"Seperti bintang dan bulan yang bersinar di langit yang sama, kita mungkin berdekatan tetapi tak selalu bisa saling bertemu."
•
•
•
~Happy reading~
Malam itu, aku kembali bertukar pesan dengan Nafiz. Aku merasa semakin dekat dengannya. Bahkan, Nafiz sudah mulai bercerita, dan candaan mulai menjadi bagian dari percakapan kami. Rasanya, aku mulai benar-benar mengenalnya sekarang. Sedikit demi sedikit, aku merasa nyaman berinteraksi dengannya.
Hari-hari berlalu, kami menjadi lebih sering bertukar pesan. Nafiz bahkan membantuku membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI). Dia memperlihatkan Karya Tulis Ilmiah miliknya dan menjelaskan tentang bagian-bagian dalam KTI. Aku sangat kagum dengan cara dia menjelaskan dan memberikan detail-detail kecil yang membuatku mudah memahaminya. Meskipun tema yang aku ambil berbeda dengan miliknya, penjelasan darinya sangat membantuku.
Suatu hari, aku melihat sebuah postingan dari Nafiz. Aku terkejut, ternyata dia pandai menggambar. Gambarnya sangat indah, penuh detail dan kehalusan. Namun, yang membuatku lebih terkejut adalah subjek dari gambar itu. Itu adalah wajahku!, batinku. Hatiku tersentuh. Aku tidak pernah menyangka bahwa Nafiz akan meluangkan waktunya untuk menggambarku. Bakatnya sangat luar biasa, dan sepertinya rasa sukaku padanya mulai tumbuh lebih besar.
Aku mulai tertarik dengannya, bahkan aku sangat ingin tahu bagaimana perasaannya terhadapku. Dengan penuh harap, aku berkomentar pada postingannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bumantara Prema
Roman d'amourDilarang Plagiat!! Dalam labirin kehidupan yang penuh ketidakpastian. Kanaya, seorang gadis SMA, jatuh cinta kepada Nafiz, seorang pemuda pesantren. Menemukan diri mereka terikat oleh benang-benang takdir yang tak terduga. Di tengah perbedaan panda...