Suna Rintarou x Reader
Haikyuu © Haruichi Furudate
Story by : Lilyca
1803 words
━━━━━━━━━━━━━━━━Suara bentakan kasar kembali terdengar ketika [Name] sampai di rumah.
Seperti biasa, orang tuanya bertengkar lagi.
Tanpa berkata apa-apa, gadis itu segera beranjak menuju kamarnya. Toh, salam kedatangannya tidak akan didengar.
Begitu membuka pintu ia disambut kedua adiknya yang sudah menunggu, sambil membawa puzzle dan buku cerita mereka ke atas kasur [Name].
"Okaeri, Nee-chan."
"Tadaima."
[Name] tersenyum menatap dua bocah laki-laki yang menyambutnya dengan senyum lugu, seolah tuli dengan makian kasar orang tua mereka di balik pintu.
Jarak umur di antara mereka bertiga yang terpaut jauh membuat [Name] lebih sering jadi orang tua pengganti bagi adik-adiknya. Khususnya di saat seperti sekarang, ketika mereka bersembunyi di kamar sang kakak saat dua orang dewasa di luar kembali gaduh.
[Name] sudah lelah mencoba melerai, ujungnya ia hanya akan jadi topik debat baru bagi keduanya.
Bohong kalau [Name] bilang ia tidak merasa bersalah pada dua bocah yang setiap harinya harus mendengar hal-hal mengerikan seperti ini. Tapi apa boleh buat, ia hanya bisa sedikit bersyukur karena perseteruan orang tuanya tidak separah saat ia masih kecil dulu.
Topik debat mereka berevolusi, jika dulu mereka kerap perang mulut kerena masa lalu percintaan ayahnya, kini mereka lebih sering berkoar-koar karena masalah ekonomi.
Bisa [Name] tebak, debat kali ini juga pasti bertema pengeluaran berlebih, atau gaji ibu yang lagi-lagi terpotong untuk 'menambal' pengeluaran bulanan mereka, yang menurut sang ibu seharusnya bisa dipakai untuk keperluan sekunder yang lain.
Sebetulnya hidup mereka tidak berkekurangan, hanya saja orang tuanya memang tidak pernah sepakat soal masalah apapun, termasuk keuangan.
Seperti yang sudah-sudah, sumpah serapah akhirnya kembali mengakhiri perdebatan orang tuanya malam itu.
[Name] beranjak keluar kamar setelah berganti baju, dengan senyap mengambil makan malam untuk dirinya dan adik-adiknya. Beruntung ibunya sudah menyiapkan makanan sebelum memutuskan beradu mulut tadi.
Ayahnya sudah menghilang entah kemana. Sedang ibunya sedang duduk termenung di sofa. Sejenak [Name] berbasa-basi menyuruh ibunya makan juga, walau tak yakin apakah wanita itu akan mau repot-repot menyantap makan malam, alih-alih mengurung diri di kamar setelah ini.
Setelah makan malam dan mengizinkan adik-adiknya mereka menonton TV, [Name] beranjak ke dapur, memeriksa apakah ada yang perlu di beli. Sejak seminggu lalu [Name] bertugas mengurus uang belanja keluarga, katanya ibunya tak lagi mau menyentuh uang yang notabene hasil kerja ayahnya itu. Tapi [Name] yakin ini hanya untuk sementara, ibunya pasti akan berubah pikiran lagi.
Gadis itu beranjak mengambil jaket abu-abunya, lalu pergi keluar setelah memastikan kecap dan gula di dapur habis. Oh, juga roti dan telur di kulkas.
Minimarket hanya berjarak beberapa blok dari rumahnya. Tapi ia memilih berjalan lebih jauh ke supermarket yang lebih murah.
[Name] menusuri jalan yang ia lewati sepulang sekolah tadi. Perlu lima belas menit jalan kaki untuk sampai ke supermarket, dan udara sekarang terasa dingin. Salahkan dirinya yang minggu lalu menabrakkan sepedanya ke pohon hingga rusak dan tak bisa dipakai.
Saat akhirnya sampai di supermarket, [Name] tidak berlama-lama dan langsung membeli semua yang diperlukan.
Kini satu kantong plastik ukuran sedang sudah di jinjingnya, berisi bahan-bahan pengisi dapur dan juga keperluan pribadi [Name]; dua bungkus es krim vanila. Ya, benda yang berperan penting dalam menjaga kesehatan mentalnya sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
' OUR STORY ' | ONESHOTS!
Fanfiction「 Stories about you and your husbu 」 ° ° [ ONESHOTS ] [ Husbu!chara x Reader ] ﹆ Haikyuu ﹆ Jujutsu Kaisen [ N : Update tidak teratur, tergantung situasi dan kondisi ] [ All pictures in story are not mine. Source by : Pinterest & Twitter ]