Warning!!!
21+Bijak pilih bacaan, ya. Kalau belum cukup umur, jangan dibaca.
*
*
*
*
*Tidak mendapat izin kembali bekerja, Serayu berupaya menerima keadaan. Ya, ia sudah mengusahakannya kemarin, tetapi gagal. Darhan ngotot memintanya di rumah saja.
Sehari-hari, perempuan itu akan menghabiskan waktu di rumah saja. Memasak, mencuci, menyapu, pokoknya semua urusan tugas rumah.
Di waktu-waktu yang terasa berjalan lambat, perempuan itu terkadang memilih tidur, setelah bosan menonton. Jika bosan tidur siang, Serayu akan menyibukkan dii dengan membuat camilan. Kadang kue, kadang es buah, kadang juga keripik. Namun, setiap hari melakukan hal-hal itu, Serayu masih saja bosan.
Rasa bosan membuat Serayu nekat meminta sesuatu pada Darhan. Perempuan itu sudah mengatur strategi. Pertama, ia harus membuat semuanya berjalan normal.
Ketika Darhan pulang, seperti biasa perempuan itu bertanya harus menyiapkan air hangat atau makanan dulu. Darhan sebenarnya bukan tipe pria yang apa-apa ingin dilayani. Namun, Serayu yang bersikeras melakukannya, sebab menurutnya ia tak punya pekerjaan lain. Serayu setidaknya ingin menebus biaya sewa tempat tinggal, biaya makan dan sejumlah uang yang tiap minggu Darhan gelontorkan untuk dipakai Serayu belanja.
Serayu menunggu Darhan makan tanpa diminta. Sama sekali tidak ada obrolan berarti selama itu. Hidup bersama Darhan hampir sebulan mau tak mau meyakinkan Serayu soal omongan Nina tentang betapa pendiamnya dan pasifnya Darhan ini.
Entah karena si pria tak minta bicara padanya atau memang begitu sifatnya pada semua orang. Serayu sudah terlalu lelah menerka, maka ia terima saja. Jika benar-benar butuh teman bicara, barulah perempuan itu agak memaksa, meminta Darhan mendengarkan saja.
"Kamu mau minta sesuatu?"
Tebakan yang Darhan suarakan membuat mata Serayu membola untuk sesaat. Mereka sudah di kamar kini, bersiap tidur setelah Serayu menemani suaminya menghabiskan beberapa batang rokok di teras depan.
Membenarkan ucapan Darhan, Serayu melepas gaun tidurnya hingga tergeletak di lantai. Perempuan itu berjalan menghampiri si suami yang duduk di tepian ranjang. Membernikan diri melawan tatapan tajam si lelaki, Serayu naik ke pangkuannya.
"Kamu nggak pernah bisa mengubah keputusanku soal izin bekerja." Darhan memperingatkan. Tatapannya turun pada dada sang istri yang ranum dan mengundang.
Menahan rasa terbakar di wajah yang tebal, Serayu membusungkan dada. Merayu bibir Darhan untuk mencicipinya. Serayu butuh tahu apa suaminya berminat akan pertukaran ini atau tidak.
"Kamu enggak mau?" tanya perempuan itu dengan nada kecewa sebab Darhan tak kunjung menyambar umpannya. Pria itu hanya terus menatapi dadanya.
"Katakan dulu kamu mau apa." Darhan meniup ujung dada si perempuan.
"Pergi."
Dengan cepat lirikan mata Darhan pindah dari dada Serayu. Tatapannya tajam ke arah mata sang istri. Darhan terusik dengan permintaan barusan.
"Pergi?" tanyanya memastikan.
Serayu mengangguk. "Udah lama aku enggak pergi sama Ulfa dan Widia. Mereka ada waktu minggu ini. Rencana, kalau dapat izin kamu, aku mau ikut. Mereka mau ke pantai."
Si perempuan membelai tengkuk Darhan. Matanya menangkap sorot mata lelaki itu melembut. Asanya membumbung tinggi.
"Boleh?" pinta Serayu dengan suara penuh harap.

KAMU SEDANG MEMBACA
Serayu
RomansaSerayu bertemu kembali dengan cinta pertamanya. Bak mimpi yang jadi kenyataan, pria itu meminta Serayu menjadi istri. Serayu menyetujuinya, meski pernikahan itu menghancurkan hati, cinta dan dirinya sendiri.