🌶️ 10🌶️

636 82 43
                                    

Tapi ku tak sangka secepat ini ..
Harus berakhir kisah cinta kita ..
Ku akan selalu mencintaimu,
Walau kita tak mungkin bersama
Meski berat melepasmu,
Tapi kamu akan selalu, di hatiku selamanya...

(Mimi KD, Kamu di hatiku selamanya)
.
.
.

.

..

Di dalam sedan milik Naruto, tak ada satupun di antara mereka berdua yang memulai pembicaraan. Naruto mengendarai mobilnya begitu perlahan, seraya mencari-cari momen atau basa basi yang tepat untuk memulai percakapan. Terutama, mengenai hubungan mereka. Naruto tak mengerti, segala macam rasa mulai menyeruak ke permukaan, campur aduk jadi satu. Kecewa, dengan keadaan yang memaksa ia untuk menerima kenyataan getir bahwa Hinata adalah seorang gadis yang masih duduk di bangku sekolah. Kesal, karena Hinata telah membuat perubahan yang begitu signifikan pada keponakannya. Dan marah, karena perasaan cinta itu terlalu dalam bersemayam di sudut sana.

Naruto mendesah dan menyugar helaian kuningnya ke belakang dengan jari jemari kanannya. Kelesah yang ada, tak akan usai jika tidak diutarakan di muka. Naruto menarik napas panjang dan menghembusnya perlahan. Ia harus menyiapkan diri agar bisa melupakan segala ingatan menyenangkan saat bersama Hinata. Walau masih terselip keragu-raguan, apakah ia bisa?

Naruto berdeham pelan untuk menetralisir irama jantungnya yang berdegup kuat.

"Hi ... ,"

"Aku ... Minta maaf."

Mendengar hal itu, sontak sepasang safir Naruto melirik ke sebelah, ke sosok gadis kecil yang sedang menunduk. Naruto tiba-tiba saja menghentikan laju mobilnya ke tepi, dekat taman kota.

Sepasang kelopak tanned dibalik kacamata itu mengerjap pelan. Ia tak tahu bagaimana menanggapi situasi yang tak diinginkan. Ia hanya memandang kosong ke depan. Namun sepasang rungunya ia pasang sebaik mungkin, tengah menanti hal apa lagi yang akan Hinata utarakan untuknya.

"Satu hal yang kamu tahu kalau ... "

Satu percikan rasa penasaran membuat Naruto segera mengalihkan bola matanya. Menatap Hinata secara utuh, pandangannya begitu nanar dan rapuh. Naruto bisa menangkap suara Hinata berubah sedikit serak dan bergetar.

"Saya mencintai kamu,"lanjut Hinata. Ia melipat bibirnya ke dalam. Ia tak mengerti kenapa malah kalimat ini yang ia ucap. Rasa sakit menjejali pikiran hingga dirasa tak ada lagi kalimat yang pantas terlontar selain itu.

Naruto menatap lekat-lekat, sosok cantik yang tidak menatapnya saat berbicara. Naruto bisa melihat dengan jelas, cairan bening itu perlahan menetes satu di pipi sebelah kanannya.

Ingin saja Naruto mengambil tubuh itu dan memasukkannya ke dalam dekapan erat-erat. Tapi kenyataan yang terhampar sekarang menjadi jarak tak kasat mata atas hubungan mereka.

"You're the first in ...,"lirih Hinata berucap. Getaran pada suaranya semakin menjadi. Bahkan hingga tercekat di tenggorokan. Pandangannya hanya fokus ke depan. Ke jalanan yang ramai dengan orang berlalu lalang. "In my life,"lanjut Hinata pedih.

Naruto tak bergeming dari posisinya, karena semua isi hatinya sudah terwakilkan oleh ungkapan yang berasal dari Hinata secara langsung. Jari jemari yang masih tertahan di roda stir itu teremat kuat.

Disertai napas yang tersendat Hinata melanjutkan ucapannya,"Kata orang, kalau ... Cinta pertama seorang anak perempuan adalah Ayahnya. Tapi aku .. tidak mengalami hal demikian,"ungkap Hinata terbata-bata, seraya sesenggukan.

Fake Chilli (End)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang