"Sejak kapan kalian jadi akrab?"
Pertanyaan yang tiba tiba membuat Jie terdiam bersama dengan Janu, pasalnya tempat yang sepi ini tiba tiba ada tiga orang mendatangi mereka.
Jie melepaskan Janu, ah iya dia sedang mencekal lengan Janu dan memukul mukul punggung janu.
"Gk di jawab?" Tanya nya berbeda orang.
"Sapa yang akrab" jawab Jie dan Janu yang tak sengaja berucap secara bersamaan.
Kedua orang itu saling bertukar tatap lalu membuang muka kembali, itu membuat tiga orang yang berada di depannya saling berpandang aneh.
"Ngapain juga mereka dateng" ujar Jie
"Candra, Bian sama Ziel ganggu suasana" batin Janu.
"Ya kalian makin keliatan kaya apa ya kalo gini" ucap Candra.
"Apa!!"
Lagi lagi kedua orang itu berucap secara bersamaan, dan mereka kini jadi canggung.
"Kaya orang lagi pdkt"
Tuk.
"Awwww" rintih Ziel dengan memegangi kepalanya yang sakit akibat ulah Candra memukul nya.
"Liat pandangan si Janu udah serem gitu" bisik bian pada Ziel dengan menatap Janu.
Ya, ketika Janu tidak suka dia akan menunjukan ekspresi yang terlihat garang dan membuat siapapun takut padanya.
"Oke maaf maaf bercanda, gue tau kalian cuman teman jail" ujar Ziel, dia mengacungkan dua jarinya piece kearah Janu.
Janu membuang muka dan menghela nafas panjang, padahal dia tentu ingin semua orang tau jika dia menyukai Jie, tapi entah mengapa dia juga merasa sebaiknya bukan sekarang.
"Jadi lo berdua disini cuman berantem?" Tanya Bian.
Jie menganggukkan kepalanya tanda iya, dia juga hanya bisa mengelak untuk sekarang, lagian mereka memang tidak akrab.
"Bisa gk sih kurangin berantemnya, nanti jadi saling jatuh cinta terus kalian pacaran dan jodoh, menikah" ucap Candra panjang lebar, jangan lupakan ekspresinya yang begitu menghayati.
"Diem gk lo?" Sentak Janu.
"Oh gitu, jangan jangan kaliannnn" Candra semakin meledek.
"Diem atau gue sumpel cilok?" Tanya Janu mengancam.
"Sumpel sini biar gue kenyang"
Ah memang benar, diantara yang lain Candra adalah salah satu orang yang sangat berani pada Janu, dan hanya dia di antara Bian juga Ziel.
Sikapnya yang terlalu bokem (bocah kematian) ini membuat siapapun pasti pasrah, apalagi dia ketika berucap tidak memikirkan perasaan orang lain, asal ucap saja.
"Yaudah si kalo emang gk ada apa apa mending kita pergi, soalnya kan Janu disuruh kumpul tuh sama guru" ucap Ziel melerai.
"Jadi lo kesini cari gue?" Tanya Janu.
"Iyalah, tadi kata aden lo masuk kesini, jadinya gue nurut aja" ucap Ziel.
"Oh gitu" ujar Janu, dia merapikan pakaiannya yang sedikit kusut.
"Jie gimana, mau pergi?" Tanya Ziel.
"Iya Jie mau pergi kak, kalian sibuk kan, semangat" ucap Jie, dia memberikan senyuman manis untuk ketiga orang di depannya.
"Waduh manissnya, makasih Jie, kamu lucu banget dari dulu" Bian mulai memuji Jie dan merasa gemas pada bocah itu.
Sedangkan Janu mulai menunjukkan wajah datar, dia tidak suka, Jie juga jadi terdiam bingung dan takut setelah menatap Janu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything For Jie | Nosung
Roman pour AdolescentsJizain yang terlahir di keluarga cukup terpandang membuatnya memiliki pandangan baik dari orang orang terhadap dirinya, apalagi kedua orang tua yang sangat menyayangi dirinya juga selalu mencoba memberikan yang terbaik untuknya, akan tetapi bukn ber...