Setelah berlari selama 30 menit penuh, Aisyah merasa tubuhnya hampir tidak bisa bergerak. Napasnya terengah-engah dan keringat menetes dari setiap sudut wajahnya. Meski sangat kelelahan, ia berhasil menyelesaikan tantangan yang diberikan ibunya.
Saat Aisyah akhirnya berhenti, ibunya berjalan mendekat dengan senyuman penuh bangga. Ia mengelus kepala Aisyah dengan lembut, “Kau telah melakukan pekerjaan yang sangat baik, Aisyah. Ibu sangat bangga padamu.”
Namun, ibunya juga melihat betapa kerasnya Aisyah berjuang untuk bernapas di bawah cadar dan masker yang menyesakkan. Melihat keadaan putrinya yang hampir tidak bisa bernafas, ibu merasa hati nuraninya tergerak.
Dengan penuh perhatian, ibunya menarik maju cadar dan maskernya sebentar, memberikan ruang udara yang sangat dibutuhkan Aisyah. “Ibu mengerti betapa sulitnya ini,” ucapnya lembut, “sekarang, tarik napas yang dalam dan rasakan udara segar.”
Aisyah merasa lega dan menghirup udara dengan dalam, napasnya terasa lebih mudah. Rasa sakit dan kelelahan mulai sedikit mereda. Ia mengangkat pandangannya dan melihat ibunya, merasa sedikit lebih dekat dengan ibunya yang kini menunjukkan sisi lembut dan pengertian.
Ibu berdiri di samping Aisyah, memberikan dukungan dan memperhatikan kondisi putrinya dengan penuh perhatian. Momen ini menjadi salah satu dari sedikit kesempatan di mana Aisyah merasa diakui dan diperhatikan oleh ibunya, meski dalam cara yang sederhana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kontrol Ketat Ibu Terhadap Aisyah
SpiritualCerita ini mengisahkan Aisyah, seorang remaja perempuan yang hidup di bawah kontrol ketat ibunya yang sangat religius dan disiplin. Sejak kehilangan suaminya, sang ibu bertekad untuk mendalami agama dengan sepenuh hati dan menerapkan aturan ketat da...