudah menduga, itu hanya angan-angan."
"Granger," Draco mencondongkan tubuhnya ke depan, hampir dengan hati-hati. "Kau terlihat tidak terlalu ... terpengaruh oleh kematian Flint dibanding yang lain."
"Dia bukan orang yang baik," Hermione beralasan, tanpa sadar mengelus lehernya yang memar. "Setidaknya Parkinson dan Nott berhasil hidup seperti orang normal. Bahkan Goyle pun menjauhi kegelapan, sepertimu...
Hermione terdiam, menatap pria itu dari jauh. Sejenak Hermione mempertimbangkan rekannya, dan Draco bergeser dengan canggung saat mata wanita itu menatapnya. Mata Hermione mengamati wajah pria itu seperti tidak pernah melihatnya sebelumnya dan Hermione merasakan sesuatu di dadanya jatuh ke perutnya.
"Bagaimana denganku?" Draco bertanya, merasa tidak nyaman dengan tatapan penuh perhatian yang diberikan wanita itu.
"Kau telah membuktikan bahwa aku salah," Hermione menghela napas akhirnya, dengan enggan memalingkan wajah dari pria itu. "Kau telah-
"Apa hubungannya dengan Flint?" Draco bertanya, merasakan percakapan itu menjadi terlalu jauh untuk disukainya. Pria itu telah membuat keputusan untuk menjauhkan diri dari Hermione dan akan berpegang teguh untuk itu. Bahkan jika wanita itu terlihat sangat memikat dengan ekspresinya yang termenung, dan hampir kehilangan ekspresi. Hermione terlihat mampu mengekspresikan pendapatnya secara terbuka, dan imajinasi pria itu menyukainya.
"Mungkin tidak ada," gumam Hermione, dengan cemas mengutak-atik berkasnya. "Aku kira akan lebih mudah untuk bersikap profesional saat aku tidak terlalu menyukai korbannya. Kurasa aku tidak menyelesaikan banyak pekerjaan setelah Justin-
![](https://img.wattpad.com/cover/324498592-288-k750821.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HUNTED [Terjemahan]
Mystery / ThrillerDiizinkan alih bahasa oleh Bex-chan Diterjemahkan oleh wiltshirre Cover art oleh Flyora Dipaksa untuk bekerja sama ketika teman-teman sekolah lama mereka mulai meregang nyawa, Hermione & Draco harus mengatasi perbedaan mereka untuk memecahkan kemati...