🌶️ 6 🌶️

592 67 17
                                    

Bahwasanya aku, tak pernah merasakan..
Ini adalah cinta yang kurasakan..
Cukup lama sudah, penantianku ini..
Ku tak mau terjebak permainanmu..
(Fake Chilli, Mahadewi)

Warning !!
Chapter ini masih di area 17++

....

Naruto menatap dalam sepasang mata gadis yang berada di bawah tubuhnya. Netra kelabunya tampak berair, sesekali meringis perih. Naruto merasa Hinata sedang menahan sakit. Ia tak kunjung melakukan pergerakan apapun. Padahal pusakanya sudah masuk secara penuh di bawah sana.

"Kamu ... Baik-baik saja?" Naruto bertanya, menatap khawatir Hinata yang tampaknya masih menyesuaikan diri atas apa yang terjadi.

Kelopak putih Hinata mengerjap pelan. Rasa nyeri bukan hanya menjalar pada kemaluannya saja tapi juga sekujur tubuhnya. Ia mengatur napas, menarik dan menghembusnya perlahan-lahan.

"Baik."

Naruto menatap lekat Hinata."Kamu yakin?" tanya Naruto, memastikan.

Kepala Hinata mengangguk lambat sebagai jawaban, tapi berbanding terbalik dengan wajahnya yang masih mendesis perih.

Naruto menarik napas dan mendengus."Saya tidak akan melanjutkan jika ..."

Hinata menyela cepat."Lakukan, bukankah memang ... seperti ini rasanya, ketika pertama kali?"

Hinata tidak tahu lagi apa yang ia katakan. Semuanya mengabur seiring dengan kenikmatan surgawi yang Naruto berikan padanya. Tubuh mereka sudah berhimpit tanpa penghalang satu helai benang pun. Hanya tinggal mengeksekusi saja.

Naruto mengulas senyum lembut, bibirnya kemudian beralih ke kening yang tertutupi poni dan menciumnya. Menyalurkan perasaan yang murni.

Setelah mencium kening Hinata, mulutnya beralih lagi ke telinga kanan gadis itu dan berbisik."Bilang saja jika kamu tidak nyaman, maka saya akan berhenti."

Mendengar hal itu, sontak kepala Hinata langsung menggeleng tak setuju."Tidak perlu, lanjutkan saja," Sahut Hinata tanpa ragu, sorot kelabu itu malah tampak memohon.

Naruto memperhatikan apa yang Hinata lakukan padanya. Tangan putih itu terulur untuk melilit leher kemudian turun ke punggung dan mendekapnya seerat yang ia bisa.

"Lakukan sayang," pinta Hinata mesra, dengan suara seraknya yang begitu sensual di rungu kanan Naruto.

Merasa mendapat lampu hijau. Maka, tak perlu menunggu lama, Naruto kini mulai melakukan dorongan lambat untuk penyesuaian awal. Bibir mereka secara bergantian mengeluarkan desahan dan erangan berkali-kali. Naruto sepertinya tidak bisa menepati ucapannya. Seiring dengan waktu yang berjalan melambat, ia malah menjadi tak sabar. Dan memperkuat tempo gerakan panggulnya hingga tubuh kecil yang berada di dalam tubuhnya terlonjak, mengikuti ritme yang dibuat olehnya. Pria ini tampak bersemangat mendorong penuh hingga ke dalam. Sementara mulutnya ikut melumat rakus bibir Hinata, menahan suara gadis itu agar tidak berteriak.

Naruto mempercepat laju ketika mulai mendekati klimaks. Erangan kuat mengudara seiring dengan tersemburnya cairan putih nan kental itu ke dalam rahim Hinata. Mereka menarik dan mengembus napas serentak dengan penuh kelegaan dan rasa bahagia. Namun rupanya, itu hanya sesaat. Naruto masih mempertahankan dirinya di dalam sana. Selang waktu beberapa detik beristirahat, rupanya ia kembali untuk memasuki ronde selanjutnya. Suasana makin gerah ketika mereka berganti posisi.

"Miringkan tubuhmu!"seru Naruto.

Hinata tak bisa berkata, ia mengikuti perintah secara sukarela. Dengan rasa campur aduk, ia mulai memiringkan tubuhnya perlahan. Berikut juga tubuh Naruto yang berpindah ke belakang tubuhnya. Punggung kecil Hinata berhimpitan dengan dada Naruto. Kaki kiri Hinata, sengaja diangkat tinggi oleh Naruto dan ia kembali melesatkan diri ke bawah sana. Melakukan dorongan penuh tenaga.

Fake Chilli (End)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang