sienna membenarkan letak gendongan sybil yang melunglai di rengkuhannya. sejak semalam sybil memang betah dekat-dekat dengan sienna bahkan presensi yangti—ibu ganis—tersamarkan olehnya. seperti saat sarapan, sybil tidak rewel meski ditinggal yangti menyiapkan baju untuk wisuda si om. iya, akhirnya sienna ikut ke wisuda hagi. awalnya sienna enggan karena, selain ia pikir ia bukan sosok signifikan sampai harus ada di wisuda laki-laki itu, sienna juga masih kinda mempertanyakan—baca: bete—dengan perlakuan hagi yang sengaja tidak mengenalinya. means perkenalan mereka nggak berarti kan? tapi tahu kalau ibu ganis hanya berangkat dengan sybil while jorgi menyusul, sienna jadi nggak tega. ia pikir kehadirannya di wisuda hagi atas undangan ibu ganis, jadi nothing to do dengan laki-laki itu.
jorgi sedang mengambil mobil sementara sienna, sybil, ibu ganis dan hagi menunggu di halaman rektorat. untungnya halaman rektorat kampus hagi cukup luas untuk menampung orang-orang yang sedang rehat sekalian ngadem. setelah ini masih ada prosesi wisuda di fakultas hagi dan sienna pikir ia akan menunggu di mobil saja. bareng sybil, mumpung anaknya juga terkantuk-kantuk. lumayanlah, sienna bisa menepi. fyi, as usual hagi ke sienna, lelaki itu tidak banyak berkomentar sejak menjemput sienna—ibu ganis lebih tepatnya—kemarin. lelaki itu datar saja, ya sienna datar jugalah.
"bu," hagi menyorongkan setusuk potongan melon pada ibu ganis yang lalu beliau sambut. hagi lantas menusuk lagi untuk dirinya sendiri. setelah prosesi wisuda, hagi disambut banyak orang di luar grha. sienna nggak tahu mereka teman hagi atau sekedar rombongan komunitas tapi mereka the real ramai. bahkan tanda mata yang diberikan beragam dari bunga sampai sekotak melon potong yang sekarang hagi makan.
"nena nanti mau makan apa, na?" tanya ibu ganis tiba-tiba kepada sienna. sienna, yang sedang memperhatikan interaksi hagi dan ibu ganis, terkesiap.
"o-oh, apa aja, tante" jawab sienna kagok sambil lagi-lagi membenarkan gendongan sybil.
"diboboin aja, na, itu sybil-nya. berat" ujar ibu ganis seraya hendak mengambil alih sybil. tapi urung, bocahnya menggeliat tidak mau. sienna mengulum senyum.
"nggak apa-apa, tante. dikit lagi tidur kok"
"oalah, jan sybil..." tukas ibu ganis membuat sienna meringis. ibu ganis lantas berpaling pada hagi yang sedang mengoprek kresek indomaret. "kalo raminten itu masih buka ora, le? tante ada rekomendasi tempat maem, na. nena makan ayam kan?" tanya ibu ganis yang lagi-lagi membuat sienna mengangguk.
"apa aja, tante. aku omnivora, kok" kelakar sienna. ibu ganis mengulum senyum.
"masih, tapi ya bikin reservasi dulu, bu. kalo gak reservasi belum tentu dapet tempat duduk. lagian ibu gak bilang dari kemarin kalo pengen raminten," gerutu hagi sambil mengeluarkan sebotol air mineral dari kresek. sienna menelan ludah. sebenarnya ia haus.
"di perikanan ada tempat makan, not bad-lah. makan disitu aja gimana? deket dari fakultasku terus nanti nggak usah ribet kalo mau nyari studio foto" tambah hagi. sebentar, studio foto? bakal ada sesi fotonya? batin sienna gupuh.
"alergi sea food gak?"
"h-ha?" sienna terkesiap ditodong hagi. sienna sedang wondering tentang studio foto ketika laki-laki itu tahu-tahu menanyainya.
"kamu alergi sea food gak?"
"o-oh, ng-nggak kok. aku bisa makan apa aja"
"batu bisa?"
"h-ha?" sienna masih kagok sebelum hagi mindlessly mengalihkan atensi ke ibu ganis.
"ya udah. gitu aja gimana, bu?"
"ya nggak apa-apa. ibu manut wes" jawab ibu ganis membuahkan anggukan puas hagi. setelahnya jorgi menelepon, katanya kakak hagi itu sudah diluar rektorat dan sienna bisa spotting tubuh jangkung jorgi melambai dari luar pagar. mereka akhirnya pergi dengan hagi membantu ibu ganis sebelum menenteng paper bag maha besarnya. sienna lagi-lagi membenarkan gendongan sybil. sienna rasa bocah gembil itu sudah tidur sebab bobotnya makin berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
the idea of marriage
Ficción Generalrahagi dan sienna dan not so called perjodohan mereka