"Reputation precedes me, they told you I'm crazy."
—
Keesokan harinya, aku melewatkan satu-satunya kelasku bersama Daniel, tapi aku belum pernah membolos dan presensiku penuh.
Aku tidak sempat sarapan di rumah, jadi aku membeli sebungkus sandwich di Horologium untuk kumakan di luar. Udaranya dingin, daun-daun dan debu beterbangan mengacak-acak rambutku. Sambil mendesah, aku duduk di bangku marmer dan memasukkan ujung celana panjangku ke dalam sepatu bot. Aku lapar, belum makan sejak kemarin di Forests' Grub, tapi katup di perutku seakan menutup saat aku menggigit suapan pertama sandwich-ku.
Mungkin aku terlihat baik-baik saja dari luar. Marki del Rosario, dengan kemeja kulitnya, mantel Burberry, dan perhiasan-perhiasan mahal. Tapi aku tidak tahu lagi apa yang harus kulakukan dengan hatiku yang berantakan. Aku juga tidak tahu apa yang harus kukatakan pada cowok itu kalau-kalau kami bertemu. Sebentar lagi ada Rockingdown League, lalu Bayside, dan tempo hari aku sudah berjanji pada Daniel untuk menonton. Masa bodohlah. Fuck him. Fuck my life. Barangkali aku harus berhenti bermalas-malasan dan segera menyelesaikan laporan untuk tugas akhirku.
Membuka pembungkus sandwich-ku, aku melahap roti dengan telur dan daging itu seperti orang kelaparan, tapi bukan karena aku benar-benar kelaparan. Aku memaksa diriku sendiri untuk menelan semuanya agar tidak mati. Pada saat ini, aku betul-betul tidak bisa merasakan apa-apa kecuali kepalaku yang berisik dan perutku yang kurang kalium karena kebanyakan muntah.
Jadi, begini rasanya tidak diinginkan siapa-siapa. Menyedihkan sekali. Aku pikir karena aku ini Marki orang-orang tidak bisa seenaknya memperlakukanku seperti tisu bekas pakai. Jadi kaya dan independen tidak membuatku lebih berharga daripada orang lain, ternyata. Aku bisa saja jadi cewek cengeng yang kerjaannya merepotkan pacarku, dan mereka tidak akan memperlakukanku seperti ini. Aku bisa jadi siapa saja selain diriku dan akan selalu ada orang yang mencintaiku. Siapa saja selain Marki del Rosario.
"MARKI!"
Aku menoleh, dan saat itu juga jantungku berhenti berdetak selama sekejap.
Run, aku memerintahkan kakiku.
Tapi kakiku seperti tertanam ke dalam tanah. Aku tidak bisa bergerak.
"Marki..." Daniel kehabisan napas, tanpa ragu-ragu menarikku ke dalam pelukannya begitu cowok itu berhasil naik ke pekarangan Horologium dari gedung Arsitektur di bawah. "Aku nyariin kamu dari kemarin! Kamu ke mana aja?" Daniel membentuk pipiku dengan kedua belah telapak tangannya. Aku terhenyak, kontan mendorong cowok itu dan terengah-engah mundur.
Daniel tampak bingung sesaat, tapi cowok itu tidak tampak ambil pusing soal tingkahku yang aneh. "Kenapa kamu nggak masuk kelas?" Diambilnya pipiku lagi, dan aku bisa merasakan suhu kelasku yang familier di ujung-ujung jari Daniel. "Ditelepon nggak bisa... LINE nggak jawab... aku kira kamu kenapa-napa di jalan..."
Aku bisa bilang Daniel sungguhan cemas, dan itu membuatku sakit sampai ke perut memikirkan aku bisa kehilangan cowok ini kapan saja.
Aku bukan orang paling mudah untuk dicintai. Bersamaku selalu mudah, tentu saja. Daniel bisa pulang tengah malam setelah nongkrong bareng teman-temannya dan aku tidak akan melempar banyak komentar pedas. Cowok itu bisa melakukan hampir apa saja yang dia inginkan tanpa rasa bersalah. Tapi itu masalahnya dengan semua orang. Terkadang mudah untuk bersama saja tidak cukup, seseorang juga harus mudah untuk dicintai. Karena suatu saat kamu akan menatap warna biru di mata teman sekelasmu dan berpikir kamu akan mengorbankan apa saja untuk menatap mata itu daripada menatap warna cokelat yang familier di mata pacarmu. Karena apa salahnya bermimpi, bukan begitu? Pada akhirnya, kamu akan tetap memilih cewek cantik di gym yang kamu kagumi tanpa berani minta nomor teleponnya daripada teman satu kampus yang kamu ketahui nama, nomor telepon, sampai tempat tinggalnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kiss & Tell
RomanceSemua orang tahu Daniel Desjardins, eye candy Basalt yang bikin cewek-cewek mendadak suka nonton basket. Cowok itu bintang di By the Beach; apa saja yang cowok itu inginkan, bisa cowok itu dapatkan. Kecuali satu hal. Namaku Marki del Rosario, usiaku...