✭
✭
✭𝗦𝗲𝗹𝗮𝗺𝗮𝘁 𝗺𝗲𝗺𝗯𝗮𝗰𝗮 𝗱𝗮𝗻 𝘀𝗲𝗺𝗼𝗴𝗮 𝘀𝘂𝗸𝗮 ((o(*>ω<*)o))
Setelah kejadian yang paling tidak di sukai Blaze terjadi, Blaze pergi ke kamar nya. Tapi sebelum itu, Blaze menyirami seluruh tubuh nya di kamar mandi musholla, di bantu Taufan yang mengambilkan baju ganti yang ada di lantai dua. Haduehh... Memang repot, untung teman sendiri...
Baiklah.. Sekarang mereka sudah berada di lorong lantai dua, mereka berjalan santai menuju kamar B7.
Sesampainya disana, semua orang yang ada di kamar itu, menertawakan Blaze.
Si Blaze hanya memasang wajah cemberut. Taufan sedikit terkekeh dengan itu.
"Tumben si lo, biasanya ngereog juga" Ucap Blaze terhadap Taufan yang menata bantal dan selimut nya. Bersiap untuk menemui alam mimpi nya.
"Masih 𝘢𝘯𝘢𝘬 𝘣𝘢𝘳𝘶 lah Blaze, gimana si" Ucap Taufan tanpa menoleh ke arah sang penanya.
"Taufan bisa ngereog ternyata" Sahut Ice dari belakang Blaze. Taufan hanya tersenyum malu.
"Iya Ce, biasanya kalo sama aku doang, ngreognya minta ampun, tantrum juga sering kok"
"Heh!" Setelah Taufan berucap, Blaze tertawa dengan keras.
"Blaze kenapa kalo manggil bang Ice nggk pake 'bang' di awalan" Tanya Taufan mengalihkan perhatian.
"Udah kebiasaan dia mah" Ucap Ice yang ternyata sudah tergeletak di samping Blaze, bersiap untuk tidur.
"Hehe" -Blaze
"𝘜𝘥𝘢𝘩 𝘉𝘭𝘢𝘻𝘦, 𝘭𝘰 𝘤𝘦𝘱𝘦𝘵 𝘵𝘪𝘥𝘶𝘳, 𝘬𝘢𝘭𝘰 𝘴𝘢𝘩𝘶𝘳 𝘨 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘥𝘪𝘣𝘢𝘯𝘨𝘶𝘯𝘪𝘯!" Ucap salah satu anak yang berada tidak jauh dari kasur Blaze.
"𝘗𝘢𝘬𝘦 𝘯𝘨𝘪𝘭𝘦𝘳 𝘭𝘢𝘨𝘪, 𝘱𝘧𝘧𝘵-"
"Apasih kalean itu, orang aku kuat kuat aja tanpa sahur" Ucap Blaze menutupi dirinya dengan selimut.
"Kuat, tapi siang nya makan, apalah kamu Blazee" Taufan menyahuti. Beberapa anak tertawa akan ucapan Taufan.
Blaze tidak bisa melawan Taufan, karena yang diucapkan Taufan memang benar 100%
"Udah ahh! Udah jam dua belas malam inii"
"Ya udah, tidur sana"
"Ya udah si"
"Ya udaahh"
"Ya udah!"
"Sttt" -Ice
"...." -Blaze and Taufan
🌪🌪🌪
Keesokan hari nya, pukul tepat 1 siang. Blaze yang hendak mengambil bantal kesayangan nya, mendengar sebuah peringatan untuk segera berkumpul ke lapangan. Blaze berjalan malas yang sekarang ada di lorong, bersama Taufan yang ada di samping nya.
"Hah... Maless.." Ucap Blaze tidak semangat.
Taufan hanya melirik sekilas ke arah Blaze, lalu menggeleng pelan. Mata nya kembali menghadap ke depan lagi.
Kini Taufan dan Blaze sudah sampai di tengah tengah lapangan, dengan terik matahari yang sangat⁴ panas itu, Blaze berkali kali mengusap kening nya yang sudah di basahi keringat.
"Ini ngapain si disini? Yang kena 𝘵𝘢'𝘻𝘪𝘳 siapa, yang harusnya di jemur siapa?" gerutu Blaze tak henti henti nya, karena di sini ia berdiri adalah, hanya untuk menyaksikan Kakak Keamanan menceramahi anak anak yang melanggar beberapa aturan pondok, dan semua santri harus melihat nya, katanya agar si pelanggar peraturan itu... malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙋𝙤𝙣𝙙𝙤𝙠 𝙋𝙚𝙨𝙖𝙣𝙩𝙧𝙚𝙣 𝘼𝙡 𝘼𝙢𝙞𝙣
De TodoSeorang anak laki laki yang berusaha membujuk ayah nya, agar ia di masukkan ke dalam sebuah pondok terbesar di pulau Rintis. Sebenarnya ia hanya kesepian tidak memiliki teman di rumah, karena teman nya berada di pondok itu. Ia yang bernama Taufan...