Episode 4: Persiapan Pagi

15 0 0
                                    

Pagi hari sebelum shalat Subuh, suasana di rumah mulai terasa sibuk meski hari masih sangat dini. Ibu memerintahkan Aisyah untuk mandi. Dengan tubuh yang masih lelah dan pikiran yang tidak tenang, Aisyah melangkah ke kamar mandi. Suara air mengalir dari keran seolah membasuh keletihan dan kepenatan malam yang panjang.

Setelah mandi, Aisyah kembali ke kamar, di mana ibu sudah menunggu dengan pakaian baru yang serupa dengan yang dipakainya tadi malam. Ibu terlihat sibuk dengan persiapan, mengatur pakaian dengan cermat di atas ranjang.

“Aisyah,” ibu memanggilnya dengan suara lembut namun penuh otoritas, “Hari ini kita akan pergi liburan ke kota lain, sejauh 100 km. Jadi, aku sudah menyiapkan pakaian baru untukmu.”

Aisyah merasa bingung dan sedikit cemas dengan persiapan ini. Namun, sebelum ibu memakaikan pakaian, ia mengeluarkan sesuatu dari dalam lemari: selembar popok. Aisyah terkejut melihat benda itu.

“Kenapa ini, Bu?” tanya Aisyah, bingung.

Ibu menjelaskan dengan nada yang penuh kesabaran, “Ini popok. Kita akan bepergian jauh, dan jika kau merasa perlu ke toilet selama perjalanan, popok ini akan membantumu. Lagipula, toilet umum sangat berisiko; ada kemungkinan orang jahat memasang kamera tersembunyi.”

Aisyah merasa tidak nyaman dengan penjelasan ibu. “Tapi, Bu, kenapa ibu tidak memakai popok? Ibu tahu risiko tersebut juga.”

Ibu memegang bahu Aisyah, menatapnya dengan lembut namun tegas. “Aisyah, ibu sudah tahu tentang toilet dan bisa berhati-hati. Kamu masih muda dan mungkin tidak sepenuhnya menyadari risiko tersebut. Ini adalah tindakan pencegahan agar perjalanan kita tidak terganggu.”

Ibu kemudian menaburi popok dengan bedak dan mengolesinya dengan lotion sebelum memakaikannya kepada Aisyah. Proses ini terasa sangat canggung bagi Aisyah, dan setiap sentuhan ibu membuatnya merasa semakin kecil dan tidak nyaman.

“Bu, ini tidak adil,” keluh Aisyah, merasa tertekan oleh situasi yang harus ia hadapi. “Aku bukan anak kecil lagi yang tidak tahu tentang kamera tersembunyi.”

Ibu hanya tersenyum lembut, meski ada nada tegas dalam suaranya. “Terkadang, kita perlu melakukan hal-hal yang tidak kita sukai untuk melindungi diri kita. Ini adalah bentuk perhatian ibu terhadapmu.”

Dengan enggan namun tidak ingin menambah konflik, Aisyah akhirnya menuruti ibunya. Ia mengenakan popok di bawah pakaiannya yang baru, merasa semakin terkurung oleh pakaian dan aturan yang tak pernah ia pahami sepenuhnya.

Ketika ibu selesai memakaikannya, ia memandang Aisyah dengan penuh kasih sayang. “Sekarang, mari kita persiapkan diri untuk perjalanan kita. Semoga perjalanan ini akan memberi kita waktu berkualitas bersama.”

Aisyah hanya bisa mengangguk, berusaha menerima kenyataan. Meskipun hatinya penuh dengan pertanyaan dan ketidakpuasan, ia tahu bahwa melawan ibu tidak akan membawanya kemana-mana. Dalam diam, ia mengikuti ibunya, siap untuk menjalani hari yang penuh tantangan, dengan segala persiapan dan aturan yang harus ia patuhi.

Kontrol Ketat Ibu Terhadap AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang