hagi mungkin mengemudi dengan tenang tapi dalamnya, beuh, kemrungsungan*. ia bahkan menahan diri untuk tidak menengok ke spion tengah.
sienna, setelah out of nowhere bilang mau ke kos hagi, tidak bergeming dari kursi belakang membuat hagi kayak supir. lelaki itu lantas berdeham mengusir canggungnya yang justru menarik atensi sienna.
"kamu pulang ke kos mau apa?" tanya sienna membuat hagi, akhirnya, melirik spion. hari ini sienna tampil dengan wavy hair yang bahkan masih bertahan hingga siang menuju sore ini. terkesan manis untuk siapapun yang melihat—mungkin juga untuk hagi.
"ngambil baju" jawab hagi pendek.
sebenarnya hagi pulang ke kos juga mau tidur siang. meskipun tidak berdandan atau menata rambut, ia juga bangun super pagi. namun tampaknya rencana itu urung seiring tidak ada alasan untuknya menolak sienna ikut. toh hagi memahami kalau, mungkin, sienna merasa canggung berada ditengah-tengah orang yang ia tidak familiar. the least escape hagi could give ya menyetujui perempuan itu untuk turut, sekaligus rasa terima kasihnya karena sudah menemani ibunya jauh-jauh ke jogja. bahkan sampai detik ini hagi masih bertanya-tanya kenapa sienna mau dan ibunya sesuka itu pada sienna 'til the point diajak ke wisudanya.
"terus balik ke hotel?"
"iya" hagi melirik ke spion lagi. "kenapa? mau dianter kemana?"
"kamu tuh kenapa dari tadi ngira aku mau dianterin, sih? i'm not willing to go anywhere tho"
"ya... maybe kamu mau eksplor jogja lagi"
sienna tertawa. "nggak hari ini. capek"
hagi mengangguk kecil sembari memutar kemudi. lelaki itu lantas tidak mengeskalasi pun sienna. kekehan perempuan itu kering dengan sendirinya. hagi berdeham lagi.
"itu, bikinan kamu sendiri?" hagi mengediki sienna dari kaca spion. sienna menggumam bingung.
"hm? apa yang bikin sendiri?"
"itu, baju? rok? kamu punya brand fashion kan? baju-baju cewek. yang ke mbak ika itu buat pesen bahannya itu?"
sienna menjengitkan alis "darimana kamu tau aku punya fashion house?!"
"ya tau aja"
"...."
sienna urung menjawab membuat hagi, lagi-lagi, melirik spion untuk menjumpai rupa judgmental perempuan itu. "kenapa mukanya gitu?"
"emang mukaku kenapa?"
"ck" hagi mendecak keras. dia nggak suka malah jadi dia yang dikulik sienna. "gak jadi" dengus hagi yang entah kenapa membuat sienna terkekeh lagi.
"bukan," jawab sienna setelah mengulum kekehannya. "iya, aku emang bikin-bikin baju gitu, tapi ini bukan dari produk aku. punya brand nggak berarti kamu cuma boleh pake brand kamu sendiri, kan?" sienna mengulum senyum. "terus yang ke mbak ika, iya, itu buat noemie. noemie itu nama brand yang aku sama sepupuku bikin" pungkas sienna seraya hagi mengangguk mafhum.
"kosanku bentar lagi nyampe. kamu mau gimana?" kata hagi seraya mengediki jalanan di depan mereka.
"ya nggak mau gimana-gimana. i just want to go with you. emang kalo ikut masuk ke kos kamu boleh?" tanya sienna yang sebenarnya biasa saja tapi entahlah, her 'i just want to go with you' membuat hagi menaikkan alis.
"mau ngapain ikut masuk? kosanku kosan cowok"
"bantuin kamu bawa barang(?)"
"aku cuma ambil baju, laras, bukan pindahan" meskipun hagi sudah terang-terangan menyatakan akan memanggil sienna dengan laras, mendengarnya hari ini membuat sienna merasa... aneh(?), in kinda good way. sienna mengerutkan hidung.
KAMU SEDANG MEMBACA
the idea of marriage
General Fictionrahagi dan sienna dan not so called perjodohan mereka