Dengan hati yang cukup baik, Jie menunjukkan senyuman manis kepada setiap orang yang ditemuinya. Dimanapun, dan kapanpun, bahkan Ke Janu sekalipun membuat kekasihnya itu merasa keheranan sendiri.
Mungkin dengan cara seperti itu, Jie merasa akan baik-baik saja tidak jadi gunjingan publik karena dia tersenyum untuk semua orang. Namun pada akhirnya, pernyataannya itu salah, yang ada malah semua orang memuji-muji dirinya yang katanya dia lebih terlihat indah dari Jie biasanya.
"Suasana hati Jie lagi baik kali" jawab Aziel yang ikut duduk disamping Janu sedang terheran-heran, apalagi Jie sekarang dikerubuti anak kelasnya sendiri.
"Maybe" jawab Janu, mood nya memburuk ketika Jie menarik perhatian semua orang, dia cemburu.
Aziel menatap kearah Janu, dia mulao berfikir bahwa dua pasangan ini selalu bergantian suasana hati. Terkadang, jika Janu yang sedang dalam mood membaik dia akan terlihat tak garang, namun jika suasana hatinya buruk ya seperti sekarang ini. Cemberut, malas berbicara, dan terlihat begitu kesal ingin memakan orang.
Jam pelajaran yang tak lama kini selesai, semua anak murid mulai keluar dari kelasnya untuk menuju kantin. Jie berbeda, karena hari ini dia disuruh mengantarkannya buku ke perpustakaan atas permintaan guru, dia pergi tanpa berpamitan dengan yang lain juga Janu.
Dia yang baru saja memasuki perpustakaan langsung mendapatkan tatapan dari beberapa murid disana, Jie memberikan senyuman untuk menyapa sekaligus meninggalkan mereka karena dia ingin segera mengisi perutnya yang kosong.
"Buku sains itu letaknya, ah disana" dia bergumam sendiri sembari mendekati rak rak buku, lalu menaruh beberapa buku yang sedari tadi dia bawa dari kelasnya.
"Gue denger, Janu udah punya pacar?"
Jie sontak terdiam mendengarkan apa yang di ucapkan salah satu dari ketiga lelaki yang sedang berkumpul, ntah siapa tapi sudah Jie pastikan orang orang itu adalah teman dari Janu yang berbeda kelas dengan dirinya.
"Gue gk yakin, kalo emang iya masa dia mau keluar malam sama kita terus?" Jawab salah satu dari ketiga lelaki tersebut.
"Nah, kalo emang punya pacar gk perlu kali Janu ikut kita. Sedangkan kira tau, dia suka main cewe kan?" Ucap salah satunya kembali.
"Heh?" Jie langsung bingung akan ucapan demi ucapan yang terlontar, apalagi saat kata itu membuat langsung berfikir sejenak. "Main cewe?"
"Nanti kita tanya Janu aja gimana? Sekalian gue kepo kalo dia beneran pacaran" ucapnya untuk kedua temannya.
"Tapi, cowo kalo udah sekali main cewe meski punya pacar gk bakalan berubah" jawab dari salah satunya.
"Betul sih, apalagi Janu dibilang idaman para cewe kan? Susah sih kalo gitu"
Jie meninggalkan perpustakaan dengan pikiran yang tidak yakin, memang jika malam apalagi kemarin dia tidak selalu mengirim kabar dengan Janu. Selalu saja handphone Janu tidak bisa dihubungi, di chat juga tidak dibalas, nanti dia akan membalas di atas jam 12 malam.
"Jangan overthiking Jie, lo bisa tanya ke orangnya langsung" ujar Jie menepis semua keraguan dalam hatinya yang mulai berfikir tidak tidak tentang Janu.
Dia pun pergi menuju kantin tempat teman-temannya yang sedang makan siang, juga ada Janu disana. Jie sempat terkejut, pasalnya kursi sudah disediakan untuknya juga makanan yang benar-benar sedang dia inginkan hari ini.
"Siapa yang pesenin ini?" Tanya Jie bingung sembari menarik kursi dan menunjuk stick di atas meja.
"Lah, lo sendiri kan tadi yang bilang kata Janu? Lo mau ke perpus dulu dan tolong pesenin makanan juga kasih kursi duduk" jawab Candra kepada Jie yang masih kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything For Jie | Nosung
Teen FictionJizain yang terlahir di keluarga cukup terpandang membuatnya memiliki pandangan baik dari orang orang terhadap dirinya, apalagi kedua orang tua yang sangat menyayangi dirinya juga selalu mencoba memberikan yang terbaik untuknya, akan tetapi bukn ber...