06. Nyapu Lapangan Bola

154 8 0
                                    

•••

Happy Reading

•••


Diantara banyaknya santri yang berjalan, terlihat satu santri yang berjalan dengan lemas. Dia adalah Ayesha. Wajahnya lesu sangat lesu.

"Ayesha," panggil Zahra sembari menepuk pundak Ayesha.

"Hm,"

"Kamu nanti jangan tidur. Ini yang ngajar giliran Ustadzah Aliya," peringat Zahra.

"Ustadzah Aliya itu pemarah. Jadi jangan tidur. Nanti kamu di hukum nyapu halaman masjid," tambah Fania.

"Emang Lo pernah ngerasain?" tanya Ayesha.

"Enggak sih. Tapi ada yang pernah ngerasain. Dan bener, disuruh nyapu halaman masjid," jawab Fania.

"Jadi jangan coba-coba,"

"Iya kagak,"

Tapi kok nggak sesuai ucapan kamu tadi?

Saat ini Ayesha menelungkupnya kepalanya di lipatan kedua tangannya. Dan tidur. Hingga seorang perempuan dengan penggaris di tangannya mendatangi Ayesha. Penggaris panjangnya memukul bahu Ayesha. Namun tetapi sang empu yang dipukul tak kunjung bangun. Perempuan itu pun emosi dan memukul meja. Para santri disana terkejut bukan main.

"Shibal sekkiya!" kaget Ayesha.

"Astaghfirullah. Siape sih yang mukul meja," kata Ayesha.

Para santri yang ada disana menatap Ayesha kasihan. Pasalnya didepannya saat ini ada Ustadzah Aliya, yang terkenal Ustadzah killer pesantren. Banyak santri yang menghindari hukuman dari ustadzah Aliya karena hukumannya yang tidak main-main. Ada yang sampai bersihkan toilet santriwati sampai sebulan bahkan dua bulan.

"Kamu kenapa tidur?" tanya Ustadzah Aliya.

"Ngantuk." Singkat, padat, membawa hukuman.

"Kamu saya hukum menyapu halaman masjid. Saya beri waktu hingga besok sore. Kalau tidak selesai saya beri tambahan hukuman!" tegas Ustadzah Aliya tanpa basa basi soalnya udah basi duluan.

Ayesha membulatkan matanya saat mendengar ucapan Ustadzah Aliya.

"Tidak ada bantahan! Sekarang sapu halaman masjid!" tambah nya lagi.

"Kenapa nggak Ustadzah aja yang nyapu itu halaman masjid?" tanya Ayesha.

"Ngasih hukuman boleh, tapi jangan nyapu dong. Capek tau," tambah Ayesha.

"Ngatur kamu? Saya tam---"

"Iya-iya. Nyapu!" sergah Ayesha cepat.   Sebagai murid badung saat sekolah dulu, jelas Ayesha tau apa yang akan ustazah itu ucapakan.

🌷🌷🌷

Dan disinilah Ayesha sekarang. Di halaman masjid yang luasnya tiada tara. Ya, lapangan sebesar lapangan bola ini.

Ayesha mengusap peluh keringat yang ada di dahinya. Sejauh ini dia sudah menyapu setengah dari setengah luas halaman masjid. Cukup melelahkan.

"Siapa sih yang bikin halaman seluas ini? Ini kalo ada yang bantuin mah enak. Lah gue? Sendiri," celoteh Ayesha sembari menyapu. Beruntung tak terlalu kotor jadi bisa cepat.

"Dikirain nggak capek apa? Hadeuh," tambahnya.

"Nggak baik ngomel-ngomel sendiri," celetuk seseorang. Dari suaranya Ayesha merasa tidak asing. Pasti ...

Untuk Ayesha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang