didengar dan mendengar

198 35 17
                                    

"butuh apa?!"

hagi terkesiap saat membuka pintu kamar dan sienna tahu-tahu berdiri dari kursi ruang tengah. tunggu―hagi mengernyit, kok sienna di rumahnya?

"laras? kok di sini?" tanya hagi dengan suara serak. lelaki itu baru saja bangun setelah tadi sarapan.

"tadi nganter roti dari mama, kamu mau rotinya? aku ambilin"

"nggg," hagi menggumam seraya melambaikan tangan. "nggak usah, aku mau ke kamar mandi"

"mau dibantu? pusing nggak?" sienna merangsek dengan gesture khawatir yang justru dikekehi hagi.

"aku udah nggak apa-apa, ras"

"tapi masih keliatan lemes"

"ya soalnya baru bangun tidur, belum makan juga. udah siang kan ini?"

sienna mengangguk kecil. "mau dibikinin makan siang? tadi tante nggak bilang apa-apa sih, tapi aku cek dapur kamu boleh?"

hagi tersenyum simpul. "nggak usah. kamu duduk aja" katanya dan sienna tampak gamang sebelum menuruti hagi untuk duduk kembali.

sienna memang awalnya cuma ngantar roti, bukan sepenuhnya suruhan mamanya sih tapi lebih ke sienna yang ingin tahu keadaan hagi. perempuan itu khawatir dengan keadaan hagi yang sekejap mata tumbang. maka waktu ibu ganis menyampaikan kebimbangannya pergi ngajar atau nggak, sienna spontan menawarkan diri untuk tinggal sampai hagi bangun.

"ck, nggak pingsan kan ya?" monolog sienna seraya fidgeting jari.

satu menit setelah hagi ke kamar mandi, sienna mulai gelisah. ia membolak-balik draft skripsi sambil matanya tidak fokus mengecek ke lorong tempat hagi berbelok di sebalik tembok.

bulan ini sudah terhitung bulan kelima hagi kembali ke rumah. lelaki itu kerja layaknya pekerja 9 to 5 namun dua minggu belakangan sienna tahu hagi super sibuk. kampus tempat hagi kerja akan mengadakan seminar tahunan dan selaku staff repositori sekaligus yang paling muda di team, hagi banyak kalang kabutnya. nggak ada acara aja hagi sibuk sorting ini itu bahkan sienna pernah di-chat hagi lagi kerja di hari minggu, apalagi sekarang ada acara yang skalanya nasional. puncaknya kemarin, hagi bilang bakal jemput sienna sekalian jalan pulang. sebenarnya kemarin lusanya hagi ambil paket sienna yang nyangkut di kargo seiring sienna sudah kembali buka endorse. jadi agenda jemput kemarin harusnya sambil hagi nyerahin paket, tapi turned out mereka justru berakhir ke dokter. badan hagi demam tinggi dan ada banyak bentol merah yang muncul di badan lelaki itu. sienna panik bukan main apalagi posisinya hagi nyetir sendiri. untung nggak kenapa-napa dan masih selamat sampai kampus sienna.

"aku nggak apa-apa, disuntik vitamin aja. terus pulang" gumam hagi lemah saat kemarin dibawa sienna ke klinik kampus.

"tapi kamu demam. dingin nggak? di mobil ada jaket nggak?"

"kecapekan aja aku, ras. biasanya juga gini"

"biasanya juga gini gimana, ini panas banget, gi" sienna menyentuh dahi hagi untuk kesekian kalinya dengan khawatir.

"makanya pulang aja. istirahat di rumah. ya?" hagi merajuk lemah membuat sienna melipat bibir. dia khawatir tapi tidak mau lancang maka sienna tidak ada opsi lain selain menuruti hagi. pun di perjalanan pulang sienna terus-terusan mengecek keadaan hagi yang terlelap. memang hagi kelihatan capek banget.

"ck," sienna mendecak setelah setengah menit berlalu tapi hagi belum kembali. perempuan itu lantas beranjak menyusul si laki-laki. nyatanya, alih-alih di dalam kamar mandi, hagi justru sedang kacak pinggang di depan pintu sambil teleponan.

"ya udah ntar iya gue jemput. udah agak mendingan, iya―ya allah!" hagi terperanjat begitu berbalik dan menjumpai sienna sudah di belakangnya. tatapan perempuan itu menelisik.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

the idea of marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang