KALIAN VOTE DULU!
TERSERAH DEH!
.
.
.
"Keberhasilan Neithen untuk Nara"ಠ﹏ಠಠωಠ
Pukul enam pagi Nara sudah berangkat dari posko bersama dengan Mesya. Mereka diantar oleh Alam menuju halte terdekat dari desa. Bis biasa jalan mulai dari pukul tujuh pagi. Untuk beberapa menit mereka menunggu pemberangkatan.
Selama perjalanan yang tergambar dalam pikiran Nara adalah Neithen. Apalagi dengan perjalanan yang menaiki bis—harusnya Neithen yang duduk di sebelahnya, berbincang dengannya, menikmati luasnya alam dari balik jendela, dan yang pasti adalah menikmati suasana bis yang berisik. Nara menginginkan itu kembali.
Mesya masih asik memainkan handphone dengan earphone yang menutupi lubang telinganya, sekedar menyamarkan bising kendaraan dan ocehan para penumpang. Kakinya yang bertopang sesekali ia gerakkan, menikmati alunan musik yang didengarkan.
"Nanti, jangan lupa lo dokumentasikan mulai dari awal gue ketemu Neithen, ya?" Nara bersuara, menoleh pada sahabat di sebelahnya. Mesya tampak asik saja menikmati musiknya.
"Mesya!" Earphone yang terpasang di telinganya Nara lepas tanpa permisi. Berhasil membuat Mesya menoleh, namun tak marah. "Lo denger gue ngomong apa?" Nara bertanya.
Wajah polos itu menggeleng saja.
"Nanti kalo gue udah sampai kampus, lo jangan lupa ambil dokumentasi dari awal gue ketemu Neithen," Nara menegaskan sekali lagi.
"Aman." Lagi-lagi Mesya menanggapinya santai saja. Ia lalu meraih earphone yang ada di tangan Nara, kemudian memasangnya kembali.
Nara mendengus, menggelengkan kepalanya. Ia kembali memilih untuk menikmati pemandangan di sepanjang perjalanan. Berbicara dengan Mesya hanya akan membuang waktu sia-sia.
ಠ益ಠ
Bis yang ditumpangi Nara dan Mesya telah berhenti di terminal. Keduanya sudah tertidur dari dua jam yang lalu. Ini adalah pemberhentian terakhir bis menuju Jakarta, semua penumpang sudah turun, petugas bis membangunkan mereka yang masih belum sadar.
Dua anak muda itu memang tidak terbiasa menaiki angkutan umum seperti bis untuk perjalanan jauh. Perjalan yang hampir lima jam itu menurunkan mereka di sebuah terminal. Mesya langsung menghubungi Varen yang sudah ia pesan untuk menjemputnya.
Matahari sangat terik di siang ini. Para pedagang bertaburan menawarkan dagangannya pada penumpang yang baru saja turun. Termasuk Nara dan Mesya. Untuk meredakan rasa haus, Nara memesan dua botol air minum. Di bawah teriknya sinar matahari mereka menunggu jemputan Varen.
Lelaki itu menempuh perjalan selama satu jam lebih menuju tempat Nara dan Mesya menunggu. Setengah jam sebelum Nara sampai di terminal bis, Varen sudah berangkat dari rumahnya. Penantian selama setengah jam itu mereka gunakan untuk beristirahat. Di sebuah warung kecil mereka duduk. Mesya selalu sibuk merapikan penampilan yang tampak kusut akibat keringat.
Penantian berlangsung hingga Varen tiba. Mereka langsung tancap meninggalkan tempat menuju kampus. Karena Mesya adalah satu-satunya di antara mereka yang letak rumahnya paling dekat dengan kampus, Nara meminta untuk mampir terlebih dahulu sebelum ke acara Neithen. Tidak mungkin wajah sekusut itu harus menemui Neithen di hari yang menyenangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dinding Kampus (Mimpi dan Kasih) END
Romance"Dia taat pada Tuhannya, tapi Tuhan yang berbeda" -Narafa "Orang yang kucintai harus terluka karena orang yang mencintaiku. Aku terjebak dalam permainannya." -Narafa