02. Berangkat

172 10 0
                                    

•••

Pagi-pagi sekali kamarnya udah digedor-gedor oleh sang ibu. Sungguh Ayesha merasa sangat kesal kepada sang ibu.

Dan sekarang disinilah Ayesha sekarang. Didepan lemari memasukkan pakaian-pakaian yang akan ia pakai nanti saat berada di pesantren.

Jujur sekarang Ayesha masih mengantuk. Tapi ya mau bagaimana lagi. Mama nya pasti akan mengamuk jika ia tidur lagi karena ini sudah pukul 9 pagi.

Ayesha mulai menyusun beberapa baju panjang yang entah apa namanya, mama nya juga tidak memberitahukan Ayesha.

"Mah, ini namanya apa?" tanya Ayesha sambil menunjuk gaun panjang yang ia susun di dalam koper.

"Gamis," jawab mama nya.

Ayesha menganggukkan kepalanya, dia kirain gaun tadi. Mirip soalnya.

Serta jilbab dengan varian warna-warna berbeda.

"Jilbab kamu banyak banget. Tinggal aja warna yang menurut kamu nggak masuk sama gamis-gamis yang mama beliin dan kiriman," ujar Alesha kepada putrinya.

Ayesha pun menyisihkan beberapa warna jilbab yang menurutnya tidak cocok dengan warna-warna gamisnya. Tidak lama hanya sebentar karena kebanyakan warnanya cocok.

"Nggak pernah beli tapi bisa senumpuk ini," ucap mama nya sembari mengusap dahinya yang sedikit berkeringat.

"Orang asing tiap hari kirim. Kok nggak numpuk? Lihat lemari Ayesha di sini penuh hijab. Belum lagi walk in closed," jawab Ayesha.

"Simpan saja yang di ruang walk in closed. Nanti bisa dipakai kalau kembali ke sini," kata ibunya.

"Oke mamah."

Kopernya saat ini sudah penuh. Tinggal beberapa perlengkapan yang akan dia pakai dan sedang disiapkan oleh mama nya.

"Sekarang kamu mandi sana. Terus kita berangkat," suruh Alesha kepada putrinya.

Ayesha menganggukkan kepalanya dan masuk ke kamar mandi. Sedangkan sang ibu masih menyiapkan perlengkapan yang akan putrinya pakai nanti.

Alesha juga merapikan kamar putrinya yang sedikit berantakan. Syukurlah walaupun putrinya urakan, tetapi rapi.

Tidak lama kemudian Ayesha sudah keluar dari kamar mandi dengan menggunakan gamis pink.

"Pake ini." Sang ibu melemparkan sebuah jilbab instan kepada putrinya.

"Gimana make nya?" tanya Ayesha sambil melihat hijab instan itu.

Terlihat sang ibu yang menghela nafasnya. Kemudian dengan sabar sang ibu memberitahukannya.

“Alhamdulillah. Kamu cantik sekali ya,” puji ibunya.

"Jangan di puji mah, nanti lehernya naik lima centi," celetuk papa nya.

"Papa kali yang dipuji lehernya naik lima centi," balas Ayesha karena kesal dengan celetukan dari sang ayah.

"Iya deh. Ngalah."

Kemudian pria paruh baya itu mengambil koper berisi pakaian milik putrinya. Dan pergi meninggalkan kamar sang anak diikuti oleh istrinya.

"Babay kamar pink. Kita akan berpisah lama-lama. Jangan jelek, nanti kalau jelek aku cat biru," kata Ayesha sebelum menutup pintu.

Dia pun menyusul kedua orang tuanya yang sudah berada di bawah sana. Saat ia menuruni tangga ponsel yang berada di genggamannya berdering. Saat melihat siapa yang menelepon dia pun tersenyum.

"Halo Yes, Lo bakal berangkat pagi ini kan?" tanya seorang gadis di sebrang sana.

“Iya, iya gue berangkat pagi ini,” jawab Ayesha.

Untuk Ayesha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang