"Gue nggak mau pulang Sun."
Ucap makhluk menyebalkan yang sudah Sunoo ajak muter keliling sampe jam 12 malam gini tapi tetep nggak mau pulang juga. Padahal Sunoo udah ngantuk, udah capek, udah nahan emosi juga ngadepin Heeseung. Kesel banget Sunoo. Ditambah dia gagal makan-makan sama temennya padahal sudah semua alasan dia kasih ke Heeseung tetep aja nggak dikasih pulang. Alasannya ada hal yang lebih penting. Dih nggak taunya yang penting itu ngurusin mood bosnya.
"Terus mau kemana pak ? Ini udah jam 12 pak, memangnya Pak Heeseung nggak ngantuk ?"
Heeseung tidak memberi jawaban, kepalanya lagi ribut. Dia malah menurunkan jendela kaca mobilnya dan membiarkan udara malam menyapu wajahnya, membuat rambutnya yang terjatuh di kening tersapu menampakan kening sempitnya. Sunoo lirik sekilas. Dia akhirnya ikut diam juga. Percuma juga ngajak ngomong orang yang lagi banyak beban pikiran, nggak nyambung. Jadinya sama Sunoo dibiarin aja bosnya begitu, dia fokus nyetir dengan mata yang dia paksa terbuka.
"Lo kalo jadi gue gimana Sun ?" Tanya Heeseung setelah diam sekian lama.
"Gimana ya pak, saya kan belum pernah jadi kaya. Pernah dulu banget pas kecil itu juga nggak kaya-kaya banget." jawab Sunoo dengan polosnya.
Heeseung menggeleng kecil, bukan itu maksud dia. "Maksud gue kalo lo disuruh nikah terus."
"Oh. Ya tergantung sama siapa pak. Kalo sama orang yang saya suka ya pasti mau. Siapa sih yang nggak mau nikah sama orang yang dicintai pak ? Punya keluarga kecil, punya anak lucu kayak Eunwoo. Kalo pulang ada yang nyambut, kalo weekend ada yang minta jalan-jalan. Seru deh pak. Hidup tuh nggak boring. Dan yang terpenting kita ngabisin hidup kita sama orang yang kita suka." Senyum Sunoo mengembang membayangkan impian-impian kecilnya. Punya keluarganya sendiri.
Tanpa Sunoo sadar, Heeseung memperhatikannya. Bener-bener polos banget isi kepala sekretarisnya ini. Dipikir nikah cuma tentang ngabisin hidup sama orang yang dicintai terus selesai, banyak urusannya kali. Pengen banget tuh Heeseung kasih kotbah panjang ke Sunoo tentang pernikahan tapi bakal nggak guna pasti.
"Kalo gagal kayak gue ?"
"Hmm..."
Sunoo berpikir dulu. Pandangannya tetap fokus ke jalanan. Heeseung perhatikan terus, kali ini dia sandarkan lengannya ke jendela yang terbuka dan tahan kepalanya disana. Kalo diperhatikan begini, kenapa keliatan manis ya Sunoo ini.
"Kalo gagal kan wajar ya pak. Kan yang nikah dua orang, kalo yang satu mau jalan terus yang satu mau berhenti tapi keduanya sama-sama nggak mau kompromi, ya mau bilang apa, gagal sampai tujuan jadinya pak. Tapi kalo sama orang lain belum tentu gagal. Kenalan aja belum udah takut nikah."
Heeseung manggut-manggut. Kalo aja pikirannya sesimple Sunoo, enak kali ya. Gagal coba lagi, coba lagi, gitu terus sampai dia nemuin orang yang tepat. Tapi Heeseung nggak bisa, sekalinya dia pakai perasaan, dia habisin semua perasaannya disatu orang itu. Dengan Yunjin, itu kedua kalinya dia kasih perasaannya dengan penuh. Heeseung pernah kasih semua perasaannya ke seseorang tapi dia lupa siapa orang itu.
Ingatannya sudah banyak hilang sejak kecelakaan dulu. Dia bahkan nggak bisa ingat masa kecilnya dulu bagaimana, dengan siapa, dimana. Yang Heeseung ingat dia baru menemukan yang namanya teman ketika kuliah. Hidupnya banyak dihabiskan di rumah. Sekolah juga dirumah. Kalo ketemu dengan teman-teman orang tuanya aja baru dia bisa dapat teman baru, itu juga bukan bener-bener orang yang bisa diajak berteman. Hanya sekedar formalitas.
"Jadi sekarang kita bisa pulang nih pak ?"
"Hmm, kayaknya gue mau beli apartemen lagi deh Sun. Apartemen yang mama nggak tau dimana jadi dia nggak bisa nyariin gue. Kita beli apartemen dulu baru pulang ya. Temen gue ada agent property, kita ketemu dia aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Boss and Mr. Secretary | Heesun/Heenoo
Fiksi Penggemar"Seung, kapan nikah ?" "Seung, mama diundang nikahan anak temen mama, kita kapan ngundang ?" "Kamu udah mau 30 tahun lho Seung, mama jodohin mau ? Biar cepet nikah ?" "Seung, ulang tahun kamu bulan depan mama minta kado mantu ya ?" "Seung, nikah yuk...