34. Obligation

790 64 25
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





Alethea bisa dengan jelas melihat Jaesen dibarisan pasukan.

Baju zirah pria itu memang berbeda dengan yang lainnya, pria itu Nampak semakin gagah dan tampan saat memakai baju zirahnya.

Rambut pria itu tertata begitu rapih, Jaesen sangat berwibawa Alethea akui itu.

"Kenapa mereka hobby sekali berperang." Gumam kecil wanita itu.

Tangan lentik Alethea mengusap jendela kaca disana, wanita itu memang enggan keluar kamar untuk mengantarkan Jaesen seperti yang Margareth lakukan.

Wanita itu bahkan ada di bawah sana mengantarkan kepergian Jaesen.

Sedangkan Alethea hanya melihat Jaesen dengan ribuan pasukannya dari dalam kamarnya, wanita itu mengamati semuanya dari atas.

Jaesen yang sedang mengusap kudanya menoleh ke arah atas saat merasakan ada yang mengamatinya.

Melihat Jaesen berbalik menatapnya dari bawah Alethea menurunkan tangannya dan hanya menatap pria itu dalam diam.

Kedua mata mereka beradu pandang, walau jaraknya yang jauh antara kamar Alethea dengan Jaesen tidak membuat pandangan mereka terhalang.

Alethea bisa dengan jelas melihat tatapan Jaesen.

"Hei tatapan apa itu." Gumamnya pelan.

Tatapan Jaesen berbeda dari biasanya, tidak ada tatapan datar dan dinginnya itu.

Tanpa mau berlama-lama menatap Jaesen, wanita itu menarik gorden kamarnya dan menutupnya dengan kasar.

Melihat ada penghalang disana tidak membuat Jaesen mengalihkan atensinya, pria itu tetap menatap jendela kaca Alethea lamat.

Begitupun Alethea yang masih bisa melihat Jaesen walau hanya bayangan pria itu saja.

'Semoga selamat.'

"Hei tidak-tidak! Kenapa aku mendoakannya, ck! Tidak selamat lebih bagus." Alethea meruntuki dirinya yang tiba-tiba melambungkan harapan untuk Jaesen.

Alethea menghela napas pelan, dirinya tidak bisa menahan rasa khawatirnya.

Saat mendengar perbatasan ada yang menyerang Alethea risau.

Mengkhawatirkan rakyatnya dan juga Jaesen.

Pria itu akan berada di depan sebagai pemimpin, memberantas pemberontak dan menghentikan kekacauan.

Tapi sudah bukan rahasia lagi jika yang pulang dari peperangan dengan keadaan tidak sempurna.

Alethea juga memikirkan orang-orang yang dekat dengannya, Jee dan Axelli. Jika mereka tidak selamat akan bersama siapa Alethea di istana.

Lamunannya buyar saat mendengar seruan yang menggema disana.

Alethea dengan cepat membuka Kembali gorden jendelanya dan melihat ke arah luar.

ALETHEATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang