(2) Meyakinkan Diri

47 6 0
                                    

Dering telpon berbunyi memenuhi kamar yang masih belum tersentuh sinar matahari, membuat orang yang masih bergelung dengan selimut menggerakan badannya. Tangannya meraba mencari handphone nya sumber suara yang mengusik tidurnya.

"halo" suara seraknya mengawali percakapan di telepon tanpa melihat nama yang tertera.

"pagi" sapaan orang disebrang sana membuat Fisha langsung bangun dari tidurnya dan melihat nama yang ada di handphone nya ini.

"pagi juga, kenapa?" tanya nya saat sudah sadar.

"gue di bawah, bawa sarapan"

"hah?"

"cepet turun" Dengan segera Fisha bangun dan turun menuju lantai bawah menghampiri seseorang yang menelponnya ini.

terlihat seseorang itu sedang menyiapkan piring untuk mereka sarapan.

"Gibran" panggilnya.

Keadaan Fisha yang masih terbalut piyama tidur dengan kancing atas yang terbuka memperlihatkan kulit putihnya, dengan rambut yang berantakan khas bangun tidur, Gibran memperhatikan penampilan Fisha membuat yang diperhatikan salah tingkah.

Buru-buru Fisha merapihkan penampilannya, walaupun sebenarnya percuma karena Gibran sudah melihatnya dengan penampilan bangun tidur nya itu.

"sarapan" ujar Gibran sambil memberikan sepiring nasi uduk beserta lauk pauknya dihadapan Fisha yang sudah duduk di meja makan.

"tumben?, kak Mika mana?" tanya Fisha

"ke luar kota, tadi chat suruh gue kesini"

"kok gak ada bilang gue semalem" Gibran hanya mengangkat bahunya tidak tau.

Setelah sarapan Fisha kembali naik menuju kamarnya untuk bersiap pergi ke kantornya. Sembari menunggu Gibran membersihkan sisa sarapan mereka dan memutuskan menunggu Fisha di ruang tamu sambil sesekali membuka ipad nya untuk mengerjakan beberapa pekerjaan.

Tak lama menunggu Fisha untuk bersiap, terlihat Fisha yang sudah siap dengan kemeja biru dan celana hitam khas pekerja kantoran membuat penampilan nya tampak lebih dewasa.

"yuk" ajak Fisha

"gue nanti malem mau flight dulu ke singapore buat visit final" ucap Gibran saat lampu menunjukan warna merah.

"dadakan banget?"

"iya, terakhir sebelum opening"

"h-3 acara kita loh?"

"mau gimana ini dadakan"

Entah kenapa perkataan Gibran kali ini membuat mood dirinya jelek, ayolah siapa yang baik-baik saja setelah mendengar hal itu. Pernikahan mereka dilakukan 3 hari lagi bahkan ini hari terakhir Fisha untuk kerja sebelum cuti pernikahan, tetapi Gibran memilih untuk terbang ke singapore untuk pekerjaan dan ditambah dia memberitau secara mendadak seperti ini.

"sorry" ujar Gibran

setelah mengatakan hal tersebut hening kembali, jujur saja ucapan maaf gibran yang terdengar tidak ikhlas membuat Fisha tidak bisa menahan gejolak emosi yang ada di dalam dirinya.

"sorry?? itu doang yang bisa lo bilang, Gib? gue gak habis pikir deh sama lo, kalo gak niat sama pernikahan ini mending gak usah aja sekalian" akhirnya kata-kata itu keluar dari mulut Fisha yang memang sedari awal dia tahan.

"ngomong apa si?"

"iyakan, dari awal Gib! lo keliatan gak niat sama pernikahan ini, kalo lo terpaksa kenapa juga lo terima perjodohan ini, kalo lo gak mau udah aja batalin"

Mobil Gibran pun menepi dia tak mau kejadian yang tak diinginkan terjadi karena perdebatan ini.

"astaga Fisha, gue cuman flight buat pekerjaan kenapa lo jadi kemana mana gini ngomongnya?"

"cuman lo bilang? 3 hari lagi kita nikah dan lo pergi ke singapore untuk kerjaan sedangkan hari ini aja gue terakhir kerja karena besok gue udah cuti dan lo bilang cuman? mikir gak si?!" Fisha menaikan satu oktaf suaranya sambil menggusar rambutnya yang sudah di tata rapih tadi.

"gue tau perjodohan ini emang konyol banget, gue juga bodoh banget secara impulsif terima ini. Tapi gue gak main-main, semua persiapan gue lakuin secara niat, gue mau coba, tapi lo? selama kita lakuin persiapan gue gak pernah liat lo bener-bener niat buat pernikahan ini. Bahkan sampe mba Luna pun bilang kalo lo gak niat sama pernikahan ini. Kalo kayak gini terus BATALIN AJA GIBRAN BATALIN PERNIKAHAN INI KALO DARI AWAL LO GAK MAU!" Nafas Fisha memburu, emosi yang dia tahan selama ini keluar.

Gibran yang melihat emosi Fisha hanya diam, dia merasa bersalah karena selama ini memang dia hanya diam seperti tidak berminat. Bukan maksud Gibran melakukan hal itu tapi karena dia masih meyakinkan dirinya. Apakah sudah benar dengan keputusan ini, sampai dia lupa bahwa pernikahan dilakukan oleh dua orang bukan hanya dirinya, tapi mungkin Fisha juga sama dengan dirinya yang masih berfikir apakah benar dengan pilihannya. Tapi Fisha masih bisa untuk meyakinkan dirinya bahwa pilihannya tidak salah dengan persiapan pernikahan yang diaturnya sendiri.

Gibran memegang setir nya erat sambil menundukan kepalanya.

"sekarang terserah lo aja mau gimana" ujar Fisha kembali saat sudah meredakan emosinya.

Gibran kembali melihat Fisha yang masih melihat keluar jendela dan terlihat Fisha yang memegang kepalanya sambil masih mengatur nafasnya.

"sorry, gue gak bermaksud, Fisha"

suara Gibran membuat Fisha menolehkan kepalanya melihat Gibran yang mungkin sama frustasinya.

"sekarang mau lo apa? gue udah capek kalo lo mau tau. Gue capek buat nahan ini semua sendirian, kalo lo gak mau udah aja gak usah dilanjut, terserah lo sekarang mau gimana" Fisha sudah pasrah dengan semuanya, dia lelah sungguh, dia sudah mencoba meyakinkan dirinya sendiri. Tapi jika dari Gibran nya sendiri tak ada dorongan, untuk apa selama ini dia bertahan sampai sini?.

Dengan gemetar Gibran memegang tangan Fisha yang berada dipaha nya, membuat Fisha tersentak tapi menahan nya. Hal ini baru pertama dilakukan oleh Gibran. Karena selama ini kontak fisik yang mereka lakukan hanya sebatas mengusap kepala saja tak lebih. Fisha menatap mata Gibran yang memang menyiratkan rasa bersalah.

"Ayo lanjut pernikahan ini, gue minta maaf. Gue salah karena selama persiapan lebih keliatan diem, tapi gue masih mau sama pernikahan ini, gue bingung, gue gak tau harus bersikap kayak gimana, sorry kalo itu nyakitin lo"

lama dengan keheningan, tangan Gibran masih mengenggam tangan Fisha dengan sesekali mengelusnya, sambil menunggu Fisha selesai dengan emosi nya.

"hhh Fine"

"Gibran gue tau lo bingung saat ini, lo bertanya tanya apa pilihan lo buat terima ini semua bener atau enggak, gue tau, karena pada nyatanya gue pun sama hal nya dengan lo. Jadi tolong sama-sama kita bikin kalo jalan yang kita pilih ini gak salah."

"maaf sekali lagi, ayo sama-sama bikin jalan yang kita pilih ini bener"

Senyuman Fisha berikan, semoga dengan hal ini perjalanan pernikahan mereka berjalan lancar.


Tbc.

T E R I K A T (GeminiFourth)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang