nikah muda isn't bad; they say

171 29 3
                                    

"hoi!" zidan menarik cengiran lebar tatkala yang dikageti tidak terkejut dan justru menatapnya sinis seraya mendecak. hagi mengekori zidan yang duduk di lengan kursi yang ia duduki.

"lagi ngapain lu?"

"gue gak ada duit"

"muka gua kayak tukang ngutangkah?" zidan membelalakkan mata seiring pernyataan hagi. hagi melengos.

"emang tukang ngutangkan? lo kalo deket-deket gue ada maunya"

"yailah," zidan mendecak. "bener lagi" sambungnya terkekeh. teman kos hagi itu lantas melongok layar ponsel yang sedang hagi gulir.

"cewek mana lagi, nyet?"

"cewek apa sih?" hagi mendecak annoyed seiring merendahkan ponsel dari jangkauan pandang zidan. nyatanya benar, hagi memang sedang membuka instagram seorang perempuan. sienna. "lo emang harus banget duduk sini, noh kursi. kosong" hagi mengediki kursi kayu lain di sebelahnya.

"kenapa sih? kan gue mau deket-deket lo, abis ini kan kita gak ketemu di kampus"

"najis. kata gue lo buruan ngomong mau apa, sebelum gue tebalikin nih kursi"

"sangar amat," zidan mengulum senyum. "masakin kita dong" kata laki-laki berambut cepak itu sambil memijit-mijit bahu hagi.

"maksudnya?"

"ya lo kan baru wisuda, perayaan kek. daripada traktiran yang besokannya udah jadi tai, kita mau lebih bijaksana minta masakin lo seminggu aja"

"bijaksana pala lo kotak. ngerepotin iya," hagi menghujamkan ujung rokok yang tersisa setengah, membuat baranya padam. "lagian kita tuh siapa? lo doang kali"

"dih si anying, beneran kita ya. gue, ahmad, cipeng, raga noh yang punya ide" counter zidan sedikit nyolot membuat hagi lagi-lagi mendecak.

hagi ngekos di kosan yang lebih mirip kontrakan daripada kosan. sehingga, mulai dari dapur sampai balkon, ada di kosan hagi. pun hagi cukup dikenal dengan masakannya yang lumayan diantara teman-teman kosnya. jadi, kalau ada hibah, seperti idul qurban dan dapat jatah dari ibu kos atau raga yang dapat hasil panen dari praktikum, biasanya hagi dan felix yang dipercaya mengolah.

"tiga hari aja. ntar weekend gue ke cilacap nengok proyek" putus hagi sambil melihat kembali ponsel. "tapi masakannya tergantung gua ya, kalo mau request beli bahan sendiri"

"siapppppp, aman duit gue tiga hari" zidan mengelus dada sumringah yang dideliki hagi judgmental. teman-teman kos hagi memang tipe-tipe take it for granted tapi mereka juga yang paling cocok dengan antiknya hagi. maka wajar, sejak pindah ke kos itu, hagi tidak kepikiran cari-cari kos lain lagi meski jaraknya lumayan jauh dari kampus.

zidan belum beranjak dari lengan kursi yang diduduki hagi pun hagi sudah tidak mempermasalahkan itu. zidan bahkan sudah asik menggulir ponsel sebelum tiba-tiba menyergah. "eh gue lupa, ada kiriman bolu sama kembang noh buat lo. dari kak ica"

"kirain udah end, tapi masih silaturahmi hihi" zidan membuat-buat kikikannya tapi hagi tampak tidak peduli. ia menaikkan alis seraya mematri muka tengil zidan.

"kapan? perasaan gue dari tadi di kos, gak ada tuh kiriman. kak ica juga nggak nge- whatsapp gue"

"ngirimnya kemaren pas lu ke salatiga. cipeng sih yang nerima. bolunya ada di kulkas. kembangnya diwadahin botol aqua sama raga. tuh di deket sink"

"kok kak ica nggak chat gue ya..." monolog hagi sambil mengecek ponsel.

"biar sesurpris kali. dah lo chat sekarang dah, bilang makasih eh apa video call aja, nyet. kangen gue liat muka kak ica"

the idea of marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang