(1) H-7 Pemberkatan

88 5 0
                                    

Terlihat rintik hujan membasahi kota di siang hari ini, tak membuat dua orang yang kini terjebak di lampu merah ini membatalkan janjinya untuk melakukan final fitting jas pernikahan mereka.

Suara dari radio yang terdengar menemani hening dimobil yang kini kaca nya penuh dengan embun hujan yang turun, tak ada yang ingin memulai percakapan, bahkan jalanan mulai lenggang karena lampu sudah berubah menjadi hijau pun mereka enggan memulai percakapan.

Fisha masih diam memandangi jalanan yang basah karena hujan, dan terlihat beberapa pengendara yang memilih berteduh dibanding melanjutkan perjalanan mereka. Fikiran nya penuh sekali dengan pikiran yang rumit. Fisha sebenarnya heran apa yang dilakukan nya sekarang ini.

Dengan impulsif nya dia menerima lelaki yang dijodohkan oleh kakak nya ini.

Dilain sisi Gibran yang masih fokus untuk menyetir ditengah hujan pun tak bisa berhenti berfikir, apa keputusannya ini tepat, dalam jangka seminggu lagi dia akan terikat dengan lelaki yang dipilihkan oleh orang tuanya.

Entah apa yang dipikirkan oleh orang tuanya sampai rela menjodohkan dirinya dengan lelaki yang bahkan Gibran sendiri tidak mengenal nya. Menolak? tentu saja dirinya bisa menolak, tapi entah kenapa dia malah menerima hal tersebut, sampai saat ini Gibran berfikir kenapa bisa dia menerima perjodohan ini.

Mobil putih Gibran kini berhenti disebuah butik bernuansa coklat dan cream, terlihat besar dan cukup mewah.

"Halo Gibran, Fisha" sapa mba Luna seorang designer yang membuat jas untuk pernikahan mereka ini.

"Halo mba Luna" Fisha membalas sapaan mba Luna, Gibran yang disampingnya hanya tersenyum sebagai balasan.

"Mba kira gak jadi kesini loh, soalnya diluar hujan"

"Jadi dong mba, h-seminggu masa mau ditunda" jawab Fisha.

"Bener juga si, yaudah yuk langsung aja. Mau siapa dulu?"

Terlihat Fisha yang langsung melihat ke arah Gibran, yang tadinya sedang fokus melihat sekeliling butik seketika membalas tatapan Fisha.

"mau gue atau lo dulu?" tanya Fisha

"lo dulu aja" jawab Gibran, membuat Mba Luna yang mendengar langsung mengajak Fisha untuk mencoba kembali jas nya untuk fitting terakhir.

Fisha yang sedang mencoba jas nya ini kembali terdiam menatap cermin nya, apakah benar yang dilakukan nya ini.

"Ini udah pas ya, gak aku ubah lagi kayaknya. Dan kalo bisa kamu jaga berat badan yang sekarang ya biar nanti hari-h jas nya gak kegedean ataupun kekecilan" suara mba Luna menyadarkan Fisha dari lamunan nya.

"oke mba Luna"

"Kenapa ya setiap kalian berdua dateng kesini hawa nya kayak asing banget deh, kayak bukan pasangan mau menikah" ujar mba Luna sambil merapihkan kerah jas pada Fisha.

"hahaha, perasaan mba Luna aja kali" tawa canggung dari Fisha karena ujaran dari mba Luna ini.

"iya kali ya? soalnya mba lihat Gibran gak terlalu banyak bicara gitu, terus ekspresi nya selalu kayak gitu datar aja, senyum aja kayak terpaksa gitu kayak gak niat hahaha" jelas mba Luna diakhiri dengan tawa main-main nya.

"Gibran emang kayak gitu mba orangnya, maklumin aja ya"

"Mungkin sama orang lain aja kali ya dia kayak gitu, sama kamu mah pasti lebih lembut kan kamu pasangannya" ucap mba Luna sambil tersenyum.

Ucapan Mba Luna ini mengusik pikirannya lagi. Jujur saja sikap Gibran saat dengan mba Luna atapun dirinya itu sama saja tak ada perbedaan. Apakah Gibran terpaksa melakukan hal ini. Jika iya kenapa dari awal Gibran menerima perjodohan ini.

Setelah Fisha selesai sekarang adalah giliran Gibran untuk mencoba jas nya.

Tak menunggu lama akhirnya Gibran dan Fisha telah selesai melakukan final fitting mereka, setelah berpamitan dengan mba Luna mereka menuju mobil. Terlihat hujan sudah berhenti meninggalkan sisa-sisa basah pada aspal jalanan dan bau khas hujan.

Mobil Gibran pun langsung membelah jalanan yang mulai dipadati oleh kendaraan yang mungkin selesai berteduh dari derasnya hujan tadi.

"gue laper, boleh mampir ke tempat makan dulu?" tanya Fisha yang setelah menimbang cukup lama untuk bertanya pada Gibran. Salahkan perutnya yang tak bisa menahan lapar.

Sebenarnya tak ada yang salah mengajak pasangan untuk makan bersama bukan? lain hal dengan Fisha yang harus berfikir dan menimbang lama untuk mengajak Gibran pergi makan.

"mau makan apa?" tanya Gibran.

"udon, habis hujan kayaknya enak makan yang anget-anget"

Gibran melajukan mobilnya menuju restoran udon terdekat, tanpa menjawab perkataan Fisha tadi.

Dan berakhir dengan mereka yang duduk dengan dibatasi oleh meja berisi udon yang mereka pesan. Tanpa percakapan mendalam hanya bertanya untuk menu yang ingin dipesan setelah itu mereka kembali hening. Fisha yang sibuk dengan udon dan handphone nya sedangkan Gibran yang memakan udon nya sambil sesekali melihat sekeliling nya.

Fisha yang kadang fokus pada handphone nya pun tak sengaja menyenggol sumpitnya dan berakhir dengan sumpit nya yang jatuh, membuat dirinya reflek untuk menunduk dan mengambil sumpitnya. Secara bersama juga Gibran menutup bagian ujung meja menggunakan tangannya karena takut kepala Fisha terbentur entah Gibran pun reflek juga melakukan hal tersebut.

Gibran pun langsung berdiri entah kemana, dan tiba-tiba dia meletakan sumpit yang baru untuk Fisha.

Fisha yang melihat perlakuan Gibran hanya membalas tersenyum "makasih"

Terlihat langit yang mulai menggelap karena perubahan dari sore ke malam.

"Pulang?" tanya Gibran pada Fisha yang sedang ingin menutup matanya karena lelah.

"Lo ada mau mampir kemana?" tanya Fisha yang dibalas gelengan.

"yaudah pulang aja" berakhir Gibran mengantarkan Fisha untuk pulang.

Rumah klasik bernuansa coklat tua sudah terlihat, membuat Gibran menghentikan mobilnya didepan gerbang. "mau mampir dulu?" tanya Fisha

"gak usah, titip salam aja ke kak Mika" ujar Gibran

"oke, lo hati-hati dijalan ya makasih hari ini" usapan kepala dirasakan oleh Fisha pelakunya adalah Gibran, sebagai balasan ucapannya. Dan hari ini di akhiri dengn senyuman keduanya.


Tbc.

T E R I K A T (GeminiFourth)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang