Chap 9 : Emosi

1.3K 160 56
                                    


Heeseung hela nafasnya dengan dengusan yang cukup kencang untuk kesekian kalinya. Biar mamanya tau dia kesal dengan situasi ini. Gimana nggak kesal kalo dia dipaksa duduk di depan seorang perempuan yang mamanya perkenalkan bernama Chaewon. Cewek berambut pendek sebahu yang cuma manggut-manggut menanggapi setiap cerita mamanya. Heeseung ini sudah nggak sabar pergi untuk jemput Eunwoo. Ini sudah lewat dari jam janjian mereka dan Heeseung takut kalo anaknya itu akan ngambek. Dia ada diantara percakapan mereka juga nggak manfaat. Ibaratnya dia tuh kayak dijadikan pajangan doang sama mamanya endingnya apa ? Pasti perjodohan. Hapal Heeseung kelakuan mamanya yang begini.

"Maaf ma, aku boleh pergi sekarang nggak ? Eunwoo sudah nunggu kalo tunda lagi nanti dia rewel." Heeseung berdiri dari duduknya.

"Oh udah jam ya. Bisa sih Seung kamu pergi. Mama sama dokter Chaewon juga udah selesai. Eh tapi kamu sebelum jemput Eunwoo antar Dokter Chaewon dulu ya. Tadi kesini dijemput Pak Ahn sekarang mama mau ajak Pak Ahn pergi."

Heeseung kerutkan alisnya. Modus banget. Padahal mama sendiri yang nganter kan bisa.

Mamanya kasih tatapan menekan biar Heeseung menyetujui perintahnya, sementara Chaewon hanya diam bergantian melempar pandangnya pada ibu dan anak itu.

"Iya." Jawab Heeseung akhirnya dengan nggak ikhlas. "Pergi sekarang bisa kan Chae ?"

Chaewon kasih anggukan. Dia lalu merapikan barang-barangnya salah satunya tas yang agak besar berisi peralatan dokternya. Chaewon ini anak temen mamanya. Masih muda dan baru jadi dokter. Alasan mama minta dicek tensi tapi Heeseung tau alasan utamanya bukan itu, ya apalagi kalo bukan buat dipamerin ke Heeseung.

"Bantu dong Seung, kamu tuh nggak peka." Celetuk mamanya dengan nada menyindir.

"Sini gue bawain Chae." Heeseung ambil tas di tangan Chaewon.

"Dokter Chaewon gitu dong, nggak sopan kamu tuh." Heeseung tahan emosinya dengar celetukan mamanya itu. Apa-apa dikoreksi mulu.

"Gapapa tante, lebih enak panggil nama aja." Chaewon tersenyum canggung.

"Ya gapapa, gelar kan dapatnya susah harus dihargai. Atau kalo nggak mau dipanggil bu dokter, dipanggil calon mantu mau ?" mamanya full senyum sementara Chaewon semakin kikuk. Pipinya sedikit bersemu merah.

Heeseung lirik mamanya dengan sinis, genggaman tangannya di tali tas Chaewon mengencang. Pengen banget dia bentak mamanya tapi dia tahan diri. Bener-bener sabarnya diuji banget sama mamanya. Heeseung kemudian putuskan untuk berjalan duluan meninggalkan keduanya tanpa sepatah katapun. Diamnya cukup membuktikan kalo dia marah banget.

Ketika sedang berjalan menuju mobilnya Heeseung coba telpon Yunjin. Mau nanyain tentang Eunwoo yang sudah 2 jam dia abaikan dari jam janjian mereka.

Nggak sampai deringan ketiga telpon di angkat.

"Iya Seung." Kebiasaan Yunjin yang nggak pernah pakai kata 'halo' kalo angkat telpon dia.

"Eunwoo masih ngambek ?" Heeseung pun to the point. Memang sudah nggak ada kata basa basi antara mereka.

"Udah nggak ngambek kok, udah happy tadi di jemput Sunoo."

Heeseung hentikan langkahnya tepat di depan mobilnya. "Di jemput siapa ?" Perasaan tadi dia nyuruh Yunjin untuk bilang ke Eunwoo kalo dia akan telat.

"Di jemput Sunoo tadi."

"Maksud kamu gimana?"

"Tadi Eunwoo udah nangis terus kamu nggak datang-datang jadinya aku telpon Sunoo soalnya kemarin Eunwoo bilang mau jalan-jalan sama kamu sama Sunoo juga. Untung mau tenang dia pergi sama Sunoo. Udah happy lagi sih tadi. Kamu kalo masih sibuk ngurusin mama ya udah lanjut aja mumpung Eunwoo masih sama Sunoo. Baru jalan sejam yang lalu." Jelas Yunjin panjang lebar di seberang sana.

Mr. Boss and Mr. Secretary | Heesun/HeenooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang