✭
✭
✭𝗦𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮𝘁 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗺𝗼𝗴𝗮 𝘀𝘂𝗸𝗮 ((o(*>ω<*)o))
Semua santri berhamburan pergi keluar Musholla, karena jama'ah sholat isya' telah selesai. Semua santri pergi ke kamar masing masing, jadwal mengaji mereka di perlambat sedikit karena guru nya sedang ada urusan yang tidak boleh di tinggal.
Blaze dan Taufan masih setia duduk di Musholla itu, menunggu kehadiran sang ketua keamanan.
Seseorang duduk di depan dua mahluk itu, tak lama ia mulai mengangkat bicara, yang sedari tadi hanya keheningan saja.
"Blaze? Taufan, aku selaku ketua keamanan, akan menghukum kalian karena kesalahan kalian sendiri."
"Yang aku beritahu masalah kalian adalah, Solar saja, Ice tidak ku beritahu." Ucap Hali.
"Kenapa ngga di beritahu, bang Ice nya?" Taufan yang bertanya.
"Tanyakan nanti soal itu kepada Blaze, kita akan membahas hukuman khusus untuk kalian." Ucap Halilintar yang menyenderkan tubuh nya di sebuah tembok.
"..."
◆ ◆ ◆
"Kenapa harus seperti ini?" Blaze mengeluh.
Disinilah mereka berdua, sedang menjalankan hukuman mereka, yaitu menghitung pasir yang ada di depan asrama putri, yang sudah terhitung, di taruh di sebuah wadah kecil berisikan air.
"Dapet berapa, Fan?" Taufan yang merasa di panggil, ia menoleh.
"Dapaaat... Dapat 100." Ucap Taufan yang masih sibuk menghitung lagi.
"Hah!? Cepet kali kau, aku aja masih 60 TvT." Taufan hanya tersenyum smirk.
"Makanya, dari tadi kamu ngeluh aja, kek aku dong, Semangat!" ucap Taufan yang percaya diri.
Jika mereka belum mengumpulkan sampai 500 pasir, mereka akan di tambah lagi hukuman nya. Saat ini Taufan sedang menelonjorkan kaki kanan nya, yang kiri ia lipat.
Blaze dari tadi masih mengeluh saja, ia sangat ngantuk, padahal tadi siang ia sudah tidur.
"Gimana Blaze? Ini kan yang kau mau? Tidak ikut ngaji." Ucap seseorang yang ada di belakang Blaze.
"Bukan gini maksud aku!! Yang ku maksud rebahan, tapi tidak mengaji, Ice!" ucapan ngegas, menurut Ice sangat lah lucu, ia pun sedikit terkekeh.
"Beruntung bukan aku yang di suruh Kak Hali buat ngehukum kalian, kalo tidak...–"
"...–kalian akan tahu sendiri." Ice pun beranjak pergi meninggalkan dua orang itu yang sedang menjalankan hukuman nya.
"Blaze, kasih contoh hukuman yang pernah di suruh oleh bang Ice." Ucap Taufan penasaran.
"97, 98, 99, 100!! Yeyy tinggal 400!" Blaze kegirangan saat jumlah pasirnya sudah mencapai 100.
"Halah, aku aja udah selesai." Ucap Taufan dengan santai, sambil menghitung pasir nya. Namun..
"Lah? CEPET BANGET!??" Blaze menggaruk kepala nya yang tak gatal, ia lelah menjalani hukuman di luar nalar ini.
"Jangan jujur jujur nge hitung nya, ga bakal di hitung ulang tu pasir, lagian buat apaan ngitung beginian??" Blaze pun ngangguk ngangguk tanda mengerti.
"Iya ya, yaudah aku kira kira saja." Final Blaze, ia pun mengambil pasir sekiranya di lihat itu, jumlah pasirnya nampak seperti 400.
"Oh iya Fan." Blaze teringat sesuatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙋𝙤𝙣𝙙𝙤𝙠 𝙋𝙚𝙨𝙖𝙣𝙩𝙧𝙚𝙣 𝘼𝙡 𝘼𝙢𝙞𝙣
RandomSeorang anak laki laki yang berusaha membujuk ayah nya, agar ia di masukkan ke dalam sebuah pondok terbesar di pulau Rintis. Sebenarnya ia hanya kesepian tidak memiliki teman di rumah, karena teman nya berada di pondok itu. Ia yang bernama Taufan...