Episode 10: Ujian Pagi

8 0 0
                                    

Pagi hari berikutnya, setelah melaksanakan salat subuh, Aisyah masih mengenakan pakaian yang sama seperti hari sebelumnya. Dalam keadaan lelah dan tidak nyaman, ia dikejutkan oleh keputusan ibunya untuk membawanya ke lapangan terbuka.

“Sekarang kita akan berolahraga,” kata ibunya dengan nada tegas. “Olahraga itu penting untuk kesehatan.”

Aisyah merasa tubuhnya terasa berat dan gerah di bawah lapisan pakaian tebal dan masker. Ia mencoba memohon dengan lembut, “Bu, bolehkah aku melepas cadar dan maskermu saat berlari? Aku merasa sangat pengap.”

Namun, ibunya tidak mengindahkan permohonan tersebut. Dengan tatapan serius, ia menyetel timer selama 30 menit dan menyerahkannya pada Aisyah. “Kau harus berlari selama 30 menit. Jika kau berhenti, timer ini akan diulang dari awal,” ucap ibunya sambil memantau dari kejauhan.

Aisyah merasa cemas dan hampir putus asa. Setiap langkah terasa semakin sulit dengan pakaian dan masker yang menyesakkan. Meski angin pagi terasa segar di luar, kepanasan dan ketidaknyamanan yang dirasakannya membuat lari menjadi perjuangan tersendiri.

Dengan langkah berat dan napas yang terengah-engah, Aisyah mulai berlari di lapangan, mencoba memenuhi perintah ibunya. Di bawah pantauan ibunya dari kejauhan, Aisyah berjuang keras melawan kelelahan dan rasa pengap yang semakin memburuk.

Sementara ibunya berdiri di tepi lapangan, tetap memantau dengan ketat, memastikan bahwa timer tetap berjalan dan Aisyah tidak berhenti. Setiap detik terasa seperti beban berat bagi Aisyah, tetapi ia harus terus maju, mengatasi rasa tidak nyaman dan keputusasaan yang melingkupinya.

Kontrol Ketat Ibu Terhadap AisyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang