Dengan berlari kecil Jie mencoba untuk menghampiri papi nya yang baru saja memberhentikan motor tepat di depan gerbang sekolah, Jie tersenyum manis untuk menyambut sang papi seperti biasa.
"Selamat sore papi, terima kasih sudah jemput Jie" ucap Jie.
Demian yang merasa aneh dengan tingkah Jie tiba tiba berterima kasih membuatnya menyerngit heran, untuk apa putranya dan kenapa dia berterima kasih padahal ini sudah hal yang sangat wajar.
"Untuk apa berterima kasih Jie?" Tanya Demian.
"Ehehehe mau sesekali berterima kasih pi" ucap Jie dengan gugup, dia juga menggaruk kepalanya dan tatapan mata yang di alihkan tak berani menatap papi nya tersebut.
"Papi tau ada yang kamu senbunyikan, ada apa sayang?" Tanya Demian mencoba lembut, namun Jie malah menggelengkan kepalanya dan memegangi gagang pintu mobil.
"Papi ayo pulang, Jie lelah mau sampai rumah terus mandi terus makan sama papa" pinta Jie dengan tergesa gesa.
Demian yang awalnya hendak bertanya lagi akhirnya mengurungkan niat tersebut, dia tau bahwa Jie pasti akan terbuka pada nevian setelah ini karena memang Jie paling dekat dengan papanya.
"Okey, sudah di buka Jie masuk aja" ujar Demian.
Dengan tergesa Jie membuka pintu mobil dan masuk begitu saja, tentu saja membuat Demian makin curiga bahwa Jie memang sedang memiliki masalah yang sedang dia pendam.
Apalagi saat di perjalan, Jie terus menatap kebawah dan memainkan jarinya, bola mata yang melirik kesana kemari nampak begitu gelisah membuat Demian tidak tenang.
"Ada apa dengan Jie" batin Demian begitu khawatir.
Setelah demian memakirkan mobilnya di halaman rumah, Jie tanpa basa basi keluar tanpa menunggu papi nya tersebut, dia bahkan terlihat berlari dan juga langsung memasuki kamar saat di sapa oleh papanya.
Demian yang melihat itu semua hanya mendapatkan tatapan bingung dari istrinya, bagaimana bisa Jie nampak murung saat dia baru saja pulang, ini juga terlihat sangat jarang sekali.
"Jie kenapa?" Tanya Nevian menghampiri Demian dan mengambil tas kerjanya tersebut.
"Aku gk tau, dia tiba tiba kaya gitu pas keluar dari sekolah nya" ucap Demian dengan lirih.
"Apa ada yang ganggu dia?" Pikiran Nevian mulai kemana mana, karena dahulu Jie pernah di ejek ini itu akibat dia yang terlalu introvert dan tidak memiliki satu temanpun.
"Kita hubungi pihak sekolah, kamu samperin Jie aja" ujar Demian menyuruh Nevian untuk menghampiri putra semata wayang mereka.
"Tapi kamu?" Tanya Nevian, sudah kewajiban Nevian bukan melayani suaminya baru saja pulang kerja yang sudah dapat di pastikan bahwa Demian lelah.
"Aku gk papa, hampiri Jie" pintanya lembut.
Nevian mengangguk tanpa membantah, pertama dia datang ke kamarnya terlebih dahulu dan menaruh tas demian, dan yang terkahir dia berjalan kearah kamar jie hingga berdiri di ambang pintu berwarna coklat tersebut.
"Jie sayang?" Panggil Nevian.
Namun saat itu tidak ada sahutan sama sekali, hingga Nevian mengetuk pintu tiga kali dan menunggu kembali jawaban Jie.
"Jie? Kamu kenapa?" Panggilannya penuh kekhawatiran.
Masih belum ada jawaban, hingga akhirnya nevian memegang knop pintu kamar Jie dengan meminta ijin terlebih dahulu kepada putranya.
"Jie? Papa masuk ya sayang?" Tanya Nevian, masih tidak ada sahutan dan berakhir dia membuka pintu kamar tersebut.
"Lohh?" Ketika sampai di dalam kamar Jie dia tidak ada di sana, akan tetapi terdengar suara gemericik air dari dalam kamar mandi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anything For Jie | Nosung
Teen FictionJizain yang terlahir di keluarga cukup terpandang membuatnya memiliki pandangan baik dari orang orang terhadap dirinya, apalagi kedua orang tua yang sangat menyayangi dirinya juga selalu mencoba memberikan yang terbaik untuknya, akan tetapi bukn ber...