cliché encounter

155 27 0
                                    

"astagfirullahaladzim..." wanita paruh baya berkaos khas cindera mata pantai itu bergumam jengah saat membuka pintu dan sosok hagi masih bergelung di kasur. hanya posisinya yang berubah dari tiga puluh menit lalu beliau menghampirinya.

"gi, hagi!" wanita paruh baya, yang tak lain ibu hagi, lantas memukul lengan hagi intens sambil memanggil nama hagi gemas. "kamu tu lho, malah tidur lagi! ini udah mau dzuhur, gi!!"

"mmmh... hm?" hagi hanya menggeliat sampai sang ibu menarik bantal membuat hagi kaget. "aduh! apa sih, buuuukkk?" hagi terpaksa duduk seraya ibu mengamit lengannya untuk tegak.

"kamu tu lho, wong disuruh bangun, mandi, malah tidur lagi?! mau jadi uler kamu ndlosar ndlosor*"

"alaaaahhhh, ibu tu nggak tau berapa lama aku nggak tidur pules gini. ini tuh self reward-ku kemarin begadang teros"

"alah wes orak urusan (alah, nggak urusan)! bangun kamu, mandi. wong ashar mau ada acara lho. nggak malu sama sybil, kalo mandi tertib"

"ck!" hagi mendecak keras seiring ibu mengungkit acara selepas ashar nanti. acara yang hagi harap hujan deras turun biar nggak jadi. "nanti ashar kan acaranya ibu, kenapa aku juga harus repot?"

"loh," ibu membeliak tidak percaya. "terus kalo acaranya ibu kamu nggak mau bantu-bantu? ya udah, nanti nggak usah makan empal gentongnya"

"eh nggak gitu maksudnyaaaa" hagi merajuk. "maksudnya itu kan acara reuninya ibu kan? kenapa aku juga harus rapi-rapi, buk"

"ya masa' tuan rumah nglombrot* toh, leee?" jawab ibu gemas. "reuninya di sini, di rumah. kita tuan rumahnya, yo harus yang pantes to? udah, kamu mau mandi sekarang apa nggak usah mandi sekalian, tidur sampe nanti tapi nggak usah makan"

"alah ngancem lho" dengus hagi seraya melengos. lelaki tanggung itu lantas memperbaiki posisi duduk dan menatap ibunya penuh. hagi menghela napas. "buk, nanti tuh ibu mau ngenalin aku ke anak temennya ibu kan? terus mau ngenalinnya gimana? ini hagi, anakku, terus salaman gitu?" tanya hagi jengah, mengungkit rencana ibunya yang sejak beliau sampaikan masih bercokol dibenaknya.

terhitung sudah tiga hari hagi di rumah dan selama tiga hari itu ia mendapat leisure yang benar-benar ia mau: makan gratis 3x sehari, unlimited mendoan, vibing dengan light speaker kesayangan, bangun-makan-tidur-bangun-makan-tidur on repeat; hidup hagi berasa di surga sampai sore kemarin ibunya minta diambilkan pesanan daging di penjual langganan.

"besok ibu mau masak empal buat reunian. besok kamu juga kenalan ya sama anak temen ibu yang ibu ceritain"

bad mood. satu frasa itu cukup menggambarkan hagi begitu mendengar penuturan ibunya. ternyata, mau sekeras kepala apapun hagi atau serasional apapun alasannya, ibunya jauh lebih persisten. percis pepatah, buah jatuh sepohon-pohonnya.

"ibu tuh nggak jodohin lo, gi" tutur jorgi malam itu, saat menjemput hagi di bandara. "cuma dikenalin doang soalnya ibu nggak sengaja ketemu temen lamanya terus cerita-cerita, pure nyambung silaturahmi aja" tambah kakak satu-satunya hagi itu.

"terus kenapa kayak occasional banget? segala gue di-warning, bawa baju baguslah, apalah"

"ya biar kesan pertamanya bagus. siapa tau cocok kan?" jorgi memamerkan deretan giginya membuat hagi melengos. ya sama aja itu mah, ada udang dibalik bakwan, batin hagi.

lagian ibunya ngide banget ngenal-ngenalin hagi ke orang, padahal tipe hagi saja ibunya belum tentu tahu. hagi tuh maunya sama yang lucu petite kayak ariana grande atau minimal lucu gemes kayak adik tingkatnya, rashita. lah ini kan nggak jelas.

"yo nanti to ibu atur, wes kamu mandi sana dulu" ucap ibu merespon kesangsian hagi yang lagi-lagi hanya bisa hagi decaki.

udahlah kenalan doang, ogah nerus-nerusin. batinhagi sambil menuju kamar mandi.

the idea of marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang