10

46 26 25
                                    

"Hidup sederhana itu saat kita bisa membantu orang lain tanpa imbalan apapun"

_Aurelia Humeera Dilara Shafiyatunnisa_

^^^^^

Di rumah sakit Alengka sedang duduk di kantin sambil memakan makanannya atas paksaan Hanna. Bibirnya mengukir senyuman saat mengingat dirinya yang tidak mau makan hanya karena tidak ingin meninggalkan ibunya.

Flashback On

"Makan sana bang, nanti kamu sakit kalau gak makan" titah Hanna frustasi karena sudah dari setengah jam yang lalu Hanna menyuruh Alengka untuk pergi makan tetapi sang anak tidak beranjak juga dari tempatnya sambil mendusel duselkan kepalanya di tangan Hanna

"Gak mau, bunda gak ada yang jaga" ucap Alengka

"Nanti kamu sakit" geram Hanna

"Nanti ya bunda sayang abang makan, sekarang abang masih mau jagain bunda okey" bela Alengka sambil memperlihatkan deretan gigi putihnya

"Alengka ini perintah, makan sana, nanti kamu sakit" tegas Hanna yang membuat nyali Alengka langsung menciut

"Iya iya Ale makan" dengan langkah malas Alengka menuruti perintah Hanna untuk pergi mengisi perutnya, sebelum itu Alengka sempat mencuri ciuman di pipi kanan sang ibu

Hanna hanya menggeleng gelengkan kepalanya saat melihat sang putra dengan langkah ogah ogahan pergi untuk makan. Padahal dirinya hanya menyuruh Alengka untuk mengisi perut tetapi begitu sulit memintanya dan tingkah Alengka benar benar mirip dengan seorang pria yang pernah dia kenal.

Flashback Off

Saat sedang enak enaknya makan tiba tiba saja ponsel Alengka berbunyi. Alengka membuka ponselnya dan dia melihat notifikasi dari aplikasi X. Dia membuka aplikasi tersebut dan betapa terkejutnya Alengka saat melihat isi dari aplikasi tersebut.

Dia mengeraskan rahangnya dan mengepalkan tangannya. Tiba tiba saja hawa di kantin terasa panas dan menegangkan. Tanpa aba aba Alengka langsung berdiri dari tempatnya dan pergi keluar kantin menuju ruangan ibunya untuk izin pergi sebentar.

Tetapi matanya menangkap seorang gadis yang dia kenal sedang berbicara dengan seorang dokter yang menangani operasi ibunya. Dengan rasa penasaran yang tinggi Alengka pun mendekati kedua orang tersebut dengan langkah perlahan tapi pasti. Dan akhirnya dia mendengarkan pembicaraan antara kedua orang tersebut dengan telinga yang ditempelkannya di dinding.

^^^^^

"Permisi dok" sapa Aurel kepada dokter yang menangani operasi ibu Alengka

"Iya?" dokter tersebut mengerutkan dahinya mencoba mengingat gadis yang berada di depannya

"Kamu bukannya gadis yang waktu itu membiayai operasi pasien saya ya" tebak sang dokter dan mendapatkan senyuman manis dari Aurel

"Iya benar dok" ucap Aurel

"Ada apa?" tanya dokter

"Saya hanya ingin bertanya kondisi lebih lanjut mengenai pasien tersebut" jawab Aurel

"Alhamdulilah operasinya berjalan lancar dan sekarang kondisi bu Hanna sudah stabil, apalagi dia terus didampingi oleh putranya" ucap dokter

"Siapa ya nama anaknya, Ale, Alengka gak salah, iya Alengka" lanjut dokter kembali setelah mengingat ingat nama putra Hanna yaitu Alengka

Saat Alengka memutuskan untuk pergi dari kegiatan mengupingnya tiba tiba saja sang dokter menyebutkan namanya yang membuat Alengka membeku di tempat. Alengka kembali memutar tubuhnya dan melanjutkan aksinya untuk menguping.

"Syukurlah kalau begitu" balas Aurel

"Iya berkat kamu membantu administrasi bu Hanna operasinya jadi langsung dilakukan dan sekarang kondisinya lebih stabil" ucapan sang dokter bagaikan ultimatum bagi Alengka, dia mematung di tempatnya sambil melihat ke arah Aurel dan sang dokter yang masih berbicara

Saat Aurel pergi dari hadapan sang dokter Alengka langsung mengambil 1000 langkah untuk mengejar Aurel. Dan saat Aurel akan menaiki ojeknya tiba tiba saja Alengka menarik tangannya dan membuat Aurel kehilangan keseimbangan dan terjatuh di pelukan Alengka.

Untuk sesaat mereka terdiam dengan posisi saling menatap. Untung saja Alengka bisa menahan tubuhnya jadi mereka tidak terjatuh ke lantai dan menjadi sorotan semua orang.

Dunia serasa milik berdua itulah yang terjadi antara Alengka dan Aurel. Mereka masih terdiam dengan posisi yang sama, bahkan angin berhembus dengan begitu lembut dan membuat hijab dan rambut mereka berterbangan.

Mereka menatap dengan tatapan yang sulit diartikan. Dan tatapan tersebut terputus saat ada anak kecil yang tanpa sengaja menyenggol Aurel untuk mengambil mainannya.


ALENGKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang