6. Masa Lalu Aurel

43 24 20
                                    

"Masa lalu itu adalah milikku, dan dia akan terus menjadi masa lalu, tidak akan aku biarkan dia menggantikan lelaki yang akan mendampingiku di masa depan nanti"

_Aurelia Humeera Dilara Shafiyatunnisa_

^^^^^

Aurel menghembuskan nafasnya kasar saat dia mendapatkan sebuah pesan dari seorang pria di masa lalunya yaitu sebuah undangan pernikahan yang akan diadakan 1 minggu lagi.

Masih terekam di benak Aurel saat pria tersebut mengatakan beribu ucapan manis pada dirinya. Di mulai dari pria tersebut rela menunggu Aurel menjadi wanita sukses selama 5 tahun lamanya. Ya masih terekam sangat jelas di benak Aurel, saat dirinya lagi lagi harus dipaksa dewasa karena keadaan.

Lelah sangat lelah, apalagi dirinya sedang dibayang bayangi oleh banyaknya tugas dan permasalahan keluarga. Sehingga membuat Aurel mau tak mau mengambil langkah yang mungkin sangat sulit dilakukannya. Tapi jika Aurel tidak mengambil langkah tersebut maka takdir Aurel akan berubah menjadi naas.

Dengan niat yang sudah terkumpul penuh, dan tekad yang bulat Aurel memutuskan untuk lost kontak dengan pria tersebut. Terlalu banyak konsekuensi yang harus Aurel tanggung, dan Aurel juga tidak ingin jika suatu saat nanti waktu pria tersebut justru malah terbuang sia sia.

Berat bahkan sangat berat bagi Aurel. Tapi sayangnya Aurel juga tidak memiliki perasaan dengan pria tersebut, dan Aurel tidak suka memaksa sesuatu jika akhirnya yang ada hanyalah rasa sakit.

Bahkan pesan terakhir pria tersebut masih tersimpan rapi di ponsel Aurel.

Ami:
Lebih baik kita memang harus lost kontak daripada keadaan kayak gini
Semoga kamu tetap sama pendirian kamu, sukes buat sekolah nya, sukses buat karir kedepan nya nanti setelah tamat sekolah, bisa banggakan kedua orang tua kamu, dan selalu dilindungi sama Allah dalam keadaan apapun, dan selalu semangat mengejar mimpi kamu
Aminnnnn

Bagi Aurel pesan tersebut mungkin hanyalah sebuah ungkapan doa, tapi mana Aurel tau jika gadis lain yang membaca pesan tersebut maka akan beda artinya.

Bagi Aurel pria tersebut hanyalah bermain main, tetapi sayangnya pria tersebut selalu mengatakan jika dia tidak main main. Tapi kembali lagi apakah sebuah pesan dengan sebuah realita sama?

Aurel benar benar sedang ragu dengan perasaannya sendiri, mau datang atau tidak, tapi Aurel masih ingat perkataannya jika pria tersebut menikah maka Aurel akan datang.

"Okeyyy tarik nafas hembuskan pelan pelan, petik mawar udah itu cabut kuncupnya satu satu, nah ide bagus" Aurel langsung berlari ke arah bunga mawar yang ada di sekitaran taman, dia memetiknya dan melakukan hal tersebut dengan mimik wajah yang serius.

"Dateng, enggak, dateng, enggak,dateng, eng...... Yahh dateng" Aurel membuang tangkai bunga mawar tersebut kesembarang tempat sambil mengerucutkan bibirnya

"Masak dateng sendiri, gak mau kalau dateng sendiri, ajak siapa ya??"

"Ooo ajak mereka aja, ribet amat" Aurel langsung memilih pulang ke arah kost nya dan segera menghubungi seseorang untuk diajaknya pergi ke undangan pernikahan pria tersebut.

Aurel mengajak teman temannya pergi ke Medan untuk menghadiri pernikahan Ami. Aurel memilih untuk pergi satu hari sebelum hari H pernikahan, karena jarak yang di tempuh lumayan membuat lelah.

Mereka pun terbang dari arah Jakarta menuju Medan dan langsung pergi ke hotel yang telah mereka pesan.

Mereka pun beristirahat dan akan pergi berjalan jalan saat malam tiba. Mereka begitu menikmati malam di Medan. Mereka membeli segala macam jajanan dan makanan yang ada di Medan. Dan kebetulan Aurel dan satu temannya adalah pecinta makanan jadilah perut mereka seperti ingin pecah karena terlalu banyak diisi oleh makanan.

Bahkan teman Aurel yang satunya tersebut terus keluar masuk kamar mandi karena terlalu banyak mengisi perutnya dengan berbagai macam makanan pedas.

Pagi hari pun tiba dan Aurel beserta teman temannya sedang bersiap siap untuk menghadiri acara akad nikah Ami beserta calon istrinya yang akan dilangsungkan tepat pukul 09.00.

Teman Aurel yang bernama Ghina terus menggenggam tangan Aurel dari dalam mobil hingga tiba di tempat acara. Dan Aurel hanya menampilkan senyum termanis yang dimiliki oleh dirinya.

Davanka satu orang pria yang mengikuti kelima gadis tersebut langsung mengelus puncak kepala Aurel yang tertutup oleh hijab. Aurel hanya tersenyum saat Davanka mengelus kepalanya lembut apalagi saat ini Davanka sedang berdiri tepat di samping Aurel sambil menggenggam tangannya erat seolah memberikan aliran listrik.

"Cewek jelek kayak lo gak boleh mewek, soalnya tambah jelek" ledek Davanka yang hanya mendapatkan senyuman dari Aurel

"Gue gak mewek, cuman keinget aja saat dia masih nekat mau nunggu, kan sayang ya kalau nekat nunggu kasian jodohnya, waktu dia juga terbuang sia sia, tapi gue bersyukur karena hari ini bisa melihat dia bersanding sama pilihannya" semua teman teman Aurel langsung menatap Aurel dengan tatapan dalam, bahkan Davanka merangkul lembut Aurel sambil memberikan sedikit usapan.

"Kalian masih inget kan saat gue bilang, jangan mempertahankan sesuatu saat kita sendiri gak tau apakah itu akan menjadi sebuah ending yang manis atau hanya kenangan manis, dan saat kita memaksa mempertahankan hal tersebut maka kita harus siap sama konsekuensi nya yaitu antara bertemu di pelaminan sebagai dua orang yang di satukan dalam sebuah ikatan halal, atau hanya saling mengirim surat undangan"

"Dan gue bersyukur bisa melihat dia bahagia bersama pasangannya, dan itu yang gue mau"

"Okey maju guys" Aurel dan teman temannya pun melangkahkan kaki mereka menuju ke arah sepasang pengantin. Pertama mereka bersalaman dengan kedua orang tua dari mempelai wanita.

Setelah itu mereka maju dan inilah kali pertama Aurel dan Ami bertemu.Saling bertatap muka dan memandang satu sama lain.

"Samawa ya semoga langgeng sampai maut yang memisahkan, aku doain semoga cepet dapet momongan, dan saling menghargai satu sama lain karena mulai detik saat kamu selesai mengucapkan kalimat ijab, maka detik itu juga seluruh tanggung jawab yang ada di pundak ayahnya berpindah ke pundakmu, intinya samawa, happy wedding guys" Aurel langsung memeluk istri Ami dan mengatakan selamat

"Cantik euyyy" ledek Aurel setelah bersalaman dengan Ami dan istrinya

Ami hanya tersenyum simpul dan melihat ke arah istrinya dengan penuh cinta.

"Makasih doanya, kamu juga semoga cepet ketemu sama pasangan yang kamu harapkan, jangan lupa undang ya" Aurel hanya mengacungkan jempolnya dan segera berfoto dengan kedua mempelai pengantin setelah itu mereka langsung berpamitan untuk kembali pulang ke Jakarta.

ALENGKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang