04. Berpisah

159 9 2
                                    

•••

Happy Reading

•••

Setelah melaksanakan sholat subuh Ayesha membantu Umma Fatimah dan ibu nya yang sedang menyiapkan makanan di dapur.

Tetapi disini, Ayesha merasa selalu disuruh-suruh oleh ibu nya. Baru saja Ayesha akan duduk dia sudah dipanggil lagi.

"Ayesha, bawa ini ke meja makan," suruh mamah nya.

Tanpa berkata apapun Ayesha segera membawa mangkuk berisi sup itu ke meja makan, tetapi sebelum sampai ke meja makan seseorang lebih dulu mengambilnya. Saat dia melihat siapa orang itu, ternyata dia adalah pria yang bersamanya malam tadi.

"Eh,"

"Biar saya yang bawa," katanya.

"Makasih,"

Ayesha pun kembali ke dapur mengambil beberapa lauk pauk yang belum di bawa.

"Cieee," ledek ibu nya.

Ayesha melemparkan tatapan mencurigakan kepada sang ibu.

"Apa nih?"

"Nggak,"

Tanpa menghiraukan ibu nya Ayesha membawa lauk yang berada ditangannya ke meja makan.

Setibanya di sana terlihat papah nya sudah standby. Tertib sekali bapak Damien ini.

"Morning, papah," sapa Ayesha.

"Morning, sayang," balas papahnya.

"Mamah kamu mana?" Damien melemparkan pertanyaan saat tak melihat istrinya.

"Dapur, pah," jawab Ayesha.

"Eh, Ibrahim? Dari kapan kamu disini? Papah nggak nyadar ada kamu disini," ucap papah nya.

Ayesha merotasi kan bola matanya saat mendengar ucapan papah nya.

"Jelas-jelas segede gaban gitu didepan papah, masa nggak nyadar sih?" Ayesha berucap demikian karena tak habis pikir dengan papah nya. Sungguh aneh bin ajaib nih.

Iya sama seperti kamu, aneh bin ajaib, cuman kamu nggak sadar diri

Pria yang diketahui Ayesha bernama Ibrahim itu tertawa kecil.

"Emang boleh? Ketawanya candu, coyy." Batin Ayesha.

"Ibra dari tadi disini, pah," katanya.

"Waduh, cepat sekali kalian ngumpulnya, Abah sampai ketinggalan ini," celetuk Abah Amran yang baru datang.

"Bener tuh, Rahman aja kalah, biasanya Rahman paling duluan," sahut Rahman.

"Udah ngumpul semua ini?" tanya Umma Fatimah yang datang dari dapur. Terlihat perempuan yang sudah berusia itu membawa teko kaca berisi air putih. Diikuti mamah nya yang membawa segelas susu cokelat. Ah, pasti punya Ayesha.

"Nih, susu kamu. Jangan merengek lagi, mau pecah rasanya kepalanya mamah denger kamu ngerengek." Hiraukan perkataan pedas itu. Mari fokus ambil susu nya.

"Makasih, mamah yang paling cantik sedunia," kata Ayesha.

Setelah itu mereka pun memulai sarapannya. Setelah selesai para perempuan membersihkan meja makan.

Di posisi Ibrahim, saat ini pria itu sedang duduk di ruang keluarga.

"Gimana perkembangan perusahaan yang disini, Ibra?" tanya papah Damien.

Untuk Ayesha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang