GAME 11

142 17 16
                                    


Last Chapter;

"Papa...papa harus istirahat yang baik malam ini. Besok, temani Suo-suo bermain, ok," bisikan yang sedikit bergetar terdengar dari bibir mungil itu "Papa punya hutang untuk membacakan cerita untuk Suo," ia mengeratkan dekapannya, sambil berusaha menyembunyikan isak tangisnya. "Selamat tidur."


*


*


*


GAME XI

** Happy Reading **

*

Isak tangis kembali terdengar dalam ruangan yang temaram itu, kali ini suara itu mengalir tertahan dari bibir mungil bocah laki-laki yang tengah memakukan tatapan kedua bola matanya yang tergenang pada satu sosok yang meringkuk di sudut ruangan, m...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Isak tangis kembali terdengar dalam ruangan yang temaram itu, kali ini suara itu mengalir tertahan dari bibir mungil bocah laki-laki yang tengah memakukan tatapan kedua bola matanya yang tergenang pada satu sosok yang meringkuk di sudut ruangan, membalas tatapannya dengan tatapan yang aneh; tatapan itu seolah bercampur dengan berbagai macam perasaan, kesedihan-kebencian-ketakutan-rasa bersalah...semuanya bercampur jadi satu.

Suo, bocah itu berusaha menahan tangisnya sekuat tenaga, tapi tidak berhasil. Sudah lebih dari satu bulan ia harus menghadapi kondisi papa-nya yang sama sekali tidak berubah.

Selama lebih dari satu bulan bocah itu harus bertahan dengan semakin memburuknya kondisi orang yang paling disayanginya itu. Papa-nya terus-menerus diam sambil sesekali meracau tidak jelas, mengurung diri, atau meringkung disudut kamar sambil menyambunyikan wajahnya. Emosinya pun menjadi sangat tidak stabil, teriakan histeris dan isak tangis lebih sering mengalir dari bibirnya, dan bocah itulah yang paling sering mendapatkan perlakuan kasar dari Xiao Zhan yang kembali jatuh pada kondisi depresi.

Hardikan kasar penolakan, dan juga teriakan menjadi hadiah yang sangat buruk setiap kali bocah lima tahun itu berusaha mendekati papa-nya.

Lima tahun...

Suo-suo masih terlalu kecil untuk merasakan semua hal itu...

Ia dipaksa bertahan dengan semua kondisi yang terjadi di rumahnya itu, karena memang tidak ada yang bisa dilakukan untuk menghadapi sang papa yang kembali jatuh ke tempat yang sama dan bahkan kali ini lebih buruk dari sebelumnya.

"Papa," suara bisikan itu muncul setelah isak tangisnya berhenti, ia merangkak perlahan mendekati titik dimana sosok papa-nya meringkuk.

Dia memanggil, tapi tidak ada jawaban.

"Papa..."

Bocah lelaki berpipi bulat itu berhasil mendekati sosok sang papa, mengangkup wajahnya dan menatap kedua matanya yang sebelumnya selalu bersinar cemerlang, namun kali ini hanya menatapnya dengan tatapan kosong.

The Family GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang