54. Our children

794 60 14
                                    

Alethea mengusap kuda hitamnya dengan lembut, wanita itu harus memanjakan black sebelum menemaninya berpergian jauh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Alethea mengusap kuda hitamnya dengan lembut, wanita itu harus memanjakan black sebelum menemaninya berpergian jauh.

Biasanya Alethea akan diantar dengan kereta kuda kali ini dirinya harus menunggangi kuda secara langsung, membuat wanita itu harus mempersiapkannya dengan tepat.

Dengan perlahan wanita itu menaiki kudanya dan Bersiap menarik tali yang melekat pada tubuh black.

Tapi niatnya terurungkan saat melihat Jaesen berdiri tak jauh darinya dan menatapnya tajam.

"Mau pergi kemana?" pertanyaan pria itu tentu membuat Alethea bingung, wanita tu terdiam membisu.

"Jawab pertanyaanku."

Aura Jaesen yang kemarin melembut dan penuh kasih sayang kini Kembali mengeluarkan aura gelap yang menakutkan, pria itu menatap Alethea tajam seperti penuh kemarahan.

"Aku hanya---ingin menaiki kuda."

"Tiba-tiba?" raut wajah pria itu sedikit melunak, membuat Alethea terperangah.

'Maaf ya.' Wanita itu mengusap perutnya pelan.

"Heem tiba-tiba, sepertinya aku mengidam."

"Yang benar saja mengidammu itu." Pria itu terlihat berjalan cepat mendekati Alethea, tangan terulur ke arah wanita itu membuat Alethea mengernyitkan dahinya heran. "Ayo turun."

Rencananya gagal, wanita itu dengan terpaksa meraih tangan Jaesen dan turun dari atas kuda dengan perlahan.

Jaesen seakan takut Alethea terjatuh dari kuda tingginya itu, pegangan pria itu pada tangannya sangatlah kuat. Jaesen bahkan memeluk tubuh Alethea untuk membantu wanita itu turun.

"Jangan seperti itu lagi, berbahaya." Jaesen menatap perut datar Alethea membuat rasa bersalah mencuat dihati wanita itu.

Jika sudah seperti ini, Alethea tentu tidak akan mudah keluar dari istana. Wanita itu harus memikirkan cara lain.

"Apa sakit? Perutmu keram?" pertanyaan bertubi-tubi dari pria itu membuat Alethea menggelengkan kepalanya dengan terbata.

Sedikit aneh rasanya, Alethea takut perlakuan manis Jaesen tidak berlangsung lama seperti biasanya.

Dulu Alethea sempat berpikir bahwa Jaesen ini memeliki alter ego karena pria itu sering berubah-ubah sikap, membuatnya kadang kebingungan sendiri.

"Ayo kita ke kamar."

"Tidak! Aku bosan jika harus berbaring lagi di kamar." Wanita itu menarik tangannya cepat.

"Baiklah, kau ingin kemana?"

"Taman saja."

Keduanya berjalan beriringan, pandangan Jaesen tak lepas dari wajah Alethea membuat pipi wanita itu sedikit memanas.

ALETHEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang