43. Hidup berdua

804 55 3
                                    

Bukannya sebuah hukuman yang Alethea terima, wanita itu malah diberikan setumpuk pekerjaan yang mengharuskan dirinya selalu bersama Jaesen bahkan hampir seharian penuh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukannya sebuah hukuman yang Alethea terima, wanita itu malah diberikan setumpuk pekerjaan yang mengharuskan dirinya selalu bersama Jaesen bahkan hampir seharian penuh.

Wanita itu kini sedang merapihkan bajunya, Alethea juga membenahi sedikit aksesoris dirambutnya yang miring.

Alethea dan Jaesen akan melakukan kunjungan ke salah satu wilayah yang Dimana seorang raja berkuasa disana, Alethea dengar raja itu Bernama raja Charles.

Salah satu rekan baik Jaesen.

Kerajaan Charles sedang mengadakan pesta ulang tahun istrinya, tentu Jaesen akan datang. Apalagi Charles yang meminta langsung.

"Sudah siap?"

Jaesen menatap Alethea dari atas sampai bawah.

'Cantik.'

Itu yang keluar dibenaknya.

Alethea memang begitu cantik, memang banyak wanita cantik disini tapi Alethea memiliki aura tersendiri menurut Jaesen sehingga tidak ada yang bisa menandinginya.

"Bisa pasangkan dasi untukku?" Jaesen datang menghampiri Alethea dan menyodorkan dasi berwarna hitam

Alethea menatap dasinya sesaat.

"Kau tidak bisa?"

Pertanyaan Alethea bukannya dijawab, pria itu malah menatap ke arah lain dan bersiul kecil.

Dengan perlahan Alethea menerima dasi itu, wanita itu menyampirkannya di leher Jaesen.

"Warnanya tidak cocok." Gumam Alethea, membuat Jaesen mengernyitkan dahinya.

"Carikan yang cocok untukku." Titah pria itu.

Mau tidak mau Alethea berjalan memasuki walk in closet milik Jaesen, wanita itu menatap jajaran dasi milik Jaesen yang begitu banyak dan beragam.

Warna merah.

Alethea memilihnya, entah kenapa rasanya seperti cocok saja untuk penampilan Jaesen kali ini.

"Menunduk, kau tinggi."

Setelah kejadian itu Alethea memang tidak banyak bicara, gadis itu terheran-heran pasalnya Jaesen tidak menghukumnya. Aneh sekali.

Dengan telaten Alethea memasangkan dasi untuk Jaesen, wanita itu juga merapihkan kerah baju pria itu dan menepuk beberapa kali Pundak Jaesen untuk merapihkannya.

"Selesai."

"Terima kasih."

Alethea membeku, dikala kecupan hangat diberikan kepadanya.

Dahinya menghangat saat merasakan benda kenyal itu mendarat sempurna.

"A-ayo kita pergi." Alethea pergi begitu saja meninggalkan Jaesen yang tersenyum kecil.

ALETHEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang