[ Akaashi Keiji ] - Cold

226 15 0
                                    

Akaashi Keiji x Reader
Haikyuu © Haruichi Furudate
Story by : Lilyca
629 words
━━━━━━━━━━━━━━━━

Hawa dingin sore hari serasa menusuk-nusuk kulit. Walau sudah memakai mantel dan syal panjang yang menutup leher, tetap saja dinginnya masih menyiksa tubuhku.

Yah, wajar saja, karena ini sudah memasuki awal musim dingin.

Jujur saja, aku tidak suka dingin. Dan itulah mengapa aku juga tidak suka musim dingin. Musim dingin itu indah untuk dilihat, tapi tidak untuk dijalani, begitulah pikirku.

Memang, musim dingin sekarang belum begitu parah—mengingat belum ada salju yang turun—tetapi ini tetap saja dingin!

Sialnya lagi, hari ini aku lupa membawa sarung tangan dan hand warmer milikku, dua benda penting yang seharusnya tidak kutinggalkan di atas meja makan begitu saja pagi tadi. Alhasil, sejak tadi aku terus menggosokkan kedua tanganku, memasukkannya ke dalam kantong mantel, dan begitu terus berulang kali.

"Kau lupa membawa sarung tanganmu lagi?"

Seorang pemuda jangkung bersurai legam bertanya padaku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seorang pemuda jangkung bersurai legam bertanya padaku. Tubuhnya dibalut jaket putih panjang ber-hoodie dengan lis hitam milik klub voli putra SMA Fukurodani, bersamaan dengan celana olahraga warna putih polos. Tas hitam miliknya terselempang di punggung.

Pandangannya datar seperti biasa, tapi sarat akan kepedulian, dan aku tau itu.

"Hehe, begitulah. Sepertinya ketinggalan di meja makan tadi pagi," ucapku sambil tersenyum kikuk.

Keiji menelengkan kepalanya. "Hand warmer?" tanyanya lagi.

"Emm, ketinggalan juga."

Pemuda itu mendesah pelan. Seolah belum terbiasa dengan kelakuan cerobohku yang tentunya bukan hanya sekali dua kali.

Aku cengengesan saja. Karena memang kesalahanku lalai memperhatikan kebutuhanku sendiri.

"Hari ini aku tidak bawa sarung tangan cadangan, hand warmer-ku juga dipinjam Konoha-san. Mau pakai sarung tanganku saja?"

Aku menggeleng keras mendengar tawarannya itu. 

"Tidak, tidak. Tidak perlu. Tanganmu lebih berharga dari tanganku, tidak boleh sampai kedinginan!"

Bagaimana pun juga, aku masih sadar kalau pacarku ini adalah setter kebanggaan sekolah, Akaashi Keiji. Mana bisa aku lancang memperlakukan tangannya, kan?

"Hm? Kau ini bicara apa?"

"Kau kan setter! Tanganmu tidak boleh kedinginan! Bagaimana kalau keram? Kebas? Kesemutan? Atau mungkin rematik? Bisa-bisa aku dimarahi Bokuto-san kalau kau sampai tidak bisa men-toss bola!"

Aku bergidik, menatap ngeri kala membayangkan sosok bongsor Bokuto-san yang berdiri dihadapanku, apalagi jika ia meneriakiku dengan suaranya yang menggelegar itu. Bisa-bisa aku ciut ditempat.

Tidak, tidak. Tangan seorang setter memang tidak boleh diperlakukan sembarangan!

"Pfft-"

Apa?

Dia tertawa?!

"Hei, aku benar-benar serius tau!"

Aku mengerutkan bibirku, melotot kesal pada pemuda di sebelahku ini.

"Bokuto-san tidak akan memarahimu. Dan juga, tanganku tidak selemah itu, [Name]."

"Tetap saja tidak boleh!" ucapku masih berkeras.

Keiji melirik saku mantelku. "Kau seharusnya mengkhawatirkan dirimu sendiri, [Name]. Saku mantelmu kelihatannya tidak cukup dalam, masih terasa dingin, kan?"

"I-itu..."

Duh, kok dia bisa sadar sih?

Sepertinya aku memang benar-benar meremehkan kejelian mata seorang setter

"A-aku baik-baik saja!" seruku mencoba meyakinkan.

Keiji menghela nafas. "Sokka. Kalau begitu, bagaimana kalau kita pakai bersama saja?"

"Eh?"

"Sarung tangan, kita pakai bersama," jelas Keiji.

'Memangnya bisa?' batinku heran.

Keiji melepas sarung tangan kirinya, untuk kemudian memasangkannya di tangan kiriku.

Aku mengerjap bingung melihat tindakannya. Sampai kemudian ia menggamit tangan kananku dan memasukkannya ke dalam saku jaketnya.

"Begini tidak apa-apa, kan?" ucapnya diiringi senyuman tipis.

Aku merasa pipiku memanas, terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba. Tangannya yang hangat menggenggam tanganku di dalam saku jaketnya.

"Keiji-kun curang, bisa-bisanya memikirkan yang seperti ini ... " protesku pelan sambil menunduk malu.

Keiji mengerling. "Kau tidak suka?" tanyanya.

Aku menggeleng cepat, sembari mengeratkan tautan tanganku pada jemari panjangnya.

'Mana mungkin tidak suka!'

Kekehan kecil bisa kudengar dari pemuda bersurai kelam disebelahku ini.

"Ayo, kuantar kau pulang," ucapnya diiringi segaris kurva dibibir tipisnya.

Anggukan kecil kuberikan sebagai jawaban, beserta senyum manis yang terulas dengan otomatis.

Kami berjalan bersisian. Langit jingga dengan awan kelabu berarak mengiringi langkah kami.

Hawa dingin masih tak hentinya menusuk kulit, tapi genggaman di tangan kananku serta senyum hangat seorang Akaashi Keiji seolah mampu menepisnya begitu saja.

































[ A / N ]

Haiii~

I'm back with some short and sweet stories today :D

Anyway, ternyata nulis pakai sudut pandang orang pertama seru juga (kali ini pake sudut pandangnya mbak nem yang clumsy dan overthinking)

Kedepannya mungkin bakal kupakai lagi di beberapa bab, hope you enjoy ;)

Sc pict :
https://pin.it/3wsKfcQ6n

' OUR STORY ' | ONESHOTS! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang