Warning! 18+
*
*
*Ada kegiatan bermain sore ini. Lagi-lagi ide Nina, adik bungsunya Darhan. Serayu sebenarnya tidak mau ikut, tetapi ia tak tega membuat Nina kecewa.
Mereka akan membuat tim. Berpasangan. Memperebutkan satu buah bola seukuran genggaman tangan. Serayu mendapat Nina sebagai rekan satu tim, perempuan itu akan memegangi keranjang yang disebut gawang, tempat bola yang diperebutkan harus dimasukkan.
Permainan berlangsung sengit. Serayu tak menyangka Ulfa atau Winda akan serius dengan gim ini. Dua temannya itu berkali-kali menabrak, bahkan tak segan merebut bola dari tangan Serayu. Namun, Serayu juga tak mau kalah.
Tampak tertawa-tawa, beberapa kali jatuh di rumput, gadis itu penuh tekad untuk menang. Hadiahnya lumayan, sekeranjang jajanan. Serayu tak akan menyerah. Walau kini Ulfa berganti tempat dengan Darhan dan mengharuskan Serayu berebut bola dengan lelaki jangkung itu.
Ini jelas bukan pertandingan seimbang. Lihat saja tinggi badan Darhan. Ditambah otot liat di beberapa bagian, Serayu meringis sebab beberapa kali mereka harus berbenturan.
Kini bola di tangan Winda. Temannya itu sedang mencari celah untuk bisa berlari ke arah Bu Sania, partnernya. Serayu berlari gesit. Tubuhnya yang semampai lolos dari jangkauan Darhan barusan. Sayang, ketika bola sudah dalam genggaman, lelaki itu malah berhasil memegangi lengannya.
Serayu panik, tetapi ia tertawa-tawa. Diangkatnya tinggi bola kuning yang mencari incaran si lelaki. Tubuhnya meronta berusaha lepas dari kungkungan lengan Darhan.
"Aduh," pekik gadis itu dengan wajah memerah ketika Darhan menyasar pinggangnya untuk digelitik.
"Serayu, lari! Jangan kasih bolanya!" teriak Nina penuh semangat.
Serayu hampir lolos, jika saja Darhan tak mengunci pinggangnya dengan dua lengan. Perempuan itu memekik ketika tubuhnya diangkat.
"Jatuhkan bolanya," suruh Darhan. Sengaja pria itu mengangkat Serayu hingga kaki di gadis tak menapak di rumput. Ia ayun ke kiri dan kanan seolah ingin melempar, hingga si perempuan memekik dan tertawa takut.
"Bapak, jatuh! Udah! Curang, ih! Turunkan aku!" Kaki Serayu berusaha mencapai rumput. Dua tangannya berusaha mengangkat bola, menjauhkannya dari jangkauan salah satu lengan Darhan yang berusaha meraih.
"Jatuhkan bolanya, Serayu."
Menggeleng dan memekik selagi tubuhnya diayun ke kiri dan kanan, Serayu merasa melemparkan bola dari jarak sejauh itu akan berisiko. Winda sedang menanti.
"Eh, mau dibawa ke mana? Pak Darhan? Turunkan!" Tubuh Serayu menggantung di udara. Darhan berjalan menjauh dari lapangan, pria itu pergi ke kolam renang, membawa Serayu bersamanya.
"Jatuhkan bolanya, atau kamu saya jatuhkan ke air." Darhan mengulum senyum saat mendengar Serayu memekik di atas air kolam. "Heh, Serayu!" tegurnya heran sebab barusan si perempuan menyimpan bola tadi ke dalam baju.
"Bapak mau ambil?" Serayu menoleh ke belakang dengan tatapan menantang. "Turunkan saya, Pak. Ini curang!" protesnya dengan wajah merah dan napas terengah akibat banyak berlari, berteriak dan tertawa.
Darhan menurunkan tubuh perempuan itu. Ia balik badan Serayu hingga menghadap padanya. Satu tangan si lelaki mendorong bahu Serayu hingga si gadis bersandar ke dinding pembatas antara kolam dan pintu samping.
"Ambil bolanya," suruh Darhan. Mata lelaki itu berbinar menemukan pipi lembut Serayu yang memerah. Memberinya ide untuk segera mendekat dan menggigitnya.
Serayu menggeleng. Perempuan itu malu, dipakainya dua tangan untuk menutupi wajah. Namun, Darhan menarik tangan itu menjauh, kemudian menekannya ke dinding di belakang Serayu.
Serayu berlarian sejak tadi. Maka kini napasnya terengah. Membuat dadanya membusung dan mengempis tepat di depan mata Darhan. Wajah Serayu rasanya terbakar karena menyadari tatapan si lelaki jatuh ke dadanya.
"Ambil bolanya." Suara Darhan merendah. Pria itu mirip seperti sedang mengerang.
Mengandalkan keberanian yang secuil, Serayu menggeleng lagi. Perempuan itu merapatkan punggung ke dinding saat tiba-tiba Darhan memajukan wajah dan mengecup dagunya. Tubuh Serayu seperti terbakar merasai bibir lembut pria itu di kulit wajah.
Selanjutnya Serayu dibuat terkesima, terkesiap, dan terhanyut. Darhan memberinya sesuatu yang baru ini Serayu alami. Perempuan itu dibuai oleh sentuhan dari tangan atau bibir si pria.
Menerbangkannya ke langit ke sembilan. Menghempasnya ke bumi dengan sensasi nikmat yang tak bisa Serayu jelaskan. Bibirnya, pipinya, lehernya, semua Darhan sapa dengan cara paling seksi yang pernah Serayu tahu.
Napas mereka yang memburu terdengar bersahutan setelah Darhan mengusaikan sentuhan. Mereka berpelukan, kepala Serayu terkulai di bahu si lelaki. Usapan teratur di punggung membuai Serayu begitu hebat hingga hatinya terasa penuh.
"Kamu berhasil bikin saya hilang akal."
Serayu mengulum senyum. Entah kenapa ia merasa bangga mendengar itu. Seolah ia baru saja memenangkan sesuatu.
….
Terima kasih udah baca sampai sini. Sehat selalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serayu
Roman d'amourSerayu bertemu kembali dengan cinta pertamanya. Bak mimpi yang jadi kenyataan, pria itu meminta Serayu menjadi istri. Serayu menyetujuinya, meski pernikahan itu menghancurkan hati, cinta dan dirinya sendiri.