"Maafin gue kak."
"Udah di maafin Sunoo."
Sunghoon tertawa kecil melihat Sunoo yang masih terus mengucapkan kata maaf padanya. Entah keberapa kalinya ini. Jari-jari Sunoo masih betah tepi lengan coat hitam Sunghoon. Bukan memegang tangannya, Sunoo tidak berani. Jadi dia menahan Sunghoon untuk tidak pergi dengan terus memegang tepi lengan kemejanya. Dia terlihat seperti anak kecil yang takut ditinggal ibunya di hari pertama sekolah, tapi memang itu yang Sunoo rasakan. Walaupun Sunghoon bilang dia sudah memaafkan Sunoo yang tidak bisa menerima perasaannya, memaafkan untuk semua harapan kosongnya, memaafkan semua perhatian Sunoo yang salah diartikan olehnya, tapi Sunoo masih merasa kalo kepergian Sunghoon ini akan selamanya.
Suara pengeras suara memberi pengumuman tentang pesawat Sunghoon yang akan segera berangkat kembali berputar memenuhi isi ruangan. Cengkraman tangan Sunoo mengencang, dada nyeri dipenuhi ketakutan, perdebatan memenuhi isi kepalanya. Yakin kah dia Sunghoon hanya sahabat, yakinkah dia perasaannya cuma takut kehilangan sahabat, yakinkah dia kalo melepas Sunghoon adalah pilihan yang tepat, yakin kah....
"Sun, Sunghoon harus pergi."
Itu Heeseung yang menepuk pelan pundaknya. Dia yang dari tadi menyaksikan gimana dua teman dari masa kecilnya ini telah tumbuh semakin dekat, yang melepas satu sama lain aja kayak mau dipisahkan maut.
"Gue bisa ditinggal pesawat nih kalo lo masih nggak lepasin ? Atau mau ikut aja ? Hehe." Tawa Sunghoon terdengar kaku.
"Kalo lo pergi terus nggak balik lagi karena benci gue gimana ? Gue gimana ?"
Ugh, Sunghoon benci mata hazel yanh berkaca-kaca ketika menatapnya itu. Membuat banyak rasa bersalahnya muncul. Membuatnya mau tinggal disini aja disakiti oleh Sunoo berkali-kalipun rasanya dia bakal ikhlas. Tapi bukan itu intinya, dia perlu kepastian.
"Gue balik. Kan tadi udah janji sama lo. Gue pasti balik Sun. Kan biasa juga gue pergi sampai berbulan-bulan buat syuting lo-nya gapapa." Sunghoon usak pelan pucuk kepala Sunoo.
Sunghoon dengar helaan nafas Jake yang berdiri di sebelahnya. Jake tau dia berbohong.
"Okay." Sunoo menyerah. Dia lepas peganganya. "Janji lagi sama gue, kalo lo kecewa sama gue, marah sama gue, jangan menghilang. Maki-maki gue aja ya. Tinggal lo satu-satunya sahabat gue kak."
"Ada Heeseung." Balasan itu meluncur terlalu cepat dari Sunghoon yang langsung rapatkan bibirnya. Tapi dia biarkan tidak berusaha dia luruskan lagi. Sedikit jujur walaupun menyakitkan itu perlu.
"Iya, gue juga bisa jadi sosok sahabat kayak Sunghoon, kalo di kasih kesempatan ?" Heeseung berdiri semakin mendekat.
"Janji dulu." Sunoo abaikan Heeseung, dia tunjukkan kelingkingnya ke Sunghoon, menunggu Sunghoon untuk mengikat janji mereka.
"Okay." Sunghoon kaitkan kelingkingnya lalu mengikat janji itu dengan saling menepelkan ibu jari satu sama lain. Seperti biasa mereka lalukan ketika membuat janji. "Lo juga harus buat janji sama gue." Sunghoon menyodorkan kelingkingnya kali ini pada Heeseung.
Heeseung sedikit kaget. Alisnya berjingkat satu mempertanyakan maksud Sunghoon.
"Janji nggak lupa ingatan lagi ya nyet. Gue sama Sunoo capek ngadepin dunia ini berdua doang. Sekarang lo udah ingat kita, lo harus tanggung jawab jagain kita berdua. Lo bilang dulu, apapun yang terjadi sebagai yang tertua lo bakal jagain kita berdua. Sekarang gue tagih." Ada nada sarkas pada ucapan Sunghoon.
Heeseung tersenyum tipis. Dia nggak ingat pernah mengucap kalimat itu, tapi dia juga tidak ragu mengaitkan kelingking pada kelingking Sunghoon. Meskipun baru mengingat tentang Sunghoon, tapi Heeseung sudah percaya mereka bertiga punya ikatan yang kuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Boss and Mr. Secretary | Heesun/Heenoo
Fanfic"Seung, kapan nikah ?" "Seung, mama diundang nikahan anak temen mama, kita kapan ngundang ?" "Kamu udah mau 30 tahun lho Seung, mama jodohin mau ? Biar cepet nikah ?" "Seung, ulang tahun kamu bulan depan mama minta kado mantu ya ?" "Seung, nikah yuk...