Bab 6

110 14 1
                                    

Warning! 18+

*
*
*
*
*

Serayu merasa di atas awan. Hatinya berbunga-bunga. Ia merasa riang sepanjang hari. Suasana desa yang mereka datangi luar biasa asri. Udaranya bersih. Jauh dari hiruk pikuk kota. Mendamaikan.

Mereka sudah ke kebun jeruk tadi pagi. Serayu puas menikmati buah-buah yang ranum lagi manis. Ia bahkan sudah membawa beberapa sebagai oleh-oleh.

Sore ini mereka ke danau yang digadang-gadang mirip surga. Dan ketika Serayu melihat dengan mata kepala sendiri, ini memang surga. Danau itu luas, airnya jernih, berwarna biru. Ada sebuah pondok di sisi kirinya, lengkap dengan jalan setapak yang tertutupi air.

Ulfa dan Winda sibuk berenang bersama pasangan mereka. Adik-adiknya Darhan juga serupa. Orang tua Darhan memang tidak ikut karena merasa lelah. Bisa dibilang, ini kencan ramai-ramai. Namun, alih-alih iri, Serayu malah bahagia, meski ia tak punya pacar atau suami seperti yang lain.

Danau yang indah tentu salah satu yang membuat suasana hatinya bagus. Gadis itu memang tak bisa berenang, hingga memutuskan duduk di jalan setapak yang menghubungkan daratan dan pondok. Namun, itu tak mengurangi kegembiraan. Sebab Serayu tak benar-benar sendiri.

Darhan mengekorinya sejak tadi. Pria itu bahkan rela tak terjun ke air dan memilih menemaninya duduk. Meski mereka tak terlibat banyak obrolan, tetapi itu cukup.

"Nggak dingin?" tanya Darhan sambil memainkan jemari Serayu di pangkuan si gadis.

Serayu menggeleng, meski bibirnya agar gemetar.

"Kamu kedinginan," beritahu Darhan dengan sorot mata malas.

Menatapi teman-temannya yang saling melempar air, Serayu tersenyum. Ia masih ingin menatapi pasangan-pasangan yang berbahagia itu, sampai suara perutnya terdengar.

Serayu menoleh dan mendapati tatapan mencemooh dari Darhan. Gadis itu tertawa-tawa saat tangannya ditarik dan ia dipaksa berdiri.

"Serayu lapar," beritahu Darhan pada adik-adiknya. Pria itu melangkah meninggalkan pondok, menuju pick up tempat mereka menyimpan makanan.

Darhan mengambil salah satu kotak bekal. Ia berikan pada Serayu. Si perempuan ingin makan di belakang, di bak pick up, ia sedikit memaksa agar mereka duduk di depan saja. Ia tak ingin si gadis makin menggigil.

Lelaki itu menontoni Serayu makan dalam diam. Matanya berkeliaran. Kadang ke bibir si gadis yang mengkilat dan bergerak-gerak, kemudian pindah ke rambutnya yang terurai basah. Darhan membasahi bibir kala tatapannya jatuh ke leher Serayu yang putih, lembab dan lembut. Ia ingin membuat tanda di sana.

Pria itu menahan napas saat menyadari jikalau kaus putih Serayu tak sempurna menutupi d*da perempuan itu. Kain itu menerawang karena basah. Dan Darhan bisa melihat lembutnya daging di balik kaus itu.

Serayu sudah selesai makan. Perempuan itu sedang menyimpan kotak bekal ke dashboard, saat Darhan bergerak pindah. Pria itu menempati bangku penumpang, memindahkan Serayu ke atas pangkuannya.

Mereka bertatapan. Darhan bisa melihat Serayu terkejut, tetapi hanya sebentar. Sebab setelahnya, Serayu menampilkan senyum kecil yang berhasil mengikis habis semua kewarasan Darhan. Perempuan berwajah lugu ini penggoda, batinnya.

Darhan mencoba peruntungan. Ia merayu Serayu. Pria itu bersorak girang ketika sentuhan dan buaiannya diterima. Serayu mel*nguh dan menyebut namanya berkali-kali. Di mobil itu, Darhan mengambil posisi sebagai pria itu pertama untuk Serayu.

 

.....

Terima kasih udah mampir. Sehat selalu, ya. Yang mau baca full, bisa ke Karyakarsa. Bab di sana udah 10 dan masih gratis, ya.

Serayu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang