Ten

25 4 0
                                    

Ruang tamu yang indah itu sekarang sedang berada dalam posisi menegangkan karna Villia dan Rafael belum buka suara sama sekali hanya menatap anak gadisnya dengan tajam, sedangkan anak gadis yang ditatap itu hanya bisa menunduk sambil memainkan ujung roknya karna merasa gugup.

Arsen tersenyum sekilas lalu menepuk lembut punggung tangan Vee.

"jangan takut"

"ng iya" jawab Vee ragu-ragu

"anda siapa?" tanya Rafael dengan nada tidak suka pada Arsen

"selamat malam tuan, perkenalan nama saya Arsenka Park"

"oh marga Park ya, kenapa anda membawa anak saya tinggal bersama anda?"

"pi, Vee yang datang.."

"diam Veenara, kamu tidak diizinkan bicara saat ini" potong Villia membuat Vee kembali menunduk.

"hanya sebagai tindakan balas budi karna Veenara sudah membantu saya saat itu, kebetulan ia merasa sendirian jadi saya mengizinkannya tinggal bersama saya untuk beberapa waktu" jelas Arsen dengan tenang.

"penampilan anda terlihat sangat meyakinkan, siapa anda sebenarnya?" tanya Rafael lagi

"jika anda bertanya demikian, saya akan balik bertanya lebih dulu"

"apa anda mengenal brand Arsmade?" tanya Arsen dengan menaikkan satu alisnya

"oh anda karyawan disana? tapi penampilan anda terlihat seperti pemiliknya, benar-benar" cibir Rafael membuat Arsen terkekeh lalu mengeluarkan kartu nama perusahaannya yang ada didalam saku tuxedonya.

"mungkin anda memerlukan ini untuk menjelaskan semuanya" ucap Arsen meletakkan kartu namanya dan Rafael meraih benda itu kemudian merapatkan dirinya pada Villia untuk menunjukkannya.

"anda... benar-benar CEO Arsmade?" tanya Villia tidak percaya dan Arsen hanya mengangguk.

Villia dan Rafael saling pandang beberapa saat dengan gerak gerik mata sebagai kode komunikasi mereka.

Arsen menundukkan kepalanya sambil menyunggingkan senyuman.

"( dasar manusia serakah )"

"ehem! jadi anda sudah menanam saham dalam tubuh anak gadis saya?" tanya Rafael membuat Arsen terkejut terlebih lagi Vee yang sedang memainkan ujung roknya itu saking kagetnya menekan tangannya terlalu kuat hingga fake nails gadis itu copot.

"AKH!" Arsen dengan cepat memeriksa jari Vee saat gadis itu merintih.

"kamu gapapa?" tanya Arsen khawatir

"gapapa kok om, fake nails nya copot jadi kaget aja dikit" ucap Vee tersenyum canggung.

"lagian papi apa-apaan sih pertanyaannya ambigu banget" omel Vee membuat Rafael hanya berdehem merasa malu dengan kelakuannya

"kamu masuk aja kekamar ya, istirahat" pesan Arsen

"hah? jadi Vee ga pulang bareng om Arsen?" tanya Vee kecewa

"beberapa hari ini kamu dirumah dulu ya, kalau kamu butuh sesuatu kabari saya secepatnya, sepertinya ada banyak pertanyaan yang ingin orang tua kamu tahu dari kamu"

"ih ga mau" rengek Vee membuat Arsen gemas dengan gadis dihadapannya ini.

"nanti kalau udah waktunya saya jemput kamu buat tinggal dirumah saya lagi"

"jangan lama-lama ya om"

"iya Veenara"

"janji?" Vee mangangkat jari kelingkingnya dan Arsen dengan senang hati menautkan jari kelingkingnya yang berukuran lebih besar dari Vee itu.

THE COLOR OF LOVE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang