Private party dengan undangan terbatas yang diadakan di Jewel Palace Hotel, Pusat Kota Tokyo tiga puluh menit yang lalu telah usai. Acara pernikahan Naruto dan Hinata berlangsung khidmat walau hanya dihadiri kurang dari enam puluh orang. Tak jua mengganggu kekhidmatan mereka saat bercengkrama bersama keluarga besar kedua belah pihak mempelai dan beberapa sahabat dekat. Semua larut dalam sukacita.
Masa-masa berat itu sudah berganti menjadi bahagia. Ya, setelah sekian lama menanti, akhirnya momen inilah yang paling membuat Hinata gugup setengah mati. Ia sudah mengganti pakaian rancangannya sendiri yang ia buat khusus untuk hari pernikahannya bersama sang suami. Kini, ia mengenakan chummy dress selutut yang nyaman berwarna putih gading.
Suami ? Akh, rasanya malu sekali.
Hinata meletakkan sisir dan menutup separuh wajahnya yang memerah dengan tapak tangannya. Senyum bahagia begitu lebar terulas di bibirnya yang polos tanpa pemoles. Dadanya bergemuruh ketika mengingat bagaimana begitu tegas pria bermarga Uzumaki itu mengucapkan janji setia di hadapan Tuhan untuk sehidup semati, menerimanya dalam keadaan susah maupun senang. Bersiap secara mental, lahir dan batin untuk mengarungi bahtera rumahtangga bersamanya.
Hinata membuka tapak tangannya dan menatap pantulan parasnya yang sedang malu-malu di depan cermin. Pikirannya berputar ke belakang, membayangkan kembali bibir penuh nan seksi milik Naruto Uzumaki merajahi bibirnya dengan ciuman lembut penuh perasaan saat di altar tadi. Padahal kalau dipikir-pikir, selama menjalani hubungan dua tahun belakangan, ia sering melakukan hal demikian. Tapi efeknya yang ditimbulkan begitu dahsyat, menyentuh sanubarinya terdalam.
"Mrs. Uzumaki."
Suara baritone yang melingkupi ruangan ini membuat Hinata terperanjat dan sontak menoleh ke belakang. Wajahnya berubah tegang saat secara tak sengaja menangkap pemandangan yang cukup mendebarkan. Hinata pelan-pelan membalikkan posisi tubuhnya untuk kembali menghadap cermin. Parasnya yang malu-malu itu ia tundukkan.
Hinata semakin dilanda kelesah. Ia merasa Naruto mulai menyusul menuju ke tempat ia berada, yaitu meja rias. Pemandangan tubuh yang bertelanjang dada, berbalut handuk yang melilit pinggang hingga lutut milik Naruto, membuat wajah Hinata memanas.
Pria itu kini berdiri dan memandangi Hinata yang juga sedang mematut diri di depan cermin. Hinata melirik ke arah cermin dan mendapati suaminya sudah ada di belakang tubuhnya. Walau bukan yang pertama, tapi tetap saja debar-debar di dada tak bisa hilang begitu saja.
"Bersiap untuk malam ini. Honey ?"
Hinata merasa kakinya tak lagi menapak di lantai saat suara serak Naruto membuai indra pendengarannya melalui ajakan tersirat. Apalagi ada kata "honey" yang tersemat di akhir kalimat yang diungkap. Darah Hinata berdesir kian deras. Naruto bisa dibilang memang bukan pria romantis. Ini adalah sebuah momen yang jarang Hinata dengar, selama ia menjalani relasi asmara dua tahun terakhir.
Ada sentakan kecil pada bahu Hinata, tatkala sepasang jemari Naruto merambat ke lengan telanjangnya. Usapan selembut beledu Naruto berikan, sensasinya cukup membuat merinding hingga ke ujung kuku. Hinata melirik malu-malu ke arah cermin, ia bisa melihat dengan jelas, bibir pria itu melengkung sempurna ke atas. Tak bisa dipungkiri kalau paras Naruto berkali-kali lipat jauh lebih tampan saat tersenyum lebar seperti itu. Terlebih saat bolamata mereka saling bersinggungan satu sama lain. Hinata bisa merasakan pancaran lain yang keluar dari kedua mata safirnya. Hinata jadi semakin gugup dibuatnya, detak di jantungnya pun turut tak bisa dikendalikan.
Pelan-pelan Naruto menundukkan kepalanya dan mendaratkan ciuman lembut di pucuk kepala Hinata yang masih duduk di kursi depan meja rias. Perempuan itu menahan napas dan memejamkan kelopak matanya. Bersiap memasuki fase selanjutnya dari ritual malam pertama yang akan mereka lakukan sebentar lagi. Kelopak bunga mawar merah di atas kasur yang membentuk pola hati disertai lilin aromaterapi yang menawarkan keharuman menawan. Segala pernak pernik yang ada di dalam kamar president suite, sudah menunggu dua sejoli ini untuk segera menuntaskan apa yang mesti dituntaskan.
![](https://img.wattpad.com/cover/369364247-288-k195131.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fake Chilli (End)✅
Fanfic🏅Pemenang Kategori Best Collaboration Ajang IFA (Indonesia Fanfiction Award) 2024 🏅 💜🧡💜🧡💜🧡💜🧡💜🧡💜🧡💜🧡 Ia dituntut untuk dewasa sebelum waktunya. Menepi dari kenyataan hidup yang getir dengan bolak balik masuk klab malam. Cabe-cabean? Bu...