13. TERUNGKAP

59 25 26
                                    

"Semua kejahatan gak akan pernah menang. Kejahatan itu cuman dikasih kesempatan untuk bahagia lalu dihempaskan begitu saja"

_Aurelia Humeera Dilara Shafiyatunnisa_

^^^^^^

Hari ini Hanna diizinkan pulang oleh pihak rumah sakit karena kondisinya yang berangsur pulih. Alengka telah menyiapkan satu buah taksi untuk menjemput ibunya dari rumah sakit. Tapi dua wajah yang tidak ingin Alengka lihat harus berada di tempat yang sama dengan dirinya dan Hanna.

"Halo kak apa kabar?" sapa Talita yang berada di rumah sakit bersama dengan Arkatama ayah Alengka

"Baik" jawab Hanna dengan senyuman tipis yang menghias bibirnya

"Ayo bun" ajak Alengka kepada Hanna tanpa melirik ke arah ayah atau tantenya

"Ale kamu kok gak nyapa tante?" ucap Talita sambil memegang tangan Ale tetapi Alengka langsung menepisnya dengan kuat hingga nyaris membuat Talita terjatuh

"Alee" Hanna memelototkan matanya kepada Alengka karena dengan beraninya Alengka melakukan hal tersebut

Alengka tidak menggubris perkataan Hanna dan memilih masuk terlebih dahulu ke dalam mobil dengan menahan seluruh amarahnya.

Arka hanya bisa menatap nanar putranya, dia tau dia salah tapi semua yang Alengka lihat tidaklah seperti kenyataannya.

"Ngapain kalian ke sini?" tanya Hanna

"Mau periksa kandungan aku kak" jawaban Talita membuat Alengka langsung turun dari mobilnya dan menyeret Hanna agar segera masuk ke dalam mobil

"ALE" bentak Hanna

"Ale gak mau bunda sakit hati gara-gara dua orang gak tau diri ini bun" ucapan Alengka membuat hati Hanna teriris, dia tidak menyangka jika kebencian Alengka begitu besar terhadap Arkatama dan Talita

"Ale udah mati-matian nahan emosi Ale, sekarang Ale mohon sama bunda ayo naik ke mobil bun, kita pulang" mohon Ale dengan mata berkaca-kaca

"Ale gak boleh gitu nak, dia tetap ayah kamu" nasihat Hanna

"Ale anggap dia ayah bun, dia adalah sosok laki-laki yang Ale hormati, sosok laki-laki yang Ale jadikan panutan, tapi semua rasa hormat itu dan semua panutan itu hilang gitu aja saat Ale liat dengan mata kepala Ale sendiri dia mengkhianati cinta pertama Ale" Hanna, Arkatama dan Talita menahan air mata mereka yang sudah berada diujung pelupuk mata saat mereka mendengar perkataan Alengka yang cukup menancap hati mereka

"Bunda itu wanita pertama yang Ale cintai, dan Ale akan jaga bunda dan selalu ada disamping bunda sebelum ada wanita lain yang masuk ke dalam hati Ale"

"Bunda yang selalu ngajarin Ale kan untuk menjaga dan mencintai dengan segenap hati siapapun wanita yang akan mendampingi Ale nanti, dan Ale sedang melakukan hal tersebut bun, Ale sedang melakukannya, dengan menjaga bunda, menyayangi bunda, mencintai bunda dan menggantikan sosok suami disamping bunda"

"Ale gak mau bunda kesepian, Ale gak mau bunda kecapean, Ale gak mau bunda jatuh sakit lagi, Ale ga mau kehilangan orang yang Ale sayang lagi bun, cuma bunda alasan Ale hidup, Ale udah mati-matian mau lupain semua kenangan manis antara keluarga kita, dan jangan buat semua usaha Ale sia-sia bun dengan meminta Ale untuk melihat pria ini, jangan bun jangan"

"Hati Ale sakit bun saat harus liat bunda nangis, hati Ale sakit saat harus liat cinta pertama Ale hancur gara-gara pria yang gak punya hati nurani. Gak bun itu gak akan Ale biarin terjadi, Ale mohon bun ayo pulang, Ale udah gak kuat" karena tidak tega melihat anaknya yang terus memohon akhirnya Hanna masuk ke dalam mobil dan pergi dari rumah sakit tanpa mengucapkan kata pamit kepada Arkatama dan Talita

Sedangkan Arkatama hanya bisa membeku di tempatnya dan tidak bergerak sedikitpun, saat dirinya melihat anak satu-satunya begitu membenci dirinya bahkan tidak ingin melihat ke arahnya.

"Segitu benci kamu sama ayah nak" batin Arkatama dengan air mata yang menetes

^^^^^^

Dengan langkah tegas Aurel beserta keempat temannya berjalan menyusuri kampus untuk pergi ke ruangan rektorat. Pintu pun terbuka dan terpampang lah kepala rektor,dosen, dekan, kepala kepolisian, Arumi, Shafana, Erina beserta kedua orang tua mereka.

Semua orang yang melihat Aurel kali ini benar-benar merasakan aura yang berbeda. Aurel dengan celana slim fit jeans hitam, tanktop hitam yang dimasukkan ke dalam celana, jaket kulit oversize coklat, hijab segiempat yang ujungnya dinaikkan ke pundak beserta topi.

Dengan anggun tapi tegas Aurel duduk tepat disamping kepala rektor dengan meletakkan map-map yang berisi tentang seluruh informasi yang didapatnya. Kepala kepolisian atau Jendral Atarel tersenyum tipis saat melihat Aurel dengan sikap anggunnya tapi tegas.

"Saya Aurelia Humeera Dilara Shafiyatunnisa anggota kepolisian yang menjabat sebagai AKP" pembukaan kalimat Aurel cukup membuat semua orang di tempat tersebut terkejut kecuali keempat teman Aurel dan jendral nya

"Hari ini ingin menuntut universitas Tujuh Oktober atas tindakan pembullyan, jual beli organ tubuh, pembunuhan, konsumsi obat terlarang, dan pemerkos*aan" ucap Aurel

"Semua berkas yang ada di atas meja adalah bukti-bukti bahwa universitas Tujuh Oktober telah melakukan tindakan kriminal dan asusila lengkap dengan tersangkanya" sambungnya

^^^^^

Alengka duduk di tempatnya sambil menatap Aurel dengan tatapan kecewa. Dia tidak menyangka jika gadis yang dia cintai ternyata adalah salah satu anggota kepolisian.

"Kenapa gak cerita?" tanya Alengka

ALENGKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang