Episode 7: Perjalanan yang Tak Terlupakan**

11 0 0
                                    

Setelah berjam-jam perjalanan, akhirnya mereka tiba di destinasi tujuan—a pantai yang sepi dan terpencil. Angin laut yang menyegarkan seolah berlawanan dengan perasaan Aisyah yang tertekan. Sejak kejadian di mobil, ia merasa dirinya tenggelam dalam ketidaknyamanan yang tak kunjung hilang. Popok yang ia kenakan kini terasa semakin kotor dan basah, membuatnya ingin segera menggantinya.

Dengan penuh harap, Aisyah memberanikan diri untuk meminta ibunya mengganti popoknya. “Bu... tolong ganti popokku,” katanya pelan dengan rasa malu yang mendalam.

Ibu menoleh dan tersenyum santai, seolah masalah Aisyah bukanlah hal besar. “Oh, ibu tidak membawa popok tambahan,” jawabnya dengan tenang. “Kalau kamu mau, kamu bisa beli sendiri di minimarket.”

Aisyah terkejut mendengar jawaban itu. Membeli popok sendiri? Bagaimana mungkin ia mempermalukan dirinya seperti itu? Berjalan ke minimarket dengan pakaian serba tertutup ini saja sudah cukup sulit, apalagi membeli popok? Rasa malu dan ketakutan mulai menghantuinya.

Tidak punya pilihan lain, Aisyah terpaksa menahan diri. Popok kotor dan basah itu tetap berada di sana, menyiksa setiap langkahnya. Ia hanya bisa berharap agar waktu berlalu dengan cepat sehingga mereka bisa segera kembali ke rumah.

Namun, perjalanan pulang terasa lebih panjang dan lebih menyiksa daripada yang ia bayangkan. Setiap detik terasa seperti penderitaan, dan Aisyah hanya bisa diam, menahan rasa malu dan ketidaknyamanan yang tak berkesudahan.

Kontrol Ketat Ibu Terhadap AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang