~•~
Seorang wanita yang tampil dengan blouse mint green berkerah dipadukan rok a-line off-white tengah menjelaskan materi pembelajaran kelasnya. Dia adalah Abigail Dawson guru Matematika di Greenwood Academy.
Usianya bisa dikatakan masih muda yaitu 26, dia bisa diterima di sekolah ini berkat prestasi yang dimilikinya. Abigail tahu kalau sekolah ini elit dan banyak dari mereka dari golongan berpengaruh, tetapi ia masih tetap mempertahankan sikap tegas kepada siswa.
Abigail mengetuk papan tulis menggunakan penggaris kayu berukuran kurang lebih 30 cm, dia memandang seisi kelas dan kemudian berkata, "Perhatian semuanya, ibu sudah kasih kalian materi dan sekarang ... ibu minta salah satu dari kalian jawab pertanyaan di papan tulis ini."
Seisi kelas tiba-tiba menjadi hening tanpa suara hanya terdengar suara kicauan burung di luar jendela, sampai seorang perempuan berkuncir kuda mengangkat tangan.
"Bu, saya izin ke toilet." Perempuan itu berkata sambil berdiri menatap Abigail dengan raut wajah yang seperti menahan sesuatu.
Abigail menatap siswi itu untuk sesaat sebelum menjawab, "Dua menit."
"Terima kasih, Bu." Setelah mengatakan itu dia cepat berlari keluar kelas.
Setelah perempuan itu pergi Abigail kembali berkata dengan senyuman di wajah sulit dijelaskan, "Baiklah, karena tidak ada yang mau maju ibu akan pilih."
Detak jantung para siswa setelah mendengar perkataan Abigail menjadi cepat, dan berkata dalam hati ini bencana!
Tidak kecuali Kaelan dia juga merasa panik, bagaimana tidak? ia bahkan hanya sedikit mengerti saat materi dijelaskan.
Kaelan berpikir dalam hati di sini sebenarnya ia yang bodoh atau otaknya. Namun dia cepat-cepat mengambil tindakan biasa, mendudukkan kepala dan berpura-berpura menulis.
"Damien kamu maju," kata Abigail sambil menatap pemuda yang duduk di samping Kaelan.
Damien berdiri dengan wajah tanpa ekspresi dan berjalan ke arah papan tulis. Di mana terlihat berbagai angka serta rumus. Semua siswa menghela nafas lega karena tidak dipilih, jadi ketika Damien mulai mengerjakan semua orang memperhatikan.
Tidak kecuali Kaelan, dia memandang punggung tegap Damien dengan tatapan kosong, ia mengerutkan dahi. Bukan Damien itu kan? Tidak mungkin nama Damien itu ada banyak, jadi tidak mungkin dia. Pikir Kaelan, berusaha menepis.
Namun semuanya tidak terbantahkan lagi saat Kaelan menatap wajah Damien waktu berbalik. Dia bisa mengingat ciri-ciri dari Damien dalam deskripsi novel, kulit yang putih, memiliki wajah terlihat tegas tapi lembut, dan jangan lupakan tinggi badan sekitar 192 cm.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soul Behind the Clouds
Storie d'amoreArven tidak menyangka setelah kematiannya dia menempati raga seseorang yang di dalam imajinasi penulis. Dia tidak percaya, ia hanya berpikir mungkin dia sudah gila atau bermimpi. Dengan tangannya sendiri Arven menampar, dan hasilnya sakit. Setelah...