44. Waktu bersama

806 57 2
                                    

Selamat membaca ya 💗

Jaesen menatap Alethea yang sedang memakai long-coatnya dengan sedikit kesusahan, pria itu mendekati Alethea dan membantunya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jaesen menatap Alethea yang sedang memakai long-coatnya dengan sedikit kesusahan, pria itu mendekati Alethea dan membantunya.

Tidak jauh berbeda dengan Alethea Jaesen memakai pakaian yang sama terlihat lebih simple dari biasanya, hanya saja pria itu memadukannya dengan topi baret berwarna cokelat.

"Katanya akan pulang ke istana." Mendengar suara merdu wanitanya membuat Jaesen tersenyum kecil.

'Tidak sekarang'

"Aku memperpanjang waktu libur."

"Begitu ya." Wanita itu mengambil tas kecilnya dan memeriksa apakah ada yang tertinggal.

Sebenarnya tas Alethea tidak ada barang yang mahal di dalamnya, tidak seperti dulu di dalam tasnya pasti akan ada ponsel dan dompet. Alethea kali ini hanya memenuhi tasnya dengan makeup saja.

"Kita akan kemana?" tanya wanita itu lagi.

"Membeli bahan makan ke pasar."

"Hah?!"

Melihat tatapan tidak percaya yang Alethea berikan membuat Jaesen menatap wanita itu bingung. "Kenapa?"

"Ke pasar? Kita berdua? Apa---aman?"

"Kau meragukanku?" Jaesen sengaja mengeluarkan sikap angkuhnya lagi membuat wanita itu mendesis sebal.

Jaesen suka saat melihat Alethea kesal dan marah, wajah wanita itu akan terlihat menggemaskan.

Keduanya berjalan bersama, beriringan menyusuri jalan yang indah sekali.

Tempat disana benar-benar asri, banyak sekali pepohonan dan tumbuhan subur yang ada disana.

Angin yang sejuk juga membuat Alethea terkadang menghirupnya serakus mungkin.

Hal itu tidak luput dari pandangan Jaesen.

"Kenapa kita harus membeli bahan-bahan ke pasar?"

"Lantas harus membelinya kemana? Toko baju?"

Ck! Alethea dibuat kesal beberapa kali. Jaesen ternyata juga menyebalkan, pria itu selalu saja membalas ucapannya dengan aneh dan tidak masuk akal.

"Kan bisa sama pelayan."

"Kau bilang ingin hidup normal menjadi rakyat biasa saja? Kukabulkan selama tiga hari ini."

Alethea menghentikan langkahnya, wanita itu sontak memutar tubuhnya dan menatap Jaesen.

Matanya memicing tajam. "Kau sedang merencanakan sesuatu ya?!" hardiknya.

"Tidak."

"Lalu kenapa kau mengabulkan keinginanku?"

"Apa salah seorang suami menuruti kemauan istrinya?"

ALETHEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang